Advertorial

Infrastruktur Transportasi Pemerataan Kesejahteraan dan Konektivitas Nasional

Kompas.com - 20/10/2017, 10:49 WIB

Selama tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, Kementerian Perhubungan terus melakukan berbagai pembangunan infrastruktur transportasi. Pembangunan tersebut diprioritaskan untuk wilayah terdepan, terisolasi, dan rawan bencana. Ini merupakan perwujudan program Nawa Cita untuk membangun Indonesia dari pinggiran.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan pembangunan ini merupakan langkah nyata untuk mewujudkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi nasional, sesuai dengan program Presiden Jokowi. Sektor transportasi berperan strategis untuk mewujudkan aksesibilitas ke seluruh Indonesia. Akses yang memadai akan meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.

Salah satu bandara baru yang diresmikan oleh Menhub dan Presiden Joko Widodo adalah Bandar Udara Miangas di Kepulauan Talaud. Bandara ini menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat Miangas akan transportasi.

“Beberapa teman di Miangas mengatakan dengan adanya bandara di Miangas itu membuat mereka bersemangat berkehidupan, berekonomi, dan produktivitas meningkat. Saya pikir inilah bentuk keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di wilayah-wilayah pinggiran,” kata Menhub.

Pernyataan ini pun senada dengan respon positif masyarakat Miangas. Menurut tokoh masyarakat Miangas Hibor Arunda’a, kehadiran bandara ini mengubah kehidupan masyarakatnya menjadi lebih baik. Mereka kini dapat menggunakan pesawat untuk mobilitas sehari-hari.

“Mereka beli kopra lalu dipasarkan di Bitung atau Tahuna. Kopra ini dimuat dengan kapal perintis kemudian mereka terbang menggunakan pesawat ke Manado. Mereka jemput kopra lalu uangnya dibelanjakan sembako untuk kebutuhan di Miangas. Setelah itu mereka kembali ke Miangas menggunakan kapal perintis karena membawa barang,” ungkap Hibor Arunda’a.

Manfaat pembangunan infrastruktur transportasi pun dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Puncak, Papua. Setelah adanya Bandar Udara Ilaga, harga komoditas mengalami penurunan. Salah satunya harga semen yang turun hingga 50 persen. Pemerintah pun terus mengupayakan pemerataan harga komoditas di sana.

“Papua itu daerah terjauh dan sulit dijangkau. Harga BBM di sana Rp 50.000 per liter, namun kalau lagi langka harga BBM bisa Rp 100.000 per liter. Oleh karenanya, Pemerintah lakukan kebijakan BBM satu harga. Sekarang BBM bisa dijangkau dengan harga Rp 6.500 per liter. Selanjutnya Pemerintah masih terus berupaya selain harga BBM, harga bahan pokok juga menurun,” papar Menhub.

- -

Adapun lima belas bandara baru yang dibangun oleh Kemenhub tersebar di beberapa wilayah, yaitu dua di Pulau Sumatera (Bandar Udara Tambelan-Tambelan, Bandar Udara Letung-Anambas), empat di Pulau Kalimantan (Bandar Udara Tebelian-Sintang, Bandar Udara Muara Teweh-Barito Utara, Bandar Udara Samarinda Baru-Samarinda, Bandar Udara Maratua-Berau), dan tiga di Pulau Sulawesi (Bandar Udara Siau-Kep. Siau, Bandar Udara Buntu Kunik-Tanah Toraja, Bandar Udara Morowali-Morowali).

Sementara di Pulau Jawa dibangun Bandar Udara Kertajati-Majalengka. Di Maluku dibangun Bandar Udara Namniwel-Buru, serta Bandar Udara Kabir/Pantar-Alor di NTT. Sementara di Papua dibangun dua bandara yaitu Bandar Udara Werur-Tambrauw dan Bandar Udara Koroway Batu-Boven Digoel.  Dan di utara dibangun Bandar Udara Miangas-Kep. Talaud di Miangas.

Selain bandara, 13 rute tol laut  turut membuka akses yang lebih mudah menuju berbagai daerah di tanah air. Keberadaannya pun mampu menurunkan disparitas harga komoditas antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Penurunan ini telah dirasakan masyarakat Kabupaten Rote Ndao, NTT. Tercatat sejak dibukanya tol laut, harga barang di wilayah ini mengalami penurunan sebesar 10-20 persen.

Program tol laut dan bandara baru tersebut dilakukan untuk meningkatkan konektivitas, pemerataan kesejahteraan, dan ekonomi yang berkeadilan. Pembangunan infrastruktur ini merupakan langkah untuk mencapai cita-cta Indonesia menjadi negara ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2045 kelak.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau