Kilas

Warga Semarang Kian Bahagia

Kompas.com - 15/07/2017, 21:00 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Indeks pembangunan manusia (IPM) di Kota Semarang, Jawa Tengah terus meningkat setiap tahun. Jika pada 2011, IPM di Kota itu tercatat 77,58 persen, maka pada 2016, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, IPM Kota Semarang meningkat menjadi 81,19 persen.

Pemerintah Kota Semarang sendiri berfokus untuk meningkatkan IPM karena menjadi tolok ukur pembangunan suatu wilayah.

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan layanan itu, sejumlah inovasi dalam pemerintahan diterapkan.

Meningkatnya IPM juga sejalan dengan meningkatnya indeks kebahagiaan warganya. Pada 2016, indeks kebahagiaan warga Kota Semarang sebesar 71,55 persen dari skala 0-100 persen. Dengan capaian itu, warga Semarang pun tercatat kian bahagia.

Dari 10 variabel yang digunakan untuk merefleksikan kebahagiaan individu, meliputi : (1) kesehatan, (2) pendidikan, (3) pendapatan rumah tangga, (4) lingkungan dan kemanan, (5) keharmonisan keluarga, (6) hubungan sosial, (7) ketersediaan waktu luang, (8) rumah dan aset, (9) afeksi, dan (10) kebahagiaan hidup, rata-rata berada diatas 70 persen. Variabel persepsi keharmonisan keluarga memiliki kontribusi terbesar dengan nilai 77,35 persen.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan inovasi program yang tepat pada tujuannya menjadi kunci pembangunan masyarakat. Program berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Hendrar mengatakan, kebahagiaan warga terlihat misalnya dari hubungan yang baik antara pemerintah dan warga dalam menciptakan kampung tematik. Hubungan partisipatif itu menghasilkan sejumlah kampung yang menarik, seperti Kampung Jamu, Kampung Batik, Kampung Seni, Kampung Pelangi, hingga Kampung Jawi.

"Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan mendorong perputaran ekonomi dari lingkup terkecil itu salah satu kuncinya," kata Hendrar, akhir pekan ini (15/7/2017).

Salah satu program kampung tematik bahkan telah mencuri panggung dunia internasional. Kampung Pelangi di Gunung Brintik, Kelurahan Wonosari menjadi sorotan media internasional karena berhasil mengubah kawasan kampung kumuh menjadi destinasi wisata populer.

Warga setempat pun mendapat imbal positif karena perekonomian setempat yang berputar. Alhasil, kesejahteraan dan kebahagiaan warganya meningkat.

Selain penciptaan kampung tematik, inovasi berupa kredit berbunga rendah tiga persen per tahun menggerakkan dunia usaha dan usaha kecil dan menengah di Kota Semarang.

Hendrar menambahkan, apresiasi dari berbagai pihak menunjukkan bahwa pembangunan ibu kota Jawa Tengah berada di koridor yang tepat. "Semoga apa yang dilakukan di Kota Semarang dapat menginspirasi daerah lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya," tambahnya.

Capaian-capaian itu antara lain penghargaan Pastika Parama dari Kementrian Kesehatan RI, penghargaan sebagai Tokoh Utama Penggerak Koperasi, pengakuan atas pelayanan publik terbaik bertajuk WOW public Service Excellence Award Jawa Tengah 2017 dan penghargaan Manggala Karya Kencana dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Penghargaan Manggala Karya Kencana diberikan karena Pemerintah setempat dinilai sukses meningkatkan kesejahteraan kependudukan melalui pembangunan keluarga. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan pemerintah Kota Semarang. (KONTRIBUTOR SEMARANG/ NAZAR NURDIN)


Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau