Kilas

Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI

Kompas.com - 16/08/2017, 13:43 WIB


PURWAKARTA, KOMPAS.com - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memiliki tradisi menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Makam para pahlawan tanpa nama biasa ditaburi bunga lebih awal sebelum makam lainnya.

“Ini mah kan kebiasaan Saya sebelum 17 Agustus, biasanya Saya datang kesini lebih dulu, ingin merefleksi keikhlasan mereka yang tidak dikenal dalam perjuangan, maka Saya ziarahi,” kata Dedi sambil menabur bunga di salah satu makam pahlawan tak dikenal di komplek Taman Makam Pahlawan Sirnaraga, Rabu (16/8/2017).

Tradisi ini, diakui Dedi, telah berlangsung sejak menjabat sebagai Wakil Bupati Purwakarta pada 2003. Tentunya, ziarah ke makam pahlawan tak dikenal diluar dari kegiatan protokoler berupa Renungan Suci yang digelar bersama Anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah setempat.

Kepala daerah yang akan mengakhiri jabatannya pada awal 2018 tersebut, datang seorang diri ke Taman Makam Pahlawan Sirnaraga. Bisa jadi, ini kali terakhir Dedi menjalankan kebiasaannya ziarah di Hari Kemerdekaan RI dengan jabatan sebagai Bupati Purwakarta.

Dedi hadir dengan mengenakan kemeja putih berdasi merah lengkap dengan peci hitam dan membawa keranjang berisi bunga. Dia segera menyambangi nisan-nisan yang bertuliskan "Tak Dikenal."

upati Purwakarta sedang berziarah ke makam pahlawan tak dikenal di Taman Makam Pahlawan Sirnaraga, Kabupaten Purwakarta, Rabu (16/8/2017)
  KONTRIBUTOR TASIKMALAYA/IRWAN NUGRAHA upati Purwakarta sedang berziarah ke makam pahlawan tak dikenal di Taman Makam Pahlawan Sirnaraga, Kabupaten Purwakarta, Rabu (16/8/2017)

Selain merefleksi nilai ikhlas dalam perjuangan merebut kemerdekaan, ziarah sekaligus bentuk penghormatan kepada para pahlawan tak dikenal. Apalagi, tidak ada keluarga pahlawan tersebut yang datang untuk menziarahi.

“Mereka kan tidak ada yang menziarahi, jadi tadi sempat baca Al Fatihah dan Surat Yasin di makam mereka,” ujarnya.

Sebagai bentuk penghormatan nyata, Dedi langsung meminta petugas Dinas Tata Ruang dan Pemukiman membersihkan makam yang tidak terawat dan bentuk nisan yang terlihat sudah usang.

Ia pun memerintahkan mereka untuk segera memperbaiki makam tersebut. “Ini diperbaiki, malu atuh, pejuang saja membela bangsa, masa nisannya kurang terawat,” tambahnya.

Penjaga Taman Makam Pahlawan, Dede Sukmana (41) mengatakan, luas Taman Makam Pahlawan Sirnaraga mencapai 2 hektar. Di dalamnya terdapat 79 makam pejuang yang tidak dikenal asal usulnya.

Karenanya, tidak pernah ada pihak keluarga yang menziarahi baik setiap Idul Fitri maupun perayaan HUT RI.

“Kalau makam yang ada namanya di nisan, biasanya suka ada yang ziarah. Kalau yang tidak ada namanya, tidak ada sih setahu saya,” ujarnya. (KONTRIBUTOR TASIKMALAYA/ IRWAN NUGRAHA)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau