Kilas

Melestarikan Kekayaan Kuliner Purwakarta Lewat Lomba Ngejo

Kompas.com - 24/08/2017, 15:16 WIB


PURWAKARTA, KOMPAS.com - Di luar tugas rutin, Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta menyelenggarakan lomba memasak. Lomba Ngejo atau menanak nasi dengan cara tradisional dipilih untuk menyemarakkan hari ulang tahun Kabupaten Purwakarta ke-49.

Ngejo merupakan istilah dalam bahasa Sunda umum yang bermakna menanak nasi. Uniknya, proses menanak nasi yang dilombakan ini tidak diperbolehkan menggunakan alat modern, melainkan alat masak tradisional.

Lomba yang diikuti perwakilan kantor pemerintah dan anggota masyarakat dilaksanakan di Bale Kahuripan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Kamis (24/8/2017).

Sejak pagi, para peserta lomba menyiapkan peralatan masing-masing mulai dari hawu (tungku yang terbuat dari tembikar atau batu belahan), aseupan, seeng, dulang dan kayu bakar.

Tidak lupa, mereka juga membawa nyiru (anyaman bambu yang biasa digunakan untuk memisahkan beras dan sisa gabah yang masih tercampur). Seluruh alat ini merupakan alat tradisional yang biasa digunakan orang Sunda untuk menanak nasi.

Aparatur sipil negara Kabupaten Purwakarta mengikuti lomba ngejo atau menanak nasi secara tradisional, Kamis (24/8/2017)IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Aparatur sipil negara Kabupaten Purwakarta mengikuti lomba ngejo atau menanak nasi secara tradisional, Kamis (24/8/2017)

Ida Hamidah (46), salah seorang aparatur sipil negara (ASN) Purwakarta yang menjadi peserta lomba mengatakan, banyak kenangan tentang proses menanak nasi. Saat remaja, Ida kerap diminta orangtuanya untuk menanak nasi.

Modernisasi struktur rumah serta alat masak mengubah cara memasak pada masyarakat Sunda. Kemajuan teknologi dan pola asuh juga banyak mengubah aktivitas anggota keluarga. Remaja hari ini lebih banyak nongkrong dan melakukan kegiatan di luar rumah dibandingkan membantu orangtua mereka di rumah.

“Saya ingat ketika remaja dulu, masih pakai alat masak tradisional, sekarang harus menggunakan lagi. Memang cukup sulit karena sehari-hari terbiasa menggunakan kompor gas,” katanya.

Selain menanak nasi, lomba lain yang digelar adalah memasak nasi liwet, sambel dadakan, dan sate maranggi khas Purwakarta. Kecepatan, ketepatan, rasa, dan tampilan kuliner menjadi penentu kemenangan.

Pemerintah Kabupaten Purwakarta melestarikan kekayaan kuliner dan budaya memasak tradisional dengan menggelar lomba ngejo (menanak nasi) di Kecamatan Wanayasa, Kamis (24/8/2017)IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Pemerintah Kabupaten Purwakarta melestarikan kekayaan kuliner dan budaya memasak tradisional dengan menggelar lomba ngejo (menanak nasi) di Kecamatan Wanayasa, Kamis (24/8/2017)

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menginginkan kekayaan budaya khas Purwakarta dihidupkan kembali dan dilestarikan masyarakat. Seluruh unsur budaya yang ada pada masyarakat Purwakarta wajib dirawat keberadaannya. Tak heran, Pemerintah Purwakarta menggelar lomba Ngejo pada perayaan hari jadinya.

“Ini ide Pak Bupati, beliau concern terhadap giat-giat kebudayaan dan ingin agar tradisi memasak seperti ini selalu hidup di tengah masyarakat," kata Kepala Bidang Informasi dan Publikasi pada Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Purwakarta, Hendra Fadly. (KONTRIBUTOR TASIKMALAYA/ IRWAN NUGRAHA)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com