BANYUWANGI, KOMPAS.com – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) datang menghadiri Harlah dan Imtihan 70 Tahun Pesantren Bustanul Makmur, Kebunrejo, Kecamatan Genteng, Banyuwangi pada Rabu (17/5/2017) pagi.
Keduanya datang bersamaan setelah Anas yang sebelumnya melakukan ibadah umroh di Mekkah langsung bertolak ke Surabaya dan berangkat bersama Gus Ipul menuju Banyuwangi.
Dalam kesempatan yang sama, kedua tokoh ini kompak berpesan tentang persatuan bangsa. Pesan itu dikhususkan untuk menyikapi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang akhir-akhir ini menguar di media sosial.
“Pandangan-pandangan Islam (yang) moderat harus terus dikampanyekan di tengah kondisi bangsa yang kerap diterpa isu SARA dalam beberapa waktu belakangan,” kata Anas saat memberikan sambutan pada acara tersebut, Rabu.
Anas menambahkan bahwa sebetulnya status Kabupaten Banyuwangi berada dalam kondisi yang kondusif. Warga Banyuwangi tidak terpengaruh isu yang berkembang.
Namun ia tetap mengingatkan semua pihak untuk terus menjaga kondisi tersebut. Terlebih lagi, ia mengatakan bahwa Kabupaten Banyuwangi pernah menyabet penghargaan dari Karen Amstrong—akademisi asal Amerika Serikat—melalui institusinya.
Saat itu, kabupaten itu menjadi 1 dari 40 kota di dunia yang berpredikat welas asih—penuh cinta dan kasih.
Anas melanjutkan bahwa salah satu upaya untuk mengadaptasikan pandangan Islam yang moderat serta tidak bertentangan dengan dasar negara adalah melalui pesantren.
Pesantren, menurutnya adalah garda depan untuk mempromosikan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Pesantren dengan ajarannya yang tawasuth (moderat) menjadi modal penting bagi bangsa untuk menjaga kedamaian, toleransi, dan kebhinnekaan,” ujar Anas.
Pesan perdamaian dan kerukunan bangsa ini ditegaskan kembali saat Gus Ipul naik panggung menjadi pembicara. Sebelumnya, ia menjelaskan lebih dulu perihal asal-usul dan hubungan antara kyai-kyai di Jawa yang saling terhubung karena belajar pada guru yang sama.
Relasi itu ia sebut masih terjalin hingga kini. Gus Ipul melanjutkan bahwa kyai-kayi yang saling terhubung itu sejak dulu sudah berpikir tentang tiga hal, yakni tentang Ilmu (terkait dengan agama), kemandirian ekonomi, dan cinta tanah air.
Ketiga hal itu, katanya mutlak perlu dijaga, termasuk cinta tanah air yang perwujudannya adalah toleransi dan menghargai keberagaman Indonesia.
“Itu sudah ada sejak dulu. Bahkan sebelum negara ini terbentuk,” ujarnya.
Ia menyatakan bahwa kondisi Jawa Timur sampai saat ini masih adem. Meskipun sebentar lagi akan diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Menurutnya, hingga saat ini tak ada isu SARA yang bisa menimbulkan perpecahan.
“Saya mengajak semua yang hadir di sini terutama yang memiliki media sosial untuk menggunakan tagar #jatimadem sebagai kampanye bahwa Jawa Timur hingga kini masih kondusif,” terang Gus Ipul.
Ditemui Kompas.com setelah acara, Gus Ipul menyebutkan bahwa salah satu kunci Jawa Timur adalah banyaknya forum-forum keumatan seperti haul, pengajian, istighosah, wayangan, dan media kesenian yang lain.
“Pertemuan-pertemuan itu yang membuat masyarakat Jawa Timur menjadi akrab,” kata dia. (KONTRIBUTOR BANYUWANGI/FIRMAN ARIF)