-
Jumat, 20 Mei 20168 Toko Tani Jual Pangan Murah di Jakarta
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian menggelar program penjualan bahan pangan murah di DKI Jakarta, untuk memastikan stabilisasi harga menjelang Ramadhan. Penjualan dilakukan di 8 toko tani Indonesia (TTI) di Ibu Kota.
"(Program) Pangan Murah Berkualitas antara lain menjual beras premium seharga Rp 7.500 per kilogram, bawang Rp 25.000 per kilogram, dan cabe merah Rp 18.000 per kilogram," ujar siaran pers yang dilansir pada Kamis (19/5/2016).
Program tersebut dibuka mulai Rabu (18/5/2016). Adapun 8 lokasi TTI yang melayani program ini adalah:
1. Toko Ahya, Jl H Gaim Nomor 50 RT 10/02, Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
2. Toko Mama Nur, Jl Masjid Darul Falah Gg H Jimin RT 07/02 Nomor 42, Petukangan Utara, Jakarta Selatan.
3. Toko Gibran, Jl Kelurahan Lama RT 04/10 Nomor 26, Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
4. Toko KWT Flamboyan, Jl Flamboyan RT 15/10 Kelurahan Cengkareng, Jakarta Barat.
5. Toko KWT Pesakih Mandiri Jaya, Rukun Pesakih, Jl Daan Mogot Kelurahan Duri Kosambi, Cengkareng Barat, Jakarta Barat.
6. Toko Yati, Jl Bangau III Nomor 9 RT 008/03 Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
7. Toko Pinang, Jl Pinang VI Nomor 30, RT 07/09 Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
8. Pasar Tani Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jl Harsono RM 3, Ragunan, Jakarta Selatan.
Selain upaya stabilisasi harga, program ini juga bertujuan menggaungkan pesan bahwa harga komoditas pangan bisa murah tanpa perlu merugikan petani juga. Program ini paralel dengan operasi penyerapan gabah yang memastikan harga hasil panen petani terjual di kisaran harga pembelian pemerintah (HPP).
"Dengan ini, petani memperoleh keuntungan, pedagang memperoleh marjin keuntungan yang wajar, sementara masyarakat mendapatkan harga murah, terjangkau, dan berkualitas," lanjut siaran pers tersebut.
Pangkas rantai tata niaga
Kajian Kementerian Pertanian mendapati, kesenjangan harga antara hasil panen dan beras di pasaran ditengarai juga dipicu oleh panjangnya tata niaga. Hal serupa terjadi untuk komoditas bawang dan cabai.
Melalui TTI, distribusi komoditas pangan dipangkas menjadi 3-4 titik distribusi, dari semula bisa 9 titik. Meski demikian, harus disadari bahwa upaya ini tak serta merta mengubah total tata niaga bahan pangan.
"Mengubah tata niaga komoditas pangan memerlukan waktu lama dan terus menerus," tegas siaran pers itu.
Saat ini, Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi agar stok pangan selalu tersedia. TTI diharapkan menjadi salah satu solusi permanen untuk mengantisipasi gejolak harga pangan, hingga struktur pasar baru kelak bisa terbangun dengan sendirinya.