Sorot

Kota Baru Meikarta Berupaya Tekan Dampak Pemanasan Global

Kompas.com - 10/09/2017, 16:40 WIB

KompasProperti - Pemanasan global merupakan persoalan lingkungan yang dihadapi seluruh umat manusia. Pemanasan global menyebabkan siklus pergantian musim  menjadi sulit diprediksi.

Fakta nyata dari pemanasan global ini ditandai dengan musim kemarau yang menyebabkan kekeringan dan curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir.

Daerah resapan air seharusnya menjadi zona hijau kini berubah fungsi menjadi kawasan perkantoran, pusat perbelanjaan, dan pemukiman.

Jumlah luas perubahan lahan resapan menjadi terbangun menyebabkan pemanasan kota secara terpusat yang disebut Urban Heat Island.

Baca: Apartemen Murah di Cikarang yang Hijau dan Strategis

Pemanasan terpusat ini meningkatkan suhu panas dalam kota. Akibatnya, penggunaan air conditioner meningkat pesat.

Gerakan memelihara dan menjaga lingkungan alam perlu dilakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global.

Penghijauan lahan perkotaan adalah aksi nyata menyelamatkan kondisi lingkungan yang terus memburuk. Melalui penghijauan, masalah lingkungan seperti banjir, kesulitan air bersih, dan polusi udara.

Kawasan Central Park di Meikarta, Cikarang Kawasan Central Park di Meikarta, Cikarang

Berbagai konsep pemeliharaan lingkungan dibentuk oleh organisasi internasional dan juga komunitas di dalam negeri. Aksi nyata penghijauan lingkungan juga dilakukan Lippo Group dalam membangun kota baru Meikarta di Cikarang, Jawa Barat.

CEO Lippo Group James Riady mengatakan, salah tujuan pembangunan Meikarta adalah untuk mengurangi kebutuhan hunian masyarakat.

"Di Indonesia ini ada 8 juta orang yang punya pekerjaan, punya gaji, tapi tidak punya rumah," katanya usai peluncuran Meikarta di Lippo Cikarang, Kamis (17/8/2017).

Lippo menyediakan lahan seluas 100 hektar untuk dijadikan ruang terbuka hijau yang dinamai Central Park. Di kawasan ini, ada danau seluas 25 hektar yang dapat menampung 300 ribu meter kubik air.

Penanaman pohon keras berdiameter lebih dari 50 sentimeter juga dilakukan. Di antara ratusan pohon, terdapat pohon Bodhi. Pohon bernama latin Ficus religiosa ini masih satu keluarga dengan pohon Beringin atau Ficus benjamina.

Lippo Group membangun kota baru Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kawasan hunian dan area komersial itu dilengkapi dengan Central Park. Ruang terbuka hijau yang dibangun di lahan seluas 100 hektar itu bakal menjadi sarana rekreasi, olahraga, dan pendidikan.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Lippo Group membangun kota baru Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kawasan hunian dan area komersial itu dilengkapi dengan Central Park. Ruang terbuka hijau yang dibangun di lahan seluas 100 hektar itu bakal menjadi sarana rekreasi, olahraga, dan pendidikan.

Pohon ini memiliki batang yang besar, akar yang kuat, dan daun yang rimbun. Bagi umat Buddha, pohon ini dipandang suci karena menjadi tempat meditasi Sidharta Gautama hingga memperoleh pencerahan sekitar 2500 tahun yang lalu.

Penanaman pohon langka ini menjadi upaya penghijauan lingkungan sekaligus sarana edukasi bagi anak-anak yang tinggal di kota baru Meikarta.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau