Brandzview

Dedi Mulyadi Menata "Rumah Proklamasi" di Renggasdengklok

Kompas.com - 03/05/2017, 10:20 WIB

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Panas cuaca khas daerah Pantai Utara (Pantura) di Kabupaten Karawang, sangat terasa menyengat, Kamis (27/4/2017) siang lalu. Kondisi itu tak menyurutkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, untuk mengunjungi sebuah rumah bersejarah Presiden RI pertama Soekarno di Renggasdengklok.

Sebelum menuju lokasi, Dedi sempat singgah ke sebuah pasar terdekat untuk membeli beras yang dibawa dengan bak terbuka. Dengan berjalan cepat seperti kebiasannya, Dedi terlihat sigap berbelanja dan kemudian membawanya ke salah satu lokasi rumah bersejarah itu.

Tiba di lokasi, puluhan wanita lanjut usia tampak berkerumun dan duduk rapi di depan rumah bersejarah milik Djiauw Kie Siong. Rumah itu tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai tempat Pahlawan Proklamasi Indonesia Soekarno-Hatta mempersiapkan teks Proklamasi Kemerdekaan sebelum dibacakan di Jakarta.

Dedi rupanya sering berkunjung ke rumah ini. Itu terlihat dari animo cucu pemilik rumah dan warga sekitar yang menyambutnya secara antusias. Ternyata, selama ini Dedi ikut berperan dalam menata kelestarian rumah sejarah tersebut.

"Rumah milik kakek saya ini adalah rumah sejarah Soekarno-Hatta di Renggasdengklok. Pak Dedi yang sering ke sini memberi bantuan, selain bantuan uang pemeliharaan, pagar pun diperbagus olehnya," ujar Yanto, salah seorang cucu Djiauw Kie Siong di rumah tersebut.

Yanto menuturkan, di zaman revolusi rumah ini dijadikan tempat kedua proklamator Negara, Seokarno-Hatta, terutama ketika dibawa oleh para pemuda Indonesia yang mendesak mereka segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Saat ini, lanjut Yanto, dirinya bersama istrinya menempati bagian tengah dan belakang rumah bersejarah tersebut. Adapun di bagian depan masih terdapat dua ruang kamar di kedua sampingnya.

Tampak dua kamar dengan tempat tidur era dulu berbalut kain putih. Semuanya masih asli, seperti saat dulu kedua Proklamator RI itu beristirahat di kamar tersebut.

IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Yanto, keturunan pemilik rumah bersejarah proklamasi Rengasdengklok saat menunjukkan kamar yang dipakai Presiden RI pertama Soekarno, satu malam sebelum Proklamasi dibacakan di Jakarta.
Sehari-hari bagian depan sebagai rumah sejarah itu tak ditempati. Ruangan sengaja dikosongkan, meskipun bagian depan dan tengah masih satu bagian.

"Saya tinggal di rumah bagian tengah ke belakang yang dibangun. Kalau rumah kakek dulu sebagai rumah sejarah tak diganggu masih seperti dulu. Seperti tempat tidur, meja dan bangku, yang dipakai Pahlawan Proklamator Negara ini Soekarno dan Hatta," jelas Yanto.

Yanto pun menceritakan kembali saat kakeknya bercerita tentang Soekarno-Hatta di rumah itu. Saat itu, Soekarno kali pertama datang masih mengenakan baju tidur.

Warga setempat pun langsung berkerumun, karena ada sosok tokoh pejuang datang ke kampungnya. Selama di rumah itu, Soekarno dan Hatta hanya terlihat menulis di beberapa kertas selembar sambil berdiskusi saat malam harinya. Hanya sekali waktu keduanya keluar dari kamar untuk pergi ke kamar mandi di belakang rumah.

"Kata kakek saya, waktu itu Soekarno hanya sekali ke belakang, itu juga untuk kamar mandi. Selebihnya berada di kamar. Pagi harinya, kakek saya melihat beberapa corat-coret di beberapa lembar kertas, tapi tak menyebutkan apa isinya," tambah Yanto.

Pemeliharaan

Selama ini pemeliharaan rumah bersejarah itu dibiayai oleh pemerintah. Menurut Yanto, setiap bulan selalu mendapatkan biaya meskipun jumlahnya belum memadai.

"Kalau tiap bulan masih ada biaya pemeliharaan yang diterima dari pemerintah, tapi masih kurang," ujar Yanto.

IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat berbincang bersama seorang nenek di rumah sejarah Renggasdengklok, Karawang.
Dia mengaku, selama ini biaya pemeliharaan itu juga terbantu oleh para tamu yang berkunjung dan mengulurkan tangan. Apalagi, lanjut Yanti, makin hari biaya kebutuhan semakin bertambah dan membuat keluarganya terkadang mengeluarkan uang sendiri untuk biaya perbaikan dan pemeliharaan supaya kondisi rumah tetap baik.

"Terbantu juga kalau ada tamu yang berkunjung suka ngasih uang," tuturnya.

Dirinya mengakui kalau selama ini warga sekitar rumah sejarah Renggasdengklok selalu mendapat bantuan dari Dedi Mulyadi. Salah satunya bantuan penataan akses gerbang masuk supaya rumah sejarah ini banyak pengunjungnya. Bantuan itu termasuk uang untuk pemeliharaan rumah sejarah dan sosial lainnya bagi warga setempat.

"Penataan yang dilakukan Kang Dedi adalah mempercantik akses kalan masuk. Gerbang Malati pun dibangun untuk mempercantik bangunan sejarah. Beberapa gapura dibangun mulai dari gerbang masuk gang sampai gerbang masuk rumah sejarah," ujar Yanto.

IRWAN NUGRAHA/KONTRIBUTOR PURWAKARTA

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com