Advertorial

Kenali Skema Ponzi Sebelum Terjebak Investasi Bodong

Kompas.com - 05/09/2017, 19:00 WIB

Belakangan ini masyarakat dihebohkan dengan terungkapnya praktik investasi bodong di berbagai daerah di Indonesia. Kerugian dari para investor yang gagal menarik kembali uangnya dilansir mencapai triliunan rupiah. Para pelaku disinyalir menggunakan skema Ponzi dalam menjalankan aksinya.

Sebenarnya seperti apakah skema ini dijalankan? Contohnya bisa dilihat dari ulah PT First Anugrah Karya Wisata (First Travel). Biro perjalanan ini diduga menyalahgunakan dana umroh dari yang dimiliki nasabahnya dan akhirnya gagal memberangkatkan lebih dari 50.000 calon jemaah. Jumlah dana yang dipakai kira-kira sebesar lebih dari Rp 500 miliar.

First Travel diduga menggunakan skema Ponzi dalam kasus ini. Trik ini sebenarnya bukan barang baru dalam praktik perekonomian. Skema yang dicetuskan oleh Charles Ponzi ini telah populer pada 1920, berujung pada penangkapan dirinya oleh pihak berwajib, dan ia pun dijebloskan ke penjara.

Pada dasarnya metode ini mengandalkan aliran dana dari investor baru untuk membayarkan keuntungan investor lama. Sehingga mereka berani menjanjikan keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Namun, perlahan rantai yang dibangun pun akan runtuk jika uang segar yang masuk melamban.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas aktivitas keuangan di Indonesia pun mengimbau masyarakat untuk lebih hati-hati dan kritis terhadap pihak yang menawarkan investasi.

Besarnya nilai kerugian yang diderita masyarakat dalam berbagai kasus pun mendorong Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendirikan Satgas Investasi. Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, masyarakat harus bisa menghitung risiko sebuah investasi sebelum menggelontorkan uangnya kesana.

Lalu, bagaimana caranya agar tak terjeblos ke jebakan investasi bodong? Memang ini tidak bisa dipelajari dalam satu malam, tetapi setidaknya masyarakat bisa melihat ciri-ciri berikut ini sebelum terlibat dalam sebuah investasi.

Keuntungan dan jangka waktu

Biasanya, iming-iming keuntungan besar yang bisa didapat dalam waktu singkat adalah umpan utama yang paling ampuh. Sebenarnya, investasi yang sehat akan bertumbuh berbandung lurus dengan jangka waktunya.

Kelancaran pembayaran keuntungan

Investasi memang dimaksudkan untuk mendapat keuntungan di masa depan. Nah, jika Anda melihat pembayaran keuntungan mulai tersendat, maka waspadalah dan pasang perhatian lebih pada produk investasi tersebut.

Produk investasi

Penting untuk mengetahui keberadaan produk investasi yang menerima aliran dana diketahui jelas keberadaannya. Apalagi untuk investasi dengan karakteristik tertentu, misalnya yang berbasis syariah.

Legalitas

Bagaimana legalitas perusahaan tersebut dalam menawarkan produk investasinya? Cara sederhana untuk mengetahuinya, pastikan perusahaan tersebut sudah terdaftar di OJK selaku badan yang mengawasi lembaga keuangan dan investasi di Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com