Mudik memang tradisi khas Indonesia. Setiap satu kali dalam setahun, mobilisasi masyarakat secara besar-besaran akan terjadi secara serentak. Kota-kota besar yang biasanya penuh sesak pun menjadi menjadi lowong karena ditinggalkan oleh penduduknya yang mudik.
Tujuannya tentu saja untuk untuk dapat berkumpul bersama keluarga. Dalam tradisi dan budaya kebanyakan masyarakat Indonesia, momen ketika berkumpul dengan keluarga merupakan sebuah kebahagiaan.
Apalagi ketika masing-masing dari keluarga besar tersebut sudah terpencar di berbagai daerah. Ratusan kilometer jarak yang dilalui ataupun belasan jam perjalanan yang ditempuh bukan jadi halangan.
Alasan inilah yang membuat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berupaya keras untuk melayani lebih baik dengan meningkatkan kesiapan infrastruktur jalan dan jembatan yang akan dilalui para pemudik.
“Kami menyadari bahwa mudik sebagai real happiness masyarakat. Untuk itu kami akan memberi pelayanan yang baik bagi pemudik agar mudik lebih cepat, lebih mudah, lebih aman dan nyaman," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai melakukan Rapat Kerja Persiapan Mudik 2017 di Komisi V DPR RI, Kamis (8/6/2017)
Rapat kerja tersebut juga dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala Korlantas Polri Irjen Royke Lumowa, Kepala BMKG Andi Eka Sakya dan Kepala Basarnas Muhammad Syaufi. Menteri PUPR juga didampingi oleh Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry TZ dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S Atmawidjaja.
Basuki lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk dapat mewujudkan the real happiness tersebut maka dibutuhkan kenyamanan dan kelancaran ketika mudik lebaran. untuk itu mutlak diperlukan 3 hal, yaitu sarana dan prasarana, regulasi yang memadai dan perilaku pengendara yang harus mematuhi regulasi yang sudah disepakati bersama apapun moda transportasinya.
“Kami dari Kementerian PUPR bertanggung jawab membangun sarana dan prasarana jalan dan jembatan. Selanjutnya, diperlukan rekayasa lalu lintas seperti menentukan jalur-jalur alternatif dan pemberlakuan sistem satu arah saat arus mudik dan arus balik. Kemudian, para pemudik juga perlu berperilaku baik selama di perjalanan dengan menaati peraturan dan rambu lalu lintas, menjaga kondisi diri dan kendaraan,” tuturnya Basuki.
Dari sisi infrastruktur, Basuki mengaku bahwa kesiapan tahun ini lebih baik dibanding tahun sebelumnya dalam melayani arus mudik Lebaran. Seluruh ruas jalan nasional yang menjadi jalur utama yang dilalui pemudik sudah dalam dalam kondisi mantap. Beberapa ruas jalan yang tengah dilakukan perbaikan rutin juga akan dihentikan pada H-10 lebaran.
Selain itu, tahun ini juga ada penambahan 402 km jalan tol yang dapat dilalui pemudik. Ruas tol tersebut yakni mulai Brebes Timur hingga Weleri sepanjang 110 km.
Ruas tol lainnya yang fungsional yakni dari Semarang hingga Surabaya sepanjang 227 km, dan 4 ruas tol di Sumatera sepanjang 65 km. Kondisi jalan tol fungsional yang akan dilewati oleh pemudik dari Brebes Timur-Weleri adalah lapisan beton tipis (lean concrete) yang dapat dilalui dengan kecepatan 40 sampai 60 km per jam.
“Dengan berfungsinya jalan tol dari Brebes Timur hingga Weleri, para pemudik sudah melewati beberapa kota yang tahun kemarin terjadi kemacetan seperti Brebes, Tegal, Pekalongan dan Batang. Untuk mengurai antrean keluar tol, juga terdapat 6 pintu keluar, yakni dua ke arah utara lintas utama dan empat ke arah selatan," jelas Basuki.
Tidak hanya itu, pada ruas-ruas baru tersebut juga disiapkan kantong parkir yang menyediakan toilet, parkir, dan mushala.
Selain itu, empat flyover yang dibangun Kementerian PUPR di Kabupaten Brebes yaitu, Dermoleng, Klonengan, dan Kesambi ditargetkan bisa dilalui pada H-10. Sedangkan untuk flyover Kretek ditargetkan dapat dilalui pada H-5 lebaran untuk mengurai kemacetan akibat perlintasan kereta api.
Saat ini progres konstruksi flyover Dermoleng sebesar 90,27 persen, Klonengan sebesar 95,37 persen, Kesambi sebesar 85 persen, dan Kretek 77,41 persen.
"Dampak adanya flyover sangat bagus. Sebelumnya di daerah itu ada 97 kali kereta melintas. Sedangkan satu kali melintas itu kendaraan bisa berhenti 5 menit dan bila ditotal ada 485 menit, atau sekitar 8 jam berhenti. Itu akan hilang," jelas Basuki.
Sementara untuk 65 km Jalan Tol Trans Sumatera yang difungsikan yaitu Tol Bakaheuni-Terbanggi Besar, Palembang-Indralaya, Medan-Binjai, dan Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.