Advertorial

Jangan Abaikan Papan Informasi Perbaikan Pipa Air

Kompas.com - 09/01/2017, 18:46 WIB

“Hati-hati ada galian pipa air.” Tulisan ini mungkin pernah Anda temukan pada tali safety line, papan, atau banner yang menutupi sebagian jalan yang Anda lewati. Papan atau banner itu menjadi tanda bahwa sedang ada pekerjaan atau perbaikan pipa air di lokasi tersebut.

Sebaiknya, tak perlu berpikir bahwa ini hanya akan menghambat perjalanan atau bikin macet. Memang benar bahwa tanda-tanda tersebut akan menghalangi sebagian jalan Anda. Namun, justru keberadaan penutup jalan itu melindungi Anda dan orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan dari kecelakaan.

Tanda itu dipergunakan untuk menginformasikan bahwa ada galian untuk memperbaiki pipa distribusi air bersih kepada warga. Galian itu bisa jadi berkedalaman 1,5 meter atau lebih.

Kondisi di dalam galian tentu berbeda dengan kondisi jalan yang Anda lewati. Keadaan di bawah tanah bisa berbahaya, sebab ada banyak pipa, air kotor, bahkan kadar oksigennya pun bisa jadi di bawah normal. Bila tak ada pelindung dan Anda tidak berhati-hati saat melintas di kawasan yang terdapat galian, risiko mengerikan mungkin saja terjadi.

Proses menghasilkan dan mengantarkan air bersih kepada pelanggan memang tidak terlepas dari risiko kecelakaan, baik untuk orang umum dan terutama untuk para pekerja. Risiko itu pun menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari salah satu operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah barat Jakarta PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja).

Environment, Health, and Safety (EHS) Division Head Palyja Novian Imamsjah Roesli bercerita, di Palyja sendiri ada tiga potensi bahaya besar dalam proses produksi dan distribusi air bersih. Potensi bahaya itu dapat menimpa pekerja dan juga orang-orang yang berada di sekitar area pekerjaan. Apa saja bahaya itu?

Kebocoran gas klorin

Selama ini Instalasi Pengolahan Air (IPA) Palyja di Pejompongan menggunakan gas klor atau klorin dalam mengolah air baku menjadi air bersih. Fungsinya, untuk melakukan proses pemurnian atau desinfeksi air dari bakteri. Imam menilai, klorin adalah bahan yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme yang ada di air.

Di luar fungsi tersebut, gas klorin bisa sangat berbahaya bagi orang yang menghirupnya secara langsung. Sebenarnya gas klorin disimpan dalam tangki berstandar internasional, namun, risiko bocor tetap ada. Potensi itu bisa terjadi ketika handling, saat gas dibawa dari truk ke lokasi proses produksi, dan saat dikoneksikan dengan yang lain.

“Proses handling klorin ini yang menjadi bahaya terbesar. Bila terhirup dalam 5 ppm (part per million) saja sudah berbahaya bagi kita. Karena klorin itu iritasi, bisa kena ke paru-paru lalu meracuni paru-paru dan bisa meninggal,” tutur Imam.

Kebocoran gas klorin bisa menyebar dengan cepat, namun tergantung arah angin dan konsentrasi yang terbuang. Gas klorin punya berat jenis yang lebih besar daripada udara sehingga berada di bawah.

Saat terjadi kebocoran, akan ada peringatan berupa bunyi alarm. Saat alarm berbunyi, ada tim khusus yang akan mengevakuasi. Mereka akan mengetahui ke mana arah angin membawa gas, lalu mengarahkan orang-orang setempat untuk meninggalkan tempat ketika area sudah aman.

“Kalau ada alarm, tenang. Nanti ada tim evakuasi yang sudah terlatih yang akan mengarahkan,” ujar Imam.

Tim evakuasi telah diberi pelatihan dan perlengkapan khusus, seperti masker, baju Self Contained Breathing Aparatus (SCBA) yang akan memberi anggota tim oksigen saat mengevakuasi kebocoran gas klorin.  

Terjebak di confined space atau ruang terbatas

Pengerjaan pipa air berlangsung di area yang disebut Palyja sebagai confined space atau ruang terbatas, yaitu ruang yang perlakuannya harus spesifik. Contohnya ruang bawah tanah. “Yang disebut sebagai ruang terbatas itu, masuknya harus pakai turun tangga, di dalam oksigennya kurang, penerangan kurang, aksesnya itu saja tidak ada yang lain,” tutur Imam.

Untuk diketahui, kadar udara yang normal itu terdiri dari 22 persen oksigen, 77 persen nitrogen, dan sisanya yang lain. Keadaan bisa jadi berbahaya ketika kadar oksigen di ruang tersebut kurang dari 19 persen.

Yang juga berbahaya ialah keberadaan gas metan yang berasal dari air limbah di bawah tanah. Oksigen akan mengurai limbah bawah tanah, sehingga kadar oksigen yang seharusnya ada di sana berkurang.

Imam menuturkan, untuk mengantisipasi ini, Palyja mewajibkan pekerja mengecek kadar oksigen di dalam galian sebelum masuk ke sana. Palyja juga mewajibkan para pekerja mengenakan safety harness saat masuk ke dalam galian.

“Kalau ada apa-apa ditarik pakai tali. Jadi jangan sampai tiga orang masuk semua. Ada yang di luar sambil menenteng alat kadar oksigen. Harus dicek setiap periode waktu tertentu karena bisa berkurang tiba-tiba,” kata Imam. 

Risiko saat ada pekerjaan di jalanan

Pemasangan atau perbaikan pipa dilakukan di jalanan. Seperti diketahui, lalu lintas di Jakarta sangat ramai. Banyak kendaraan dan warga berlalu-lalang. Otomatis, pihak kontraktor atau pekerja harus memastikan keamanan bagi pekerja dan orang-orang di sekitarnya. Palyja memberi batas berupa tali safety line atau banner yang membatasi dan menutupi area galian.

“Maka jika ada pekerjaan, area itu kami tutup dengan banner. Tujuannya untuk melindungi orang supaya tidak masuk ke dalam, karena kami menggali dengan kedalaman yang cukup. Standarnya, kalau lebih dari 1,2 sampai 1,5 meter harus ada pelindung galian,” ujar Imam.

Mengajak pekerja sadar keselamatan

Imam mengatakan Palyja selalu mengutamakan keamanan dan keselamatan pekerja juga orang-orang di sekitarnya dengan standar tertentu dalam setiap proses produksi dan distribusi air bersih kepada pelanggan. Selain terus menerapkan standar keselamatan dan keamanan di atas, tahun ini Palyja juga berupaya meningkatkan kepedulian karyawan dan keluarganya mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Palyja mengedukasi karyawan dengan pelatihan ulang mengenai hal-hal dasar kesehatan dan keamanan, di antaranya bahaya risiko di tempat kerja dan insiden yang mungkin terjadi.

Pelatihan ini akan berlanjut sampai tahun 2017. Seluruh karyawan, dengan total 1.200 orang, akan mengikuti pelatihan ini. “Materinya adalah bahaya risiko seperti apa, kemudian bagaimana menghadapi emergency, kalau ada alarm bagaimana. Bahaya kebakaran, bagaimana alat pemadam api ringan digunakan. Kecelakaan juga harus dilaporkan, karena kalau tidak dilaporkan menutupi bahaya ke orang lain,” ujar Imam.

Jaminan kesehatan dan keamanan Palyja telah mendapat sertifikasi dari Astra Green Company serta OHSAS 18001 dan ISO 9001. Bahkan dalam empat tahun terakhir, Palyja mendapat Zero Accident Award dari Pemda DKI Jakarta.

“Kita sudah tersertifikasi OHSAS 18001 untuk sebagian besar plan yang ada di Palyja, Pejompongan, Cilandak, DCR 5, DCR4, dan support-nya, termasuk Pejompongan Office, DIPO Headquarters kita, dan logistik. Ini juga sudah certified untuk ISO 90001 dari SGS untuk semua aktivitas, termasuk customer sevice, complain handling, dan call center,” tutur Imam. (Adv)

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com