KOMPAS.com - Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Ahmad Hadadi, berharap tidak ada lagi anak usia sekolah di Jawa Barat yang tidak bersekolah. Jargon ‘Pendidikan untuk Semua’ harus bisa direalisasikan di seluruh kalangan masyarakat.
Menurut Hadadi, pihaknya saat ini sudah memulai program sekolah terbuka. Selain untuk siswa tidak mampu, sekolah terbuka juga mewadahi anak-anak yang tidak lolos melalui PPDB.
“Saya targetkan sekolah terbuka ini dapat meraih 100 ribu dari 180 ribu anak usia sekolah yang ada di Jawa Barat,” katanya di Bandung, Jumat (11/8/2017) seperti rilis yang diterima Kompas.co,.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan menargetkan membuka ribuan sekolah menengah terbuka di Jawa Barat.
Sekolah menengah terbuka memang menjadi alternatif pilihan siswa setelah lulus SMP. Dengan demikian, semua anak bisa mendapatkan pendidikan.
Saat ini, lulusan SMP di Jawa Barat mencapai 770 ribuan. Sedangkan, jumlah sekolah sebanyak 750 sekolah negeri dan empat ribuan sekolah swasta. Hampir lima ribuan sekolah itu hanya mampu menampung sekitar 600 ribuan siswa.
"Berarti, ada 170 ribuan tidak tertampung. Sisanya kami akan ajak untuk masuk ke sekolah menengah terbuka. Jadi semua anak lulusan SMP seyogyanya bisa melanjutkan sekolah," kata Hadadi pada Rabu (19/7/2017) lalu.
Sekolah menengah terbuka hampir sama seperti SMA/SMK. Kurikulum, tenaga pengajar, ujian, dan ijazahnya sama. Namun, bangunannya tidak formal seperti bangunan sekolah.
Siswa dapat belajar secara fleksibel di tempat publik seperti masjid dan kantor kelurahan dengan pengawasan dari satu sekolah yang menjadi induknya. Waktu belajar tatap muka dengan guru hanya dua kali per minggu.
Sekolah terbuka juga menjadi wahana pendidikan bagi para atlet dan anak usia sekolah yang terpaksa bekerja. Agar mereka tidak putus sekolah.
Dinas Pendidikan menyediakan relawan pengajar dan guru utama dari sekolah induk yang terakrediasi A di sekitar pelaksanaan sekolah menengah terbuka tersebut. Sementara, anggaran disedikan dari pemerintah pusat dan provinsi melalui BOS dan dana dari pemerintah daerah.
Tahun ini, sekolah menengah terbuka sudah mulai beroperasi di Bandung Barat, Cianjur, Bogor, dan Garut. Ada sekitar empat ribu siswa yang terdaftar sekolah menengah terbuka.
Rencananya, Pemerintah Jawa Barat membuka ribuan sekolah menengah terbuka lagi. Sekolah ini lebih difokuskan didirikan di kabupaten dengan angka partisipasi kasar (APK) yang masih tertinggal dibandingkan kota.
Jumlah anak usia 16–21 tahun yang tidak melanjutkan pendidikan sekolah menengah di Jawa Barat cukup tinggi. Terbukti Angka Partisipasi Kasar (APK) SM baru mencapai 76,62 persen atau secara nasional APK sekolah menengah Jawa Barat berada di posisi kedua dari bawah setelah Provinsi Papua.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat merencanakan target capaian APK sekolah menengah pada akhir 2018 sebesar 90,18 persen, melalui berbagai strategi dan program. Salah satunya, SMA Terbuka yang dapat menjadi alternatif layanan pendidikan.
Keberadaan SMA Terbuka untuk menampung tamatan SMP/MTs dan atau sederajat, karena mengalami berbagai kendala sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMA.
Berbeda dengan program Paket C yang ditujukan bagi warga segala umur, SMA Terbuka menampung peserta yang berusia dari 16 tahun sampai 24 tahun. Bahkan, warga yang telah dan pernah menikah boleh ikut pendidikan.
Program literasi
Pemerintah Jawa Barat bekerja sama denganTelkom University menggelar pelatihan teknis penulisan bagi guru di aula SMA Negeri 3 Bandung, pada Jumat (11/8/2017).
Pelatihan ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang digelar oleh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis. Pelatihan diikuti 60 orang Guru SMA, SMK, dan SLB dari berbagai sekolah di Jawa Barat.
Hadadi mengatakan, pelatihan ini dapat mendukung guru dalam meningkatkan kompetensi dan kualifikasinya.
Ketua Program Pengabdian Masyarakat Pelatihan Penulisan, Rana Akbari Fitriawan, mengatakan pelatihan ini bukti kepedulian kampus terhadap persoalan literasi media.
“Persoalan yang dihadapi adalah masih rendahnya literasi media masyakarat Indonesia. Pelatihan ini merupakan bentuk kepedulian kami agar kesadaran literasi terutama di kalangan guru menengah atas bisa meningkat,” ujarnya.
Sebelum pelatihan itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Telkom University tentang kerja sama di bidang Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi).
Dari pihak Telkom University, penandatanganan diwakili oleh Ketua Program Studi Digital Public Relations, Marta Tri Lestari.