Advertorial

Tentukan Dulu Jenis Makanan yang Tepat Sebelum Mulai Bisnis F&B

Kompas.com - 11/10/2017, 14:59 WIB

Seperti sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bisnis makanan tidak pernah ada matinya, apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta. Selain karena faktor permintaannya yang tinggi, keragaman jenis makanan di Indonesia menjadi faktor lainnya yang membuat banyaknya peluang pada bisnis ini.

Tiap daerah bahkan memiliki makanan khas masing-masing. Hal ini belum lagi ditambah dengan makanan yang sifatnya umum dan makanan asing yang sudah dianggap seperti makanan umum di Indonesia.

Meskipun begitu, tentu saja tetap diperlukan perhitungan yang matang, khususnya dalam memilih jenis makanan yang tepat untuk dijual.

Dalam acara BCA Young Community di Publik Markette, Kamis (5/9/2017) lalu, Chef Aditya dari Ismaya Group memberikan kiat untuk menentukan jenis makanan yang tepat untuk bisnis.

“Untuk mencari makanan apa yang tepat untuk dijual sangatlah sulit. Kuncinya, kita harus selalu berpikir. Kita harus cari tahu segmen pasar kita seperti apa karena tiap daerah tentunya berbeda-beda,” ujar Aditya.

Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah kamu harus mengetahui selera segmen pasar yang kamu bidik.

"Kita harus paham palate dan cita rasa yang memang diminati penduduk di suatu kota. Apakah suka asin atau gurih atau lainnya,” katanya.

Aditya yang pernah bekerja dan menuntut ilmu di Australia itu mengungkap, bahwa ada perbedaan asin versi orang Indonesia dan orang Australia.

“Jadi, saya pernah mendapat keluhan bahwa makanan yang saya sajikan tidak asin. Padahal, saya sudah membuatnya asin dan sesuai selera orang Australia,” katanya lebih lanjut.

Di Australia sendiri segmen pasarnya adalah orang berusia 40 tahun ke atas. Sedangkan di Jakarta ternyata anak muda. Karenanya, makanan Aditia membuat maknannya lebih berwarna agar menarik bagi anak muda.

“Kuncinya lagi, harus paham terlebih dahulu segmen pasar sendiri,” paparnya.

Terakhir, Aditya memberikan kiat untuk menjaga agar orang tetap mau kembali atau menjadi konsumen loyal.

“Di awal saya sempat bikin nasi goreng hingga 100 kali, tapi tidak ada yang enak. Akhirnya saya belajar ke chef Michelin bintang tiga hingga abang-abang keliling. Kemudian saya pun menemukan kuncinya, yakni memasak dengan hati. Jadi, kita sentuh konsumen dengan emosi rasa,” ungkapnya.

Menurut Aditya, cara tersebut akan memberi pengalaman bahwa makanan yang ia sajikan memang enak dan membuat konsumen terbayang meski sudah pulang.

“Inilah yang akan membawa mereka kembali. Jadi, harus bisa menyentuh hati konsumen dengan menambahkan sentuhan emosi,” pungkas Aditya.

Sumber: smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau