Ketika memutuskan membeli properti sebagai hunian, pertanyaan ini seringkali terlintas di benak setiap orang, dengan nilai yang sama, lebih baik pilih rumah tapak di kota penyanggah atau apartemen di Jakarta.
Preferensi masyarakat Indonesia akan rumah tapak memang masih tinggi. Namun, pertimbangannya adalah saat ini ketersediaan rumah tapak di Jakarta yang dekat pusat aktivitas harian sudah menipis. Jika ada, harganya selangit. Jadi jika ingin memiliki rumah tapak kita harus bergeser ke di kota penyangga Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, atau Bekasi.
Kebanyakan kaum urban profesional usia produktif yang membeli rumah tapak di kota penyangga karena harga yang masih terjangkau, mengaku bahwa pada akhirnya rumah tidak ditinggali. Alasannya akses menuju pusat aktivitas harian di tengah kota yang sulit.
Untuk mencapai pusat kota dari rumah diperlukan waktu tempuh 4 – 6 jam pergi pulang dan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi ditambah dengan kemacetan yang menguras energi dan menimbulkan kelelahan psikologis.
Hal ini yang dirasakan oleh Sri (27), karyawan salah satu agensi iklan di Jakarta Selatan. Ia saat ini telah membeli rumah di kawasan Depok, namun belum ditinggali karena waktu tempuh yang panjang dari rumah ke kantor. Hingga saat ini ia masih memilih bertahan di apartemen yang disewanya.
“Sampai rumah sudah bete, capek fisik dan batin karena macet. Akses ke tengah kota kalau mau rekreasi atau kerja juga sulit. Naik ojek online juga tidak murah,” ujarnya.
Pengalaman yang sama juga dirasakan oleh Rienaldo (28). Kesulitan menempuh perjalanan dari Depok ke tempatnya bekerja di Blok M membuat ia memutuskan pindah ke apartemen di Jakarta.
“Jarak tempuh Depok-Blok M dan Grogol – Blok M sebenarnya hampir sama tapi waktu tempuhnya lebih lama dari Depok. Daripada menghabiskan dua jam di jalan lebih baik pindah. Satu-satunya jenis hunian yang tersedia ya apartemen,” ujarnya.
Pengalaman tersebut dialami karena perkembangan pembangunan hunian yang tidak diimbangi dengan perkembangan kota penyangga. Akses yang sulit tersebut tidak hanya berpengaruh pada kehidupan pemilik properti melainkan juga nilai investasi propertinya. Tingkat okupansi dan jumlah captive market rendah akan membuat properti sulit dijadikan sumber pendapatan pasif.
Sementara apartemen, yang sifatnya sebagai bangunan vertikal, lebih banyak tersedia di dekat pusat bisnis dan komersial Jakarta. Perjalanan lebih singkat dan lebih efisien waktu.
“Pertimbangan terkait lokasi kegiatan harian ini penting agar jangan sampai salah strategi memilih hunian. Harus punya mindset bahwa hunian yang dibeli harus bisa ditinggali dan mendukung kegiatan sehari-hari juga. Jangan cuma punya,” saran Asnedi, Sales and Marketing Manager Prajawangsa City, apartemen besutan Synthesis Development.
Prajawangsa City adalah salah satu apartemen yang pantas untuk dijadikan pertimbangan. Apartemen yang dikembangkan oleh Synthesis Development ini dibangun di Cijantung, Jakarta Timur. Lokasi ini dekat dengan kawasan CBD TB Simatupang yang saat ini menjadi rumah bagi kantor-kantor perusahaan ternama, baik nasional maupun multinasional. Selain itu dekat juga dengan Jalan Raya Bogor yang tengah berkembang menjadi pusat bisnis dan industri.
“Akses yang ditawarkan Prajawangsa City juga sangat baik. Hanya 1,5 kilometer dari pintu Tol JORR dan Cikampek. Dekat juga dengan Stasiun Tanjung Barat dan terminal Kampung Rambutan yang nanti akan jadi stasiun LRT. Menuju universitas-universitas terbaik di daerah Depok dan sekitarnya juga mudah,” kata Asnedi.
Prajawangsa City memiliki sejumlah fasilitas seperti mal, area komersial, pusat kebugaran dengan empat kolam renang tematik, hingga ruang amphitheater untuk penghuni berkumpul. Selain itu juga area terbuka hijau seluas 3 hektar yang didedikasikan sebagai lokasi urban farming. Penghuni dapat bercocok tanam di area yang terbagi menjadi spice garden dan herbal garden tersebut.
“Sekarang seharusnya sudah tidak ada anggapan lagi kalau tinggal di apartemen tidak cocok untuk keluarga. Mindset kita harus visioner karena apartemen akan jadi konsep hunian yang paling banyak dipilih di masa depan,” ujar Asnedi.
Meski dibangun di lokasi strategis dan dilengkapi dengan segudang fasilitas harga unit Prajawangsa City masih dapat dikatakan terjangkau. Prajawangsa City memiliki program custom payment. Jika customer tidak lulus syarat bank, pembelian bisa dilakukan lewat developer dengan harga mulai Rp 5 jutaan per bulan selama 100 bulan.Namun demikian captive market-nya menjanjikan sehingga selain sebagai hunian juga memiliki nilai investasi.
Promo khusus #PestaMerdekadari Prajawangsa City juga akan hadir dalam rangkaian Indonesia Is Me – Synthesis Kriya Nagri yang akan digelar Synthesis Development, di Grand Atrium Kota Kasablanka Jakarta, pada 15 – 20 Agustus 2017, diantaranya pembeli Prajawangsa City akan mendapatkan free service charge 3 thn, free biaya pengalihan dan diskon booking fee sebesar 72%.
Segera datang ke Marketing Office Prajawangsa City di Jl. Pedati Selatan No 8 Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur atau silakan langsung hubungi nomer telepon 021-2287 8800/ 085890412350 (WhatsApp) untuk mendapat fasilitasi penjemputan ke lokasi dan kunjungi juga www.prajawangsacity.id.