Sebuah bisnis yang berhasil tentu memiliki rahasia suksesnya sendiri. Bahkan, perusahaan-perusahaan yang sukses tersebut memiliki cara yang berbeda dalam menjalankan bisnis.
Nah, jika saat ini Anda sedang merintis bisnis sendiri, kisah Kusumo Martanto saat merintis Blibli.com berikut mungkin bisa menjadi salah satu pembelajaran. Pada awalnya, alasan Kusumo mendirikan Blibli.com karena ingin menciptakan sesuatu yang terkait teknologi.
“Akhirnya, kami coba melihat beberapa faktor yang ada dan bisnis model seperti apa yang cocok,” ujar CEO Blibli.com itu di acara BCA Young Community - Company Visit Blibli.com
Ia juga mengaku ada beberapa faktor yang membuatnya mantap mendirikan Blibli.com. Faktor pertama adalah banyaknya populasi Indonesia yang kemudian ia terjemahkan sebagai potensi pasar yang besar pula.
“Kemudian dari sisi demografi, sebanyak 50 persen populasi Indonesia berusia di bawah 35 tahun atau biasa disebut bonus demografi. Ini akan memudahkan kita mencari konsumen dan tenaga kerja. Usia produktif kita masih banyak,” paparnya.
Faktor selanjutnya adalah penetrasi internet. Dikarenakan Kusumo ingin bisnisnya terkait teknologi, tentu hal ini menjadi sangat penting. Di tahun lalu saja, menurut data APJII, pengguna internet Indonesia mencapai lebih dari 132 juta pengguna.
Kemudian, faktor kenaikan pengguna ponsel pintar yang terus naik. “Saat ini penetrasi ponsel pintar kita mencapai 43 persen. Bila dikalikan dengan populasi, tentu ini jumlahnya banyak sekali. Dari semua faktor yang ada, kami berpikir bahwa e-dagang bisa menjadi solusi,” katanya.
Namun, tantangan pun berlanjut pada teknologi. “Saat ini perubahan teknologi sangatlah cepat. Bila di awal Blibli.com berdiri kami hanya memikirkan cara membuat situs dan agar situs itu tidak menjadi lamban bila banyak yang mengakses, kini perhatian teknologi sudah berkembang,” ujarnya.
Kusumo melanjutkan, tantangan selanjutnya adalah kapan bisa mengimplementasikan intelegensi buatan (AI) pada Blibli.com, kemudian chatbot pada layanan panggilan (CS), penggunaan realitas virtual (VR) untuk belanja, dan lainnya.
“Hal-hal itulah yang saat ini sedang kami coba bangun,” pungkas Kusumo. (Adv)
Sumber : smart-money.co