Advertorial

Tol Udara Tekan Disparitas Harga di Wilayah Terpencil

Kompas.com - 28/04/2017, 23:10 WIB

Kementerian Perhubungan berniat membangun tol udara. Tujuannya, untuk menekan disparitas harga di wilayah-wilayah terpencil, khususnya pegunungan. Program ini rencananya mulai berjalan akhir April 2017.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan program tol udara dimulai dari kawasan Indonesia Timur, seperti Wamena, Timika, dan Jayapura.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Mohammad Alwi menambahkan, pemerintah akan membuat skema hub (pengumpul) dan spoke (pengumpan) untuk mewujudkan tol udara. Skema ini akan menentukan kapasitas bandara dan pesawatnya.

Bandara dengan landas pacu panjang, yakni di atas 2.000 meter, akan menjadi hub karena bisa menampung pesawat dengan kapasitas besar, seperti Boeing atau Airbus yang bisa mengangkut barang seberat 15 ton.

Setelah itu, barang-barang yang terdapat di hub ini akan didistribusikan ke bandara yang lebih kecil dengan pesawat yang juga lebih kecil, seperti Caravan. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau