Kilas

Habib Luthfi Menilai Bupati Purwakarta Teladani Wali Songo

Kompas.com - 23/08/2017, 16:59 WIB


PURWAKARTA, KOMPAS.com - Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menilai cara dakwah Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi meniru Wali Songo. Dedi menggunakan cara kreatif melalui kesenian untuk menyampaikan syiar Islam.

"Luar biasa Pak Dedi ini, sangat mengandung falsafah tingkat tinggi. Dulu, para Wali Sembilan menyampaikan syiar Islam memiliki manajemen hebat, bukan langsung berdakwah kamu harus begini, kamu tidak boleh begitu. Tetapi caranya melalui perkenalan dulu, harus menyapa dulu," kata Habib Luthfi pada Selasa (22/8/2017) malam.

Rais 'Aam Jam'iyyah Alhut Thariqah al Mu'tabarah an Nahdhiyyah Maulana Habib Luthfi bin Yahya menyampaikan tausiyah kebangsaan dalam acara tabligh akbar dan zikir kebangsaan yang digelar di Taman Pesanggrahan Padjadjaran, Purwakarta, Selasa (22/8/2017) malam tadi.

Ia menyebut cara Dedi menyampaikan keislaman penuh makna mendalam seperti yang dilakukan oleh Wali Sembilan atau Wali Songo, yakni melalui syair dan berbagai bentuk kesenian.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama Habib Muhammad Luthfi bin Yahya saat tabligh akbar dan zikir kebangsaan di Taman Pasanggrahan Padjadjaran, Purwakarta, Selasa (22/8/2017)IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama Habib Muhammad Luthfi bin Yahya saat tabligh akbar dan zikir kebangsaan di Taman Pasanggrahan Padjadjaran, Purwakarta, Selasa (22/8/2017)

Kebhinnekaan

Habib Luthfi juga menyiratkan ajaran tentang kebhinnekaan dalam syair dan musik yang disajikan dalam acara tersebut. Melalui perumpamaan tangga nada, pria yang akrab disapa Abah Habib itu mengatakan dari sana dapat lahir berbagai genre musik yang mampu mempersatukan.

"Tadi, dalam pertunjukan musiknya ada Jawa, Sunda bahkan Mandarin. Tetapi berbagai genre itu mampu mempersatukan, bahasa musik, bahasa yang difahami oleh siapapun. Kalau ada yang benci, wah itu mungkin telinganya saja yang tidak beres. Lah wong Wali Sembilan saja pakai alat musik," katanya.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama Habib Muhammad Luthfi bin Yahya saat tabligh akbar dan zikir kebangsaan di Taman Pasanggrahan Padjadjaran, Purwakarta, Selasa (22/8/2017)IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama Habib Muhammad Luthfi bin Yahya saat tabligh akbar dan zikir kebangsaan di Taman Pasanggrahan Padjadjaran, Purwakarta, Selasa (22/8/2017)

Ia mengatakan kehidupan manusia sebenarnya seperti orkestra musik. Masing-masing memiliki peran dan kesempatan untuk dibunyikan tetapi harus berada dalam koridor yang sudah ditentukan agar menghasilkan kualitas musik yang indah.

"Misalnya saat orang demo, boleh-boleh saja, asalkan taat pada koridor. Kalau semua enggak mau kalah dan koridornya dilanggar, ini rusak," ujarnya.

Ceramah Habib Luthfi tersebut terkait dengan kondisi kekinian masyarakat dan pemerintahan di Indonesia secara umum.

"Selama ini dengar Abah (Luthfi) ceramah selalu dari Facebook tapi sekarang bisa langsung. Alhamdulillah mudah dimengerti, kalau cara Abah ini dilaksanakan pasti kita bisa hidup harmonis, tidak saling benci satu sama lain. Peran pemerintah juga menjadi ringan dalam membina masyarakat," kata salah seorang jemaah asal Kota Bogor, Jawa Barat, Asikin (47).

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya bermain musik saat tabligh akbar dan zikir kebangsaan di Taman Pasanggrahan Padjadjaran, Purwakarta, Selasa (22/8/2017) IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Habib Muhammad Luthfi bin Yahya bermain musik saat tabligh akbar dan zikir kebangsaan di Taman Pasanggrahan Padjadjaran, Purwakarta, Selasa (22/8/2017)

Usai menyampaikan ceramah, Habib Luthfi tidak langsung meninggalkan panggung. Dia terlihat memainkan organ dan menyanyikan Lagu "Yaa Lal Wathan" karya Kiai Wahab Chasbullah, salah seorang pendiri organisasi Nahdhatul Ulama bersama para jemaah yang lain.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com