Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

-
Rabu, 4 Mei 2016

Sekarang, Tak Ada Lagi Cerita Bantuan Pertanian Telat Datang


LUWU TIMUR, KOMPAS.com
- Sejumlah perubahan kebijakan dan regulasi terus bergulir di sektor pertanian. Tujuan dari semua kebijakan dan regulasi itu adalah sebesar-besar manfaat bagi para petani.

"Lebih dari 70 tahun petani tidak (benar-benar) mendapat manfaat dari pemerintah akibat penyaluran yang buruk," ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, di Luwu, Sulawesi Selatan, Rabu (4/5/2016).

Dulu, kata Amran, bantuan benih, pupuk, serta alat dan mesin pertanian, baru bisa diserahkan setelah melalui proses tender yang memakan waktu malam. "Petani baru menerima bantuan setelah turun panen sehingga (bantuan itu) menjadi tak berguna," ungkap dia.

Sekarang, lanjut Amran, ada era kerja dan kerja. Karenanya, semua pengajuan kebutuhan alat pertanian langsung dilayani melalui sistem online e-katalog.

Selain itu, ada pula kebijakan penghematan besar-besaran anggaran. "Dahulu ada biaya 'potong pita' (atau) seminar, sekarang sudah kami tiadakan, " kata Amran.

Perubahan kebijakan tersebut, ujar Amran, telah membuat kementeriannya berhemat hingga Rp 4,3 triliun. Dana ini kemudian dapat dialokasikan untuk membantu petani.

Hasilnya, bantuan untuk petani pada 2015 naik berlipat kali. "Dulu bantuan alat dan mesin pertanian ke petani 4.000 unit, pada 2015 naik jadi 80.000 unit, dan sekarang (2016) pemerintah sudah berikan 100.000 unit ke petani di seluruh Indonesia," ungkap Amran.


Amran ada di Luwu Timur untuk mengikuti panen raya. Hadir pula di sana anggota Komisi IV DPR Marcus Nari, Bupati Luwu Timur Mohammad Thoriq Hutsler, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo,  dan Panglima Kodam VII Wirabuana Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti.

Selain mengikuti panen raya, Amran juga memeriksa bantuan yang sudah diserahkan pada 2015. "(Juga) mengecek apakah bantuan tahun lalu sudah tepat sasaran dan sudah petani dapat," tegas dia.

Hasilnya, sebut Amran, bantuan tersebut sudah dipastikan telah diterima oleh para petani di 4 kecamatan yang ada di Kabupaten Luwu Timur.

Dalam kesempatan yang sama, Thoriq mengatakan daerahnya masih butuh bantuan lain untuk sektor pertanian. Salah satunya, sebut dia, untuk perbaikan dan peremajaan Bendungan Kalenana yang sudah berusia 40 tahun.

Bendungan itu menjadi sumber pengairan bagi 21.000 hektar sawah. "Semoga saja dana Rp 24 miliar rupiah yang sudah dianggarkan pada tahun lalu untuk memperbaiki bendungan, bisa ditingkatkan menjadi Rp 50 miliar (pada tahun ini)," harap Thoriq.

Thoriq menyebutkan pula, para petani butuh bantuan sekitar 1.000 traktor tangan lagi untuk membajak sawah. Pada 2015, ujar dia, baru terealisasi bantuan 63 traktor tangan untuk daerah ini, dari seharusnya 300 unit.

"Saya berharap dari 80.000 hand-tractor (bantuan pemerintah) pusat, 1.000 (di antaranya) bisa disalurkan ke Luwu Timur," kata Thoriq.