Sorot

Kota Baru yang Memicu Perkembangan Bekasi

Kompas.com - 21/09/2017, 08:48 WIB


KompasProperti - Meikarta adalah salah satu dari sekian banyak pemukiman yang sedang tumbuh di poros Bekasi-Karawang, salah satu basis pertumbuhan industri nasional bersama Jakarta. Bedanya, Meikarta berada di posisi paling strategis.

Sejak 17 Agustus lalu, Meikarta bahkan mencetak rekor mencengangkan dalam sejarah properti Indonesia.

Ratusan ribu unit apartemen ludes dipesan dalam empat bulan. Rekor pertama dipecahkan oleh Meikarta saat pre-launching Mei lalu. Sejumlah 16.800 unit apartemen terjual dalam waktu 12 jam sehingga memperoleh rekor MURI untuk penjualan tercepat.

Baca: Harga Bersahabat Peminat Meikarta Membludak

Presiden Meikarta Ketut Budi Wijaya mengatakan, saat ini 130.000 unit apartemen Meikarta telah dipesan. Sementara, pemesanan yang telah diproses perbankan mencapai 30.000.

"Ada 6 bank yang melayani pembiayaan. Masih ada beberapa bank lainnya yang menyatakan berminat bekerja sama untuk Meikarta," katanya.

Rekor MURI untuk penyerahan tercepat tampaknya juga akan diraih Meikarta. Sebab, pada Desember 2018, penyerahan unit kepada pembeli akan dituntaskan.      

Penyerahan tersebut tentu saja bertolak belakang dengan isu miring bahwa Meikarta sekedar proyek bodong. Isu lainnya, apartemen di Cikarang itu hanya alat untuk mencuri uang masyarakat. Padahal, pembangunan Meikarta sedang berlangsung siang malam. Perkembangannya bahkan lebih cepat dari jadwal.  

Baca juga: Kota Baru Meikarta Mengadopsi Konsep Tata Kota New York

Pembangunan itu tentu saja bisa membuat peminat Meikarta makin membludak. Apalagi, harga hunian di Jakarta makin tak terjangkau. Sementara harga yang ditawarkan Meikarta mulai dari Rp 127 juta per unit yang masih bisa dijangkau para pekerja.

Meikarta memang tak sama dibandingkan kawasan pemukiman modern yang ada di Jakarta dan sekitarnya.

Selain lahan seluas 500 hektar dan harga terjangkau, konsep kota modern yang memperhatikan kebutuhan masyarakat menjadi keunggulan. Dengan begitu, Meikarta menjadi pilihan investasi properti yang prospektif.

Lippo Group berencana membangun sebuah gedung pameran dan konvensi dengan berdaya tampung 200 ribu orang di kota mandiri itu.  

Baca: Meikarta Rancang Gedung Opera Sekelas Sydney

Ruang terbuka hijau yang dinamai Central Park memiliki luas 100 hektar yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Masyarakat sekitar Meikarta bahkan sudah bisa menikmati Central Park. Sebuah danau yang mampu menampung air 300 ribu menter kubik berfungsi sebagai reservoir.

Jalur transportasi yang menghubungkan Meikarta dengan daerah lainnya tengah digarap. Lippo juga tengah menyiapkan lahan untuk jalur monorail yang menghubungkan Meikarta dengan 8 kawasan industri di sekitarnya.  

Warga Meikarta dapat memanfaatkan light rapid transit (LRT) menuju Jakarta. Selain itu, tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang hampir rampung dipastikan memangkas waktu tempuh Jakarta-Bekasi.

Percepatan pertumbuhan industri di Bekasi juga tak perlu diragukan. Kemacetan arus barang yang kerap terjadi akibat padatnya pelabuhan Tanjung Priok akan teratasi ketika Pelabuhan Patimban di Subang rampung pada 2019.

Suasana proyek pembangunan Kota Baru Meikarta, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/09/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Suasana proyek pembangunan Kota Baru Meikarta, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/09/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.

Penerbangan yang kerap tak menentu karena Cengkareng terlalu padat tak lagi perlu dikhawatirkan. Pemerintah kini tengah merampungkan pembangunan Bandara Internasional Kertajati di Majalengka. Penghuni Meikarta dapat memilih penerbangan domestik maupun mancanegara dari bandara yang berjarak 115 kilometer dari Cikarang itu.

Berpijak dari perkembangan pembangunan apartemen Meikarta maupun infrastruktur di sekitar koridor Jakarta-Bandung itu, minat orang untuk tinggal di Bekasi, khususnya Meikarta akan terus meningkat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau