0
Kilas

1 dari 25 Daerah Percontohan "Smart City" adalah Banyuwangi

Kompas.com - 24/05/2017, 08:29 WIB

BANYUWANGI, KOMPAS.com – Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendapuk Kabupaten Banyuwangi sebagai 1 dari 25 kabupaten/kota percontohan dalam penerapan konsep smart city di Indonesia.

Dua puluh lima daerah itu terpilih berdasarkan seleksi yang melibatkan Kemenkominfo, Kementerian Dalam Negeri, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi).

Para kepala daerah dari 25 kabupaten/kota itu menandatangani nota kesepahaman
(MoU) dengan Menkominfo Rudiantara di Makassar, Senin (22/5/2017) lalu, sekaligus untuk
memulai Gerakan Menuju 100 Smart City sebagai pengembangan dari 25 daerah yang
telah dipilih.

"Kami bersyukur Banyuwangi bisa terpilih dalam jajaran 25 kabupaten/kota bersama daerah-daerah yang mayoritas adalah daerah mapan. Ini kehormatan bagi Banyuwangi sebagai daerah yang sebelumnya nyaris tidak terdengar," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Anas berterima kasih kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Kemenkominfo, yang akan mendampingi 25 daerah untuk semakin menyempurnakan penerapan konsep smart city.

"Di Banyuwangi sebenarnya kami menyebutnya sebagai smart kampung, karena basis
kami memang di desa yang sebelumnya mungkin tidak mengenal teknologi informasi.
Sekarang, secara bertahap, kami dorong untuk meningkatkan pelayanan publik dan
menggerakkan ekonomi lokal," kata bupati berusia 43 tahun itu.

Anas melanjutkan, Banyuwangi telah mengembangkan Smart Kampung secara bertahap
sejak 2016. Smart Kampung saat itu diresmikan langsung oleh Menkominfo Rudiantara.

Adapun program tersebut memadukan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), kegiatan ekonomi produktif, kegiatan ekonomi kreatif, peningkatan pendidikan-kesehatan, dan upaya pengentasan kemiskinan.

"Program ini kami gagas salah satunya untuk mendekatkan pelayanan publik hingga
ke level desa. Infrastruktur teknologi ini jangan hanya di kota besar, karena justru wilayah Indonesia didominasi oleh desa-desa yang lokasinya jauh dan terpencil," ujar Anas.

Saat ini program Smart Kampung Banyuwangi sudah menjangkau hingga desa-desa yang jauh seperti desa yang ada di Purwoharjo, Pesanggaran, Wongsorejo, Glenmore, Siliragung, Muncar. Saat ini tercatat 80 dari 189 desa di Banyuwangi sudah menjalankan Smart Kampung.

"Targetnya semua desa telah menjalankan program ini hingga awal 2018," kata Anas.

Anas menjelaskan, sejumlah urusan kependudukan bisa diselesaikan dengan Smart Kampung, seperti surat pernyataan miskin (SPM) untuk mendapatkan layanan kesehatan secara gratis.

"Smart kampung ini menjadikan balai desa sebagai pusat aktivitas warga," jelas Anas.

Desa di Banyuwangi saat ini juga telah menjalankan e-village budgeting yang menyinergikan keuangan dan pembangunan di tingkat desa dengan kabupaten. Pengawasan program ini juga dilakukan melalui sistem lengkap dengan titik koordinat dan gambar perkembangan proyek pembangunan.

"Ini menutup celah adanya proyek ganda atau fiktif. Kita menyebutnya e-vilage monitoring," jelas Anas.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau