TRENGGALEK, KOMPAS.com – Kabupaten Trenggalek di Jawa Timur menyimpan potensi wisata alam yang beragam.
Wisata bahari yang patut dikunjungi di Trenggalek di antaranya Pantai Prigi, Pasir Putih, Karanggongso, Damas, Blado, Pelang, Ngadipuro, Ngulungwetan, Ngampiran, Konang, Taman Kili-Kili, dan Cengkrong.
Selain memiliki wisata pantai dan goa, Kecamatan Trenggalek juga memiliki wisata mangrove. Hutan di Kampung Bakau Pancer Cengkrong tak pernah sepi dari wisatawan, utamanya pada hari libur.
Kawasan konservasi hutan bakau di Cengkrong dilengkapi Jembatan Galau, gazebo, sampan, fasilitas umum lainnya.
Baca: Pantai Pelang Siap Dikembangkan sebagai Destinasi Wisata Kelas Dunia
Ecowisata mangrove Pancer Cengkrong berada di Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.
Salah satu wisatawan asal Kabupaten Blitar Tatang Surantana mengatakan, dia dan keluarganya mampir ke hutan bakau usai menikmati keindahan Pantai Prigi yang berpasir putih.
Setelah makan siang dengan menu ikan laut segar, Tatang dan rombongan berkunjung ke wisata mangrove.
Kawasan hutan mangrove ini juga menjadi sarana edukasi sekaligus pengembangan habitat tanaman bakau Indonesia. Setidaknya, 17 jenis tanaman bakau hidup di sini.
Jembatan Galau
Udara segar terasa sejak memasuki kawasan wisata itu. Para pengunjung dapat menikmati pemandangan dengan berjalan di jembatan yang dikenal dengan Jembatan Galau.
Bila lelah, pengunjung bisa beristirahat di beberapa gazebo yang tersedia di sepanjang jembatan berbahan kayu itu.
Sambil melepas penat, wisatawan bisa memantau polah tingkah aneka satwa yang hidup di hutan bakau, seperti burung. “Pemandangannya indah dan udaranya segar," ungkap Tatang.
Pihak pengelola memberlakukan pembatasan jumlah serta waktu bagi pengunjung yang masuk kawasan wisata alam ini. Sebab, jembatan yang tersedia hanya satu. Sedangkan, jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan orang pada hari libur.
Batas maksimal pengunjung yang bisa masuk kawasan itu yakni 250 orang dan diberi waktu maksimal satu jam. Pengaturan itu untuk menjaga keamanan serta menghindari penumpukan pengunjung di jalur jembatan kayu.
“Biasanya pengunjung membludak di hari-hari tertentu, seperti libur tahun baru dan hari raya. Kalau pengunjung membludak, ya kami batasi agar keamanan dan kenyamanan pengunjung tetap terjaga,” kata salah satu pengelola Destyan Soedjarwoko (37).
Jembatan di tengah hutan bakau memang diminati wisatawan dan menjadi spot favorit para pecinta fotografi. Seringkali lokasi ini digunakan untuk foto prewedding.
“Lokasinya kawasan hutan bakau, khususnya jembatan kayu ini sangat menarik untuk para pehobi foto dan bagus sekali untuk (foto) prewedding,” kata Kukuh Adi (21), fotografer asal Trenggalek.
Pengelolaan kawasan wisata hutan bakau Cengkrong melibatkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kecamatan Watulimo.
Kawasan wisata ini dilengkapi lahan parkir yang luas, tempat ibadah, serta toilet umum yang layak.