Advertorial

Korindo Bangun Daerah Perbatasan untuk Jadi Terasnya Indonesia

Kompas.com - 20/12/2016, 10:40 WIB

Membangun usaha berbasis lingkungan, bukan sesuatu yang mudah. Apalagi jika dibangun di wilayah perbatasan yang infrastrukturnya belum memadai. Namun, di sisi lain juga terdapat kebutuhan bagi pemerintah dan masyarakat untuk membangun daerah perbatasan yang kini ingin dijadikan sebagai berandanya negara Republik Indonesia.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDT) telah menyusun beberapa program dan kebijakan untuk pembangunan daerah perbatasan. Citra wilayah perbatasan tak boleh dianggap sebagai dapur, melainkan sebagai beranda atau teras bagi negara. Sebagai daerah terdepan bagi rumah kita yang berfungsi menyambut tamu.

Salah satu program pemerintah adalah dengan mengajak pelaku usaha untuk berinvestasi di daerah perbatasan. Dengan meningkatnya investasi maka diharapkan sejalan dengan pembangunan daerah tersebut.

Korindo menjadi salah satu contoh sukses dalam membangun investasi kondusif di daerah perbatasan, yakni di Boven Digoel dan Merauke, Papua. Meski masih minim infrastruktur, Korindo sukses membangun usaha dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat sekitar.

Kawasan Papua, merupakan salah satu daerah yang menjadi primadona dalam pengembangan industri kehutanan karena bentang alamnya yang luas, subur, dan kebanyakan masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Industri kehutanan menjadi penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Papua, selain industri pertambangan. Papua juga merupakan kawasan dengan kebudayaan yang juga masih sangat original sebagai salah satu kekayaan budaya nusantara.  

-

“Saat itu infrastruktur masih minim dan hampir tidak ada akses. Tidak ada investor yang mau berinvestasi di sana, mungkin hanya kami saja,” ujar Kim Hoon, Direktur Korindo. “Meski begitu kami dapat berkembang dengan baik dan menjadi pihak pertama yang berkontribusi dalam pembangunan jalan Trans-Papua.”

Untuk itulah, Korindo telah mengembangkan konsep industri yang ramah lingkungan melalui pembangunan bidang kehutanan dan perkebunan kelapa sawit. Melalui pembangunan industri tersebut Korindo berkontribusi menyerap tenaga kerja terutama di Papua yang telah menyerap 10.000 tenaga kerja.

Konstribusi lain berupa pembangunan infrastruktur dan pembangunan ekonomi berupa PAD, khusus untuk kabupaten Merauke dan Boven Digoel berkontribusi mencapai ±60%. Korindo juga mendukung dengan mendirikan fasilitas pendidikan dan medis. Fasilitas medis tersebut adalah satu-satunya fasilitas medis di Asikie dengan memberikan pelayanan secara gratis.

-

Korindo merupakan perusahaan Indonesia yang berdiri sejak tahun 1969, dengan fokus awalnya adalah bisnis kehutanan atau dulu di sebut HPH, tahun 1979 korindo memulai Industri kayu lapis, keputusan tersebut adalah keputusan yang sangat tepat dikarenakan pada tahun 1983 Indonesia mulai untuk menghentikan ekspor kayu bulat.

Selanjutnya pada tahun 1984, Korindo membangun industri kertas daur ulang untuk memenuhi konsumsi dalam negeri yang pada waktu itu masih 100% impor. Keputusan tersebut menurut Kim, sangat signifikan sehingga menurunkan harga kertas nasional.

Pada tahun 1993, Korindo memulai bisnis HTI di Kalimantan Tengah yang pada saat itu berdasarkan permintaan dari pemerintah pusat. Korindo kemudian diminta untuk membantu pembangunan Papua dengan membangun industri kayu lapis. Selanjutnya pada tahun 1995, Korindo memulai pembangunan industri kelapa sawit. Pada tahun 2013, Korindo membangun industri pengolahan kayu terpadu. Terakhir, pada 2016, Korindo memulai pembangunan proyek percobaan penanaman padi di Merauke untuk membantu program pemerintah mencapai swasembada pangan.

“Korindo adalah perusahaan yang taat aturan. Korindo memiliki komitmen yang baik untuk Papua dan menjadi satu-satunya perusahaan yang mau berinvestasi di daerah perbatasan sekitar sini,” ungkap Kepala BKPM Propinsi Papua, John Way.

Program Perlindungan Kebakaran Hutan

Sesuai dengan komitmennya, dalam pemanfaatan hutan di Papua, Korindo telah memanfaatkan hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukan kawasan hutan sebagaimana izin yang telah diberikan oleh pemerintah. Dalam membangun areal kebun, Korindo hanya menggunakan APL (Area Penggunaan Lain), terutama areal di kawasan Trans-Papua sehingga menjadi perintis pembangunan infrastruktur daerah yang belum terbuka aksesnya.

Mengenai isu deforestasi dan kebakaran hutan di Papua yang sempat mengaitkan dengan nama Korindo, Kim mengatakan bahwa hal itu hanya gosip yang tak bisa dibuktikan secara nyata, namun senantiasa diembuskan dari beberapa pihak yang tak pernah turun langsung ke lokasi yang dituding terjadi kebakaran tersebut.

"Berdasarkan foto satelit yang kita miliki, dari 1 Januari 2016 sampai dengan hari ini tidak ditemukan adanya titik api (hotspot) di wilayah perkebunan Korindo. Sedangkan tahun 2015, titik api yang terlihat di satelit meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk di dalamnya adalah areal hutan lindung dan taman nasional yang merupakan akibat dari fenomena alam berupa super El-Nino. Fenomena ini juga terjadi di Amerika, khususnya daerah bagian California yang luas areal yang terbakar nya hampir 2 kali luas wilayah DKI Jakarta. Khusus untuk Korindo, setiap ada kebakaran, kami selalu segera melakukan tindakan pemadaman," tegas Kim.

Fakta tidak adanya kebakaran hutan oleh Korindo, juga disaksikan langsung oleh rombongan jurnalis dari Jakarta yang terjun langung ke lokasi utama perkebunan Kelapa Sawit Milik Korindo, di Asiki, sekitar 270 Km dari Merauke. 12 orang Jurnalis itu bahkan bebas berinteraksi dengan warga disana secara terbuka, sehingga mereka bisa mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya.

“Di Merauke hanya percikan api saja tak mengganggu sama sekali. Tidak seperti yang dibicarakan LSM Asing itu”, ujar Thasoni Betaubun, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Kabupaten Merauke. Dia menambahkan kebakaran hutan terjadi di tahun 2015 lebih kepada faktor alam. Bukan oleh industri sawit yang digembar-gemborkan oleh LSM asing tersebut. Dia juga menyatakan tahun 2016 bahkan tak ada sama sekali kebakaran.

Sejalan dengan data yang diungkapkan Karhutla Monitoring Sistem milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebakaran hanya terjadi pada 2014 dan 2015 di Provinsi Papua dan luas kebakaran hanya 300 Ha dan 1.792 Ha. Bahkan luasnya masih lebih kecil dari kebakaran hutan yang terjadi di Jawa Barat.

Ke-12 jurnalis tersebut juga diajak berkeliling langsung ke areal kebun sawit. Baik pada perkebunan yang baru dibuka ataupun yang sudah berproses lama. Hampir tak ada jejak api yang terlihat. Untuk membuat para jurnalis semakin yakin, dibawanya pula awak media sebanyak 2 kali melihat dari menara pandang yang tingginya 28 meter hingga berinteraksi langsung dengan petani penggarap sawit.

Tak cukup sampai disitu, Korindo memperlihatkan simulasi pemadam kebakaran hutan dengan melibatkan unsur Kepolisian, TNI, Pemerintah Daerah, Palang Merah Indonesia dan juga pengamanan Internal perusahaan. Hampir 300 personel dilibatkan dengan melakukan simulasi seolah-olah terjadi kebakaran hutan dan segera dilakukan penanganan.

Kapolres yang memimpin langsung simulasi pemadaman kebakaran tak luput juga dari konfirmasi wartawan tentang kejadian kebakaran di tahun-tahun sebelumnya. “Tahun lalu ada kebakaran tapi sangat sedikit. Itupun karena kondisi alam. Kami mampu mengantisipasi dengan mudah dan cepat,” jelasnya di hadapan wartawan.

Program CSR Terbaik

Dalam melaksanakan komitmennya kepada masyarakat, ternyata hal itu tak dilakukan setengah hati. Terbukti, Korindo mendapatkan penghargaan CSR dari pemerintahan provinsi Papua tahun 2015. Hal itu karena memang di dalam pembangunan kebun, Korindo selalu memperhatikan hak-hak masyarkat lokal yang dimulai dengan pemberian pemahaman tentang rencana pembangunan kebun melalui konsultasi publik yang dilakukan minimum 3 kali sampai mereka memahami dan menyetujui. Setelah adanya persetujuan dan pembayaran kompensasi, Korindo baru memulai pembangunan kebun.

-

"Korindo juga bertanggung jawab kepada masayakat dengan melaksanakan program CSR dan program tersebut sudah mendapat verifikasi dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan. Saat ini di dalam usaha perkebunan Korindo di Papua sangat memperhatikan tenaga kerja yang berasal dari msayarakat lokal. Komposisi karyawan lokal yang sudah dipekerjakan mencapai ±30% dari total tenaga kerja kebun dengan penghasilan di atas UMR," terang Kim.

Bukti bahwa Korindo telah ikut membangun masyarakat beradab di Papua, juga disaksikan langsung oleh 12 jurnalis tersebut. Jejak keberadaan Korindo memang sangat terasa di Asiki mulai dari pembangunan sarana ibadah, pemberdayaan ekonomi (Pasar, kebunan karet, taman bermain, Balai latihan kerja, Rumah Sakit, dll) Pemerintah membutuhkan mitra seperti ini bukan hanya mengelola bisnis tetapi juga memberdayakan masyarakat.

Meski Asiki di dominasi oleh warga Kristen, namun nuansa harmonisnya penduduk di Kota kecil ini begitu terasa. Di Kota Asiki ini ada sebuah masjid yang di bangun oleh Korindo. Dengan kapasitas mampu menampung hingga 1.000 jamaah, masjid ini terbilang cukup besar dan senantiasa sangat penuh pada waktu solat Jumat. Tak ada bedanya dengan masjid-masjid di pulau Jawa yg dipadati ketika sholat Jumat. Masjid ini sangat lengkap fasilitasnya, mulai dari halaman yg luas, ada sekolah PAUD dan bahkan juga dilengkapi madrasah. Di samping masjid ini, bahkan dibangun taman yang sangat luas dan Indah sebagai tempat bermain anak anak dan warga Asiki. Terasa tak berada di Papua ketika berada di lingkungan ini.

Bagaimana kehidupan ekonominya? Pasar di Kota Asikie adalah wujud bergeliatnya ekonomi masyarakat disana. Di Kota Asiki ini, pasarnya sangat ramai. Ratusan Pedagang berbagai hasil pertanian menjajakan hasil perkebunannya dan pembelinya juga ramai. Dagangan yg di jajakan terlihat sangat segar. Selain hasil perkebunan, di pasar ini ada juga yang menjual tekstil, dan kebutuhan pokok lainnya.

Sejak berdirinya Korindo pada 47 tahun yang lalu, saat ini perusahaan ini terus berinventasi berkelanjutan guna mengembangkan usaha-usaha yang ada di perbatasan untuk beberapa dekade yang akan datang. Hal tersebut sebagai komitmen Korindo Group dalam berusaha dan berkontribusi kepada Negara Indonesia dan wilayah Papua khususnya. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com