Sorot

Warga Jakarta Borong Apartemen Meikarta

Kompas.com - 30/10/2017, 17:44 WIB


KompasProperti - Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menilai  pembangunan apartemen Meikarta di Cikarang tak hanya mengurangi angka backlog perumahan tapi juga bakal menyerap tenaga kerja.

Luhut yang hadir pada acara penutupan atap (topping off) central bussiness district di kota mandiri Meikarta mengatakan, dengan mengembangkan Meikarta, Lippo telah menciptakan 70.000 hunian. Dari jumlah ini, 90 persen di antaranya dialokasikan untuk pekerja lokal. Sisanya atau sekitar 10 persen untuk pekerja asing.

"Saya bilang Pak James (Riady ) kalau ada kritik itu ya harus diperbaiki. Tentu tidak ada yang sempurna, tapi Kami harus memberikan apresiasi kepada Lippo yang membuat lapangan kerja," kata Luhut, Minggu (29/10/2017).

Saat ini, pemerintah tengah mengembangkan 12 kawasan ekonomi khusus (KEK). Tiga di antaranya berhasil dibangun dan empat lainnya dalam proses pembangunan. Sisanya, ia melanjutkan, masih dalam kajian.

Baca: Meikarta Kota Baru Bagi Para Pekerja

Koridor Cikarang (Bekasi) sepanjang 10 kilometer akan diintegrasikan dengan kawasan lainnya seperti Jakarta dan Bandung. Pasalnya, 92 persen pembeli apartemen Meikarta berasal dari Jakarta.

Luhut mengatakan, Presiden RI Joko Widodo  sudah memberikan arahan agar dibuat koridor khusus yang mengintegrasikan Jakarta dan Bandung melalui Cikarang, sebagai sentral ekonomi di Pulau Jawa.

Kota Cikarang diproyeksikan menjadi satu kota mandiri yang didesain untuk jangka waktu panjang. Termasuk desain permukiman, jaringan air, listrik, transportasi, dan infrastruktur penunjang lainnya.

"Nantinya pembangunan infrastruktur pendukung akan dibuat dengan skema business to business (B to B)," kata Luhut.

Baca juga: Berisi 900 Apartemen, Lippo Tutup Atap Dua Tower di Meikarta

Rencananya, pemerintah menggelar rapat mengenai koridor terpadu Jakarta-Bandung, Senin (30/10/2017). Paling lambat, ungkap Luhut, pada 10 November 2017 akan digelar pemaparan konsep kawasan dari para pemilik proyek.

"Dari situ akan diketahui, dalam sebulan ke depan, akan diapakan koridor ini," ujarnya.

Meikarta sendiri merupakan proyek perumahan skala kota dengan estimasi nilai investasi Rp 278 triliun.

Chairman Lippo Group James Riady memaparkan, Meikarta akan membangun 100 gedung tinggi dengan ketinggian masing-masing gedung sekitar 35 hingga 45 lantai.

Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Meikarta telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Meikarta telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.


Gedung-gedung itu terbagi menjadi hunian atau apartemen sebanyak 250.000 unit, perkantoran strata title, hotel bintang lima, pusat belanja, dan area komersial seluas 1,5 juta meter persegi.

Fasilitas yang akan melengkapi kota mandiri itu antara lain pusat kesehatan, pusat pendidikan dengan penyelenggara dalam dan luar negeri, dan tempat ibadah.

James menargetkan pengembangan Meikarta tahap pertama akan selesai dalam waktu tiga tahun. Ia optimistis target ini tercapai mengingat sebagian atau 50 gedung sudah terbangun dan akan mulai digunakan pada 2018 mendatang.

Gedung-gedung tersebut di antaranya apartemen servis, hotel, dan apartemen strata title yang dikerjasamakan secara patungan modal dengan perusahaan Jepang yakni Mitsubishi, Toyota, dan Mitsui.
 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau