Kilas

Jawa Barat Bagian Utara Rawan Kekeringan

Kompas.com - 10/08/2017, 10:08 WIB


KOMPAS.com -Wilayah Jawa Barat bagian utara lebih cepat mengalami kekeringan dibandingkan daerah selatan menjelang musim kemarau. Lahan pertanian di Indramayu dan Cirebon biasanya mengalami kekeringan lebih awal.

"Di Jawa Barat saat rawan (kekeringan) berbeda-beda. Biasanya, daerah utara yang lebih cepat kemarau, baru kemudian daerah selatan," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Kadistan) Provinsi Jawa Barat Hendi Jatnika di Bandung, Rabu (9/8/2017).

Hendi, dalam rilis yang diterima Kompas.com pada Kamis (10/8/2017) mengatakan, saat ini sekitar ratusan hektar sawah mengalami kesulitan air.

Kekeringan terjadi di daerah Kabupaten Bandung, seperti di Kecamatan Baleendah, Majalengka, Indramayu di Gabuswetan, Cikedung, Kandanghaur, Harjamukti, Mundu termasuk Jatitujuh wilayah pantura.

"Sampai bulan Juni ada laporan yang terdampak kekeringan yaitu 364 hektar sawah mengalami kekeringan. Sedangkan bulan Juli belum masuk laporannya," ujarnya.

Meski terjadi kekeringan di beberapa wilayah, namun hingga kini belum ada laporan terjadinya puso. "Sudah ada yang terlaporkan pada Juni lalu ada sawah yang mengalami kekeringan, tetapi belum ada yang puso. Mudah-mudahan tidak ada," katanya.

Sejak awal, kata dia, petani diimbau untuk tidak memaksakan menanam padi pada lahan-lahan yang tidak mungkin terairi selama musim kemarau.

Namun, selama musim kemarau ada juga lahan-lahan yang terairi dengan memanfaatkan sumber air lain. Misalnya, air dari sungai yang diambil menggunakan pompa air.

"Tapi kalau jauh dari sumber air dan tidak terjangkau pompa, lebih baik ganti komoditas, dengan jagung atau palawija lainnya. Jangan terlalu memaksakan, itu antisipasi pertama," ujarnya.

Antisipasi Kementerian Pertanian

Kementerian Pertanian RI telah menyiapkan bantuan berupa alat mesin pertanian yang berjumlah sekitar 100.000 unit bagi petani. Kementerian berharap pemerintah daerah proaktif dalam mengantisipasi musim kemarau.

Saluran irigasi primer jebol ratusan hektar lahan pertanian yang  baru beberapa minggu ditanami padi mati terseret banjir bah, Senin (11/7).KOMPASCom Saluran irigasi primer jebol ratusan hektar lahan pertanian yang baru beberapa minggu ditanami padi mati terseret banjir bah, Senin (11/7).

Staf Ahli Menteri Pertanian Sam Herodian mengatakan, tahun ini ada sekitar 100.000 unit bantuan alat pertanian. Itu bukan pompa air saja, tapi juga dengan peralatan pertanian lainnya.

Bantuan dari kementerian didistribusikan berdasarkan kebutuhan. "Bantuan itu juga sudah mulai didistribusikan," katanya pada Kamis (20/7/2017) lalu di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Berdasarkan pengalaman kekeringan pada 2015, Indonesia mesti belajar cepat untuk mengatasi kemarau. Apalagi, saat itu sebagian besar wilayah terdampak kemarau karena fenomena El Nino.

Pemerintah mengatasi kekeringan dengan membangun irigasi. Pembangunan infrastruktur pertanian itu dilakukan bersama Kementerian Desa.

Selain itu, pemerintah pusat membangun puluhan ribu embung di daerah tanah tadah hujan.

Kementeria Pertanian juga mendistribusikan pompa air, pipa, dan beragam alat pertanian bagi petani. Namun, bantuan itu hanya disalurkan jika lahan pertanian yang kekeringan berada tak jauh dari sumber air.

Bantuan peralatan pertanian itu harus didasarkan pada kebutuhan para petani yang disampaikan kepada dinas terkait di tingkat pemerintah daerah.

Sementara, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementerian Pertanian Widi Hardjono mengatakan, persoalan kekeringan bisa diatasi dengan mengenalkan varietas baru dan pola penanaman yang paling cocok. Meski demikian, air tetap dibutuhkan untuk tanaman tumbuh, apapun varietasnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau