Advertorial

Penyamaan “Skill” untuk Produk Skala Global

Kompas.com - 04/07/2017, 10:55 WIB

Sama seperti sebuah rantai, titik terkuat sebuah industri berada di ikatan terlemahnya. Oleh sebab itu, proses industri pada umumnya tidak bisa berdiri sendiri. Proses tersebut memiliki rantai proses dari industri hulu menjadi industri hilir.

Industri logam salah satunya. Sebagai industri hulu yang menjadi penopang bagi industri lainnya, penggunaan bahan baku logam domestik harus terus ditingkatkan.

Peningkatan bahan baku logam domestik bisa dimanfaatkan secara optimal di industri hilir, seperti industri otomotif, maritim, elektronika, serta permesinan dan peralatan pabrik. Oleh sebab itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan industri logam berbasis sumber daya lokal karena prospek sektor induk ini di masa mendatang masih cukup potensial.

Pemerintah pun dalam hal ini Kemenperin memfokuskan diri pada program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) untuk mendorong masyarakat maupun badan usaha agar lebih menggunakan produk dalam negeri. Melalui program ini, diharapkan dapat mengurangi ketergantukan kepada produk impor, serta meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.

Tak hanya industri logam saja yang bisa dimanfaatkan secara optimal untuk industri hilir. Industri petrokimia juga memiliki peran dalam mengembangkan industri hilir, khususnya dalam industri otomotif.

Seperti PT Chandra Asri  Petrochemical Tbk (CAP), salah satu industri petrokimia dalam negeri, yang mulai memenuhi memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan komponen industri otomotif. Dengan memasok resin polypropylene impact copolymer (termo-plastik) untuk PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), diharapkan dapat memperdalam struktur industri nasional agar rantai nilai dari sektor hulu sampai hilir semakin kuat.

Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartato, kerja sama ini dapat mendorong pertumbuhan industri komponen kendaraan di dalam negeri. Industri otomotif nasional saat ini telah mampu memenuhi tingkat komponen dalam negeri yang berbasis bahan baku lokal sekitar 60 persen.

“Kami akan dorong terus hingga 90 persen pada tahun 2018-2019 dengan basis bahan baku plastik dan baja,” ujarnya seperti dikutip Kompas.com (09/02/2017).

Dengan semakin terbangunnya struktur rantai industri di Indonesia, sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualitas tinggi akan selalu dibutuhkan. Apalagi dengan memiliki SDM yang berkualitas, tentu saja sebuah perusahaan akan menciptakan sebuah hasil yang terbaik. Berbagai cara pun bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan individu dalam bentuk peningkatan keterampilan

Masyarakat umum pun bisa melakukan pelatihan untuk mendapatkan keterampilan yang sesuai bidangnya dengan mengikuti Balai Latihan Kerja (BLK). Mengenai pengajar atau instrukturnya pun sudah memiliki kompetensi yang berkualitas.

Untuk mendapatkan standar instruktur, Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) mengadakan Kompetisi Keterampilan Instruktur Nasional (KKIN) tiap tahunnya. Para instruktur terbaik dari seluruh BLKI seluruh Indonesia berkompetisi pada ajang ini.

-

Dilansir dari Antara, pada KKIN ke-V di Medan, Sumut, sebanyak 77 instruktur dari lima jenis kejuruan seluruh provinsi di Indonesia mengikuti semifinal kompetisi ini. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhammad hanif Dhakiri yang hadir dalam ajang ini mengaku masih perlu dilakukan percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja Indonesia.

"Kalau keahlian SDM sudah memadai dan mengantongi sertifikasi, maka mudah-mudahaan pekerja Indonesia bisa merespon tantangan global dengan baik," ujarnya.

Sejalan dengan prinsip di atas, SDM dari perusahaan yang tergabung dalam Toyota Motor Manufacturing Club (TM Club) juga telah mengikuti Manufacturing Skill Interchange Festival (MASIF).

Para SDM yang merupakan karyawan perusahaan pemasok lokal komponen mobil Toyota ini mengikuti kompetisi keahlian keterampilan yang diadakan oleh TMMIN. Kompetisi ini ditujukan untuk mendorong semangat bersaing dan membangun budaya pengembangan SDM pada perusahaan pemasok. Hal ini dalam rangka mencapai terbentuknya SDM berkualitas terbaik dengan standar global.

 “Melalui MASIF ini, kami berupaya untuk lebih memperluas cakupan kegiatan pengembangan SDM ke rantai bisnis Toyota. Ke depannya, kami berharap MASIF dapat berkembang dan memiliki efek domino ke semua lapis pemasok lokal sehingga lebih memberikan nilai tambah pada industri otomotif menyongsong kompetisi global yang semakin ketat,” ujar Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono.

Saat ini TMMIN memiliki 139 pemasok lokal. Dari jumlah tersebut, beberapa ada yang pernah mengikuti skill contest, tetapi beberapa lainnya belum pernah mengikuti kompetisi apa pun. Hal ini membuat keahlian yang dimiliki para pemasok lokal berbeda-beda.

 “TMMIN dan para pemasok lokal adalah satu tim. Untuk itu, diperlukan komitmen untuk maju bersama-sama sehingga kemampuan TMMIN serta pemasok lokal tidak jauh beda,” tutur Direktur Teknik TMMIN Yui Hastoro.

Salah satu perusahaan pemasok yang mengikuti kompetisi ini adalah PT Nusa Toyotetsu Corp (NTC). Perusahaan ini berhasil menjadi juara umum dalam MASIF 2017. Dari tiga peserta yang dikirimkan untuk setiap karegori, dua peserta berhasil mendapatkan Juara I dan satu peserta mendapatkan Juara II.

 “Kompetisi ini bisa menjadi bahan evaluasi, hasilnya dapat dijadikan standar keahlian bagi perusahaan. Kemudian ditularkan karyawan-karyawan yang lain,” ujar Willy.

Selain itu, Willy juga mengatakan bahwa dengan mengikuti kompetisi ini akan menunjukkan keunggulan SDM yang berdampak pada efisiensi dan produktivitas dalam aktivitas produksi.

Kemajuan sebuah industri sangat ditentukan oleh SDM-nya. Oleh sebab itu, melakukan pengembangan SDM hingga ke seluruh rantai pasok merupakan sebuah hal yang penting untuk memastikan sebuah rantai proses yang kuat untuk menghasilkan produk yang berstandar global . (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com