Advertorial

Kreasi Hermanto Buat Air Minum Kemasan yang Unik di Pasar Indonesia (2)

Kompas.com - 15/08/2017, 14:30 WIB

Berdiri sejak tahun 2003, PT Sariguna Primatirta, produsen air minum kemasan Cleo, kini telah membuahkan hasil yang memuaskan. Hermanto Tanoko, pendiri perusahaan ini pun ingin membagikan keuntungan yang ia peroleh kepada masyarakat luas.

Dengan demikian, Sariguna memilih go public alias initial public offering (IPO). Dalam hajatannya ini, Sariguna menawarkan saham kepada masyarakat sekitar 20 persen.

Perusahaan bakal mempergunakan dana dari IPO untuk mengembangkan bisnis Cleo. Rinciannya, 95 persen akan digunakan untuk membeli mesin baru dan peralatan pabrik. Sementara sisanya, sebanyak 5 persen akan digunakan untuk modal kerja.

Ditambah lagi, perseroan juga akan fokus menggarap segmen premium. "Ini yang tidak dimiliki perusahaan lain. Kami yakin dengan bisnis kami walaupun persaingan di industri air minum sangat ketat," tutur Hermanto.

Tidak berhenti di bisnis air minum, Hermanto juga melakukan diversifikasi usaha. Saat ini, ia memiliki holding dengan 8 subholding perusahaan yang menaungi beberapa perusahaan.

Holding tersebut membawahi beberapa bisnis, antara lain chemical and plastic manufacturing, food and beverage, properti, hotel management, supermarket dan direct selling, distribusi, produk kesehatan dan komestik, serta kafe dan restoran. "Saya juga punya R & D untuk mempelajari bahan bahan yang saat ini masih diimpor. Saya ingin buat sendiri di Indonesia agar tak lagi impor," kata dia.

Hermanto mengaku untuk tahap awal, perusahaannya harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Secara jangka panjang, ia ingin perusahaannya berubah menjadi perusahaan multinasional, yang memiliki banyak usaha di luar negeri.

Peran perbankan begitu krusial

Untuk membantu urusan membesarkan bisnisnya, Hermanto mendapat bantuan dari BCA. Ia mengaku telah menjalin hubungan dengan BCA sejak tahun 1986.

Menurut dia, pelayanan yang diberikan BCA merupakan yang terbaik dari dulu hingga sekarang. Salah satu pengalaman Hermanto bersama BCA yang tidak akan pernah dilupakan adalah saat krisis moneter di Indonesia tahun 1998.

“Saat itu BCA banyak mengalami rush. Namun, BCA tetap bisa mengirimkan dana untuk menggaji karyawan. Saya salut dengan layanan BCA. Padahal sebelumnya saya menyangsikan ketersediaan dana tersebut," cerita Hermanto.

Dirikan Hermanto Tanoko Foundation

Sukses berbisnis tak lantas membuat Hermanto lupa membantu sesama. Kini, ia memiliki sebuah yayasan sosial bernama Hermanto Tanoko Foundation. Visinya, kata Hermanto, menciptakan satu juta wirausahawan di Indonesia.

Visi ini juga dilatarbelakangi juga dengan kecintaannya terhadap dunia bisnis. Sejak kecil, orangtuanya telah memperkenalkan ia dengan dunia bisnis. Pada usia 8 tahun, ia membantu orangtua berjualan di toko kelontong dan berjualan cat. Hermanto pun akhirnya membantu sang ayah membesarkan bisnis, mulai dari toko cat sampai akhirnya memiliki pabrik car Avian.

Dari orangtuanya, Hermanto belajar tentang cara membesarkan bisnis dan menggunakan uang dengan benar. Tak hanya itu, Hermanto juga memperoleh banyak pelajaran hidup dari orang tuanya. Salah satunya, Hermanto dilarang meminjam uang ke bank atau orang lain apabila ia tidak yakin bisa mengembalikannya.

Pelajaran ini ia tularkan kepada anak-anaknya. Sang buah hati kini telah membantu Hermanto membesarkan bisnis. Mereka ditempatkan di beberapa perusahaan milik Hermanto. "Saya kini menjadi motivator buat anak-anak," katanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau