Advertorial

Layaknya Mark Zuckerberg, Pemuda Jakarta Ini Rintis Kesuksesan dari Kamar Kos Sederhana

Kompas.com - 20/10/2017, 11:30 WIB

Kesuksesan tidak selalu datang dari tempat yang mewah. Kadang sebuah kamar kos sederhana pun bisa menjadi tempat lahirnya sebuah masa depan yang cerah. Coba saja tengok kembali kisah sukses Mark Zuckerberg.

Mark Zuckerberg mengembangkan Facebook di kamar asramanya di Harvard. Kegigihan Mark tersebut ternyata mampu menginspirasi seorang pemuda Indonesia untuk memulai inovasi mulai dari kamarnya sendiri.

Ia adalah Michael Nugroho, pemuda kelahiran tahun 1992 yang saat ini tengah meniti langkahnya menuju kesuksesan lewat produk gel penata rambut (pomade) temuannya bersama beberapa teman kuliah.

Berawal dari tugas kuliahnya di Universitas Prasetiya Mulia, ia bersama beberapa rekannya merintis Smith Men Supply, merek gel penata rambut untuk pria pada 17 September 2013.

Seperti Mark Zuckerberg, Michael memulai eksperimennya di kamar kos yang disewanya. Ia mempelajari sendiri cara membuat pomade dari bahan-bahan untuk membuat kosmetik. Di tahap awal pengembangan dan percobaan ini usahanya tak langsung berhasil. Ia bahkan sempat diusir oleh pemilik kamar kos karena membuat dapur kos berantakan.

“Pertama, hasilnya seperti lilin aroma terapi yang belum bisa dipakai untuk rambut. Setelah tiga hingga empat bulan, baru kami temukan resep yang sesuai selera orang Indonesia," kata Michael.

Ia tidak mudah menyerah. Ia pun keluar dari kos dan pindah ke rumahnya untuk memproduksi pomade setiap akhir pekan. Kegigihannya pun perlahan membuahkan hasil, permintaan kian meningkat sehingga ia kembali menyewa rumah sebagai lokasi memproduksi pomade. Pada 2015, produksi pun dialihkan kepada pabrik kosmetik karena jumlah pesanan yang membludak.

Smith Men Supply kini mampu menyuplai hingga 5.000 pomade per produksi dengan enam varian. Harganya berkisar antara Rp 95.000 hingga Rp 160.000, tergantung varian.

Pomade miliknya kini sudah didistribusikan ke berbagai ritel di Indonesia. Saat ini produknya juga sudah bisa ditemukan di 100 barbershop dan 11 distributor di kota-kota besar di Indonesia. Selain ritel offline, ia juga memanfaatkan jaringan media sosial dan situs jual beli online.

Omzet yang diraupnya sudah mencapai Rp 3,2 miliar per tahun. Ke depannya, Michael berharap skala usahanya bisa naik menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan omzet Rp 10 miliar per tahun.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau