Sorot

Pembangunan Kota Baru dan Potensi Lapangan Kerja Baru

Kompas.com - 05/09/2017, 14:14 WIB


KompasProperti - Pembangunan kota baru di Cikarang merupakan salah satu cara Lippo Group mengembangkan investasi. Proyek di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat itu juga diprediksi mampu meningkatkan perekonomian rakyat melalui lapangan kerja baru.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memang menghadapi persoalan tingginya tingkat pengangguran terbuka, kemiskinan, dan tingkat ketimpangan.

Tingkat pengangguran terbuka di Jawa Barat sebesar 8,89 persen, gini ratio atau tingkat ketimpangan sebesar 0,4 poin, dan angka kemiskinan sebesar 8,77 persen.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, megaproyek Lippo Group senilai Rp 278 triliun di Cikarang diklaim mampu menyerap 85 ribu tenaga kerja.

Baca: Meikarta dan Progres Sejumlah Proyek Properti Lippo Kini

Wakil Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar dalam Kompas.com pada Senin (21/8/2017) mengatakan, Indonesia diperkirakan akan mengalami puncak bonus demografi pada 2020 hingga 2035.

Dampaknya, Dedy melanjutkan, jumlah kelas pekerja menjadi sangat besar. Persoalan ini perlu mendapat solusi cepat dan tepat.

Baca juga: Universitas Diminta Berperan Mengurangi Pengangguran dan Kemiskinan

Saat ini, tenaga kerja yang terserap dalam pembangunan kota baru Meikarta sebagian besar dialokasikan untuk tenaga marketing.

Selain bekerja di marketing office di Maxxbox Cikarang, tenaga marketing juga disebar ke sebelas pusat perbelanjaan Lippo Group di Jakarta dan sekitarnya.

Tenaga kontrak lainnya yang terlibat dalam proyek Meikarta adalah sopir mobil golf. Mereka bertugas mengantar calon konsumen meninjau area pembangunan kota baru.

Saat ini, ada 50 orang sopir yang bertugas setiap hari. Nantinya, akan ada penambahan sopir karena Lippo Group telah menambah jumlah mobil golf.

Baca juga: Lippo Bantah Meikarta Bakal Jadi Biang Kemacetan

Eko Azami (20), sopir mobil golf yang mengantar Kompas.com berkeliling area proyek, mengaku mendapat informasi lowongan kerja di proyek Meikarta dari kerabatnya.

Setelah menjalani seleksi, Eko dan puluhan orang lainnya mendapat pelatihan mengendarai mobil golf. Ia mengaku tak membutuhkan waktu lama untuk bisa menguasai teknik mengendarai mobil itu.

Setiap hari, Eko dan para sopir lainnya bekerja dari pukul 08.00 hingga 20.00. Upah yang diterima setiap bulannya sebesar Rp 3,3 juta.

Para sopir pun menjalani kerja lembur bila pihak manajemen menyelenggarakan promosi besar di lokasi itu. Seperti, festival musik yang digelar pada 19-27 Agustus lalu.

"Rata-rata setiap hari mengantar tiga rombongan. Kalau sedang ramai, seperti Sabtu dan Minggu, bisa mengantar tujuh rombongan," katanya, Senin (4/9/2017).

Calon konsumen tengah meninjau Central Park Meikarta di Cikarang, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Pembangunan kota baru Meikarta di Cikarang diklaim mampu menyerap tenaga kerja hingga 85 ribu orang. Bahkan, bila kota itu telah berfungsi, tenaga kerja yang potensial terserap mencapai jutaan orang.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Calon konsumen tengah meninjau Central Park Meikarta di Cikarang, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Pembangunan kota baru Meikarta di Cikarang diklaim mampu menyerap tenaga kerja hingga 85 ribu orang. Bahkan, bila kota itu telah berfungsi, tenaga kerja yang potensial terserap mencapai jutaan orang.

Ia mengaku senang dengan pekerjaan barunya tersebut. Apalagi, selama dua tahun setelah lulus sekolah, ia belum mendapat pekerjaan tetap.

Selain sopir mobil golf, tenaga administrasi dan marketing komunikasi juga direkrut dari pasar tenaga kerja.

Jika kota baru itu sudah berjalan normal, diperkirakan akan ada sekitar 6-8 juta tenaga kerja yang terserap.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau