Advertorial

Tertarik dengan fotografi? Ini Dasar yang Harus Anda ketahui

Kompas.com - 01/08/2017, 11:15 WIB

Selama satu dekade ini, peminat terhadap fotografi terus meningkat tajam. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh kemudahan pengguna untuk mengakses teknologi kamera tersebut.

Dahulu, untuk mendapatkan kamera sekelas Single-lens Reflects (SLR) yang biasa digunakan oleh fotografer profesional, biaya yang diperlukan tidaklah sedikit. Namun semenjak berbagai pabrikan yang memproduksi kamera mengeluarkan seri level pemula (entry level) dengan harga yang lebih terjangkau, peminatan terhadap bidang ini langsung melambung tinggi.

Tidak hanya itu, kamera jenis Mirrorless Interchangeable-Lens Camera (MILC) yang juga turut meramaikan pasar kamera pada beberapa tahun belakangan ini juga menambah peningkatan minat terhadap fotografi. Kamera MILC atau kamera mirrorless dengan lensa yang dapat diganti-ganti ini memang didesain lebih ringkas dari jenis SLR sehingga lebih mudah untuk dibawa bepergian.

Terakhir, perkembangan teknologi fitur otomatis pada kamera juga memudahkan pengguna untuk mengambil gambar tanpa harus melakukan pengaturan yang rumit. Pengguna hanya perlu mengarahkan kamera ke objek yang ingin ia tangkap, kemudian menekan tombol rana. Sama seperti kamera jenis point and shoot atau yang juga dikenal dengan kamera pocket.

Akan tetapi apabila Anda memang tertarik dengan fotografi, ada baiknya Anda mengerti bagaimana cara kamera mengambil gambar agar Anda tidak hanya bergantung dengan fitur otomatis. Dengan mengetahui dasar tersebut, Anda juga dapat melakukan eksplorasi teknik pengambilan gambar.

Mengenal exposure triangle

Fotografi juga dikenal dengan istilah melukis dengan cahaya. Tidak salah, karena memang secara prinsip objek yang ditangkap pada foto itu “digambar” oleh cahaya yang masuk ke dalam sensor. Sensor (pada kamera analog menggunakan film) diibaratkan sebagai kanvas, dan cahaya yang masuk adalah tinta.

Karena cara kerjanya seperti itu, hal mendasar dalam mengambil sebuah foto adalah mengatur intensitas cahaya yang masuk. Apabila foto diambil dengan kondisi kurang cahaya (under exposed), maka gambar akan terlihat gelap. Sedangkan ketika foto yang diambil dengan kondisi cahaya berlebih (over exposed), gambar akan terlihat terlalu terang atau bahkan hanya warna putih semua.

Pengaturan tersebut dilakukan dengan kombinasi tiga hal ini: bukaan diafragma (aperture), kecepatan rana (shutter speed), dan sensitivitas sensor terhadap cahaya (ISO). Tiga hal ini biasa dikenal dengan istilah exposure triangle atau segitiga pencahayaan.

Diafragma adalah bilah-bilah yang akan terbuka ketika tombol rana ditekan, dan membiarkan cahaya masuk ke dalam sensor kamera. Aturannya adalah, semakin lebar bukaan diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk. Sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma, cahaya yang masuk akan semakin sedikit.

Bukaan diafragma ini dilambangkan dengan F yang satuannya berbanding terbalik dengan bukaan diafragma. Semakin kecil satuan F-nya, maka bukaan diafragmanya semakin besar. Sebaliknya, Semakin besar satuan F-nya, bukaan diafragmanya semakin kecil.

Kemudian satu hal lagi tentang diafragma adalah semakin besar bukaan diafragma, semakin dangkal dept of field (DoF) yang ditangkap pada gambar. Gampangnya apabila Anda mengambil potret yang fokus kepada satu ojek dengan F/1,8 (DoF yang dangkal), latar belakang objek tersebut tidak akan tergambarkan dengan jelas.  DoF ini juga dikenal dengan istilah “bokeh”.

Selanjutnya, kecepatan rana adalah kecepatan diafragma membuka sampai kemudian menutup lagi ketika tombol rana ditekan. Semakin lama diafragma terbuka, maka cahaya yang masuk akan semakin banyak. Sedangkan semakin sebentar diafragma terbuka, semakin sedikit cahaya yang masuk. Kecepatan rana ini ditandai dengan satuan detik.

Namun yang harus Anda ingat adalah semakin lama diafragma terbuka kemungkinan gambar yang ditangkap menjadi berantakan semakin besar. Bisa jadi karena objek yang ingin ditangkap bergerak atau kamera yang Anda pegang yang bergerak.

Terakhir adalah kepekaan sensor terhadap cahaya (ISO). ISO ditandai dengan satuan angka. Semakin besar satuan ISO-nya, maka kepekaan sensor terhadap cahaya menjadi semakin besar. Namun ISO yang besar memberikan efek “berpasir” pada gambar.

Perhatikan kondisi cahaya dan kondisi objek

Setelah memahami segitiga pencahayaan, yang perlu Anda lakukan adalah mengatur perpaduan tiga hal tersebut berdasarkan kondisi cahaya dan kondisi objek.

Ketika Anda ingin mengambil gambar di malam hari dalam kondisi minim cahaya, Anda harus menggunakan ISO yang besar. Kecepatan rana diatur sesuai kebutuhan apakah kamera menggunakan tripod (yang membuatnya jadi lebih stabil). dan objek yang ingin ditangkap apakah bergerak atau tidak. Sedangkan bukaan diafragma dilihat dari kondisi kedalaman gambar yang ingin dihasilkan.

Namun untuk kondisi yang berbeda, seperti mengambil gambar pada kegiatan olahraga, Anda membutuhkan pengaturan yang berbeda. Untuk menangkap objek yang selalu bergerak seperti pada kegiatan olahraga, hal utama yang harus Anda perhatikan adalah kecepatan rana. Kemudian untuk bukaan diafragma dan ISO bisa disesuaikan dengan hasil foto yang Anda inginkan.

Masih tertarik dengan fotografi? Dimulai dari Tokopedia, Anda dapat mencari kamera DSLR terlengkap ataupun kamera mirrorless terbaru untuk memulai petualangan Anda di dunia fotografi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com