Advertorial

Tak Hanya di Indonesia, Lulusan PGSD President University Siap Mengajar di Luar Negeri

Kompas.com - 09/01/2017, 11:57 WIB

Selain menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, profesi guru dahulu sering diragukan kesejahteraannya. Bagaimana tidak, hingga sekarang masih banyak guru honorer yang belum memiliki status yang jelas dari pemerintah.

Hal tersebut disebabkan juga oleh kualitas para guru yang dianggap masih rendah. Oleh sebab itu, President University pada tahun ajaran 2017 ini membuka program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Rektor President University Dr. Jony Oktavian Haryanto, SE, MM, MA merasa prihatin akan adanya kesenjangan sosial di masyarakat akibat masih rendahnya kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Hal inilah yang melatarbelakangi prgram studi baru tersebut akhirnya dibuka.

"Mengapa demikian, karena kualitas guru yang ada juga masih rendah, pendidikan guru saat ini dianggap bukan pilihan utama. Banyak lulusan SMA/SMK yang tidak diterima di program studi favorit, sehingga terpaksa memilih jadi guru. Istilahnya jadi guru ibarat tempat ‘buangan’. Dari sinilah President University ingin mengubah paradigma itu, dan ingin menempatkan kembali guru sebagai profesi yang terhormat," ujar Jony.

Berlokasi di Kawasan Industri Jababeka, program studi PGSD ini mengadopsi kurikulum pendidikan guru dari Australia yang awalnya berasal dari Inggris. Dengan demikian, diharapkan lulusannya nanti memiliki kualitas mengajar secara internasional yang juga bisa mengajar di luar negeri.

"Di negara lain sebenarnya juga banyak kekurangan guru, contohnya di India. Jadi, kita bisa mengirim lulusan kita mengajar di luar negeri. Hal ini akan mudah dilakukan, karena nantinya mahasiswa selama satu tahun akan magang di sekolah-sekolah internasional, baik di Indonesia maupun di luar negeri," ungkap Jony.

Berbeda dengan kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia, PGSD President University menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar. Universitas ini juga memiliki boarding school yang mengharuskan mahasiswanya tinggal di asrama.

Para mahasiswa PGSD tersebut akan berinteraksi langsung dengan mahasiswa asing yang saat ini berjumlah 10 persen dari total mahasiswa President University. Melalui interaksi tersebut, mahasiswa akan berada dalam lingkungan internasional sehingga kepercayaan diri akan meningkat untuk siap mengajar di luar negeri.

Tak hanya kurikulum yang mumpuni, untuk melahirkan guru yang berkualitas, pada awal program studi PGSD akan didukung oleh enam dosen yang bergelar doktor dan master. “Kami jadikan program studi PGSD nantinya menjadi favorit bagi lulusan sekolah lanjutan atas dan kejuruan,” ujar Jony.

Jony juga menambahkan bagi guru-guru yang belum memiliki ijazah S1 dan ingin meningkatkan kualitas mengajarnya, bisa melanjutkan S1 di President University.

Program beasiswa juga akan diberikan oleh President University yang bekerja sama dengan Jababeka bagi lulusan SMA sederajat yang memiliki prestasi baik secara akademik maupun bertalenta di berbagai bidang.

Jony pun yakin lulusan program studi PGSD President University akan langsung terserap di dunia kerja. Hal tersebut disebabkan banyak daerah di Indonesia yang masih kekurangan guru yang berkualitas.

“Jababeka yang memiliki visi membangun 100 kota di Indonesia, tentunya akan melengkapi  kotanya dengan fasilitas pendidikan  bertaraf internasional, seperti yang telah dibangun di Cikarang, ada TK-SD Presiden, SMP Presiden, dan SMA Presiden. Bahkan dalam waktu dekat akan mendirikan sekolah di Tanjung Lesung, Banten dan di Kawasan Industri Kendal, Park by the Bay. Jadi, Jababeka sendiri akan membutuhkan guru-guru yang berkualitas, artinya lulusan PGSD President University pasti langsung terserap di dunia kerja,” kata Jony menegaskan. (Adv) 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com