KOMPAS.com - Memperingati Hari Pahlawan ke-72 tahun 2017 ada hal unik yang dilakukan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Pria yang karib dipanggil Hendi ini memilih memperingati bersama ratusan anak-anak dan siswa-siswi di Aula Lantai 2 Labschool Unnes (Universitas Negeri Semarang) di Jalan Menoreh Tengah X, Semarang.
Hendi terlihat berbaur akrab dan hangat dengan ratusan siswa-siswi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), TK sampai SD yang mengenakan berbagai kostum seperti seragam polisi dan seragam tentara, serta berbagai macam jenis pakaian adat dari beberapa provinsi dari Sabang sampai Merauke.
Hendi pun dengan gaya layaknya guru TK dan SD, bercerita tentang sejarah Hari Pahlawan yang muncul pada saat terjadi peperangan antara pejuang bangsa Indonesia dengan Belanda di Kota Surabaya.
"Ceritanya hari ini pakai baju-baju daerah dan baju pahlawan. Ada yang pakai baju tentara, mana? Ada yang pakai baju polisi. Ada yang pakai baju dokter. Nah, adik-adik sekalian siapa yang tahu 10 November hari pahlawan? Kenapa disebut Hari Pahlawan? Waktu itu ada pertempuran di Kota Surabaya (pejuang kita) untuk mengusir penjajah," ujar Hendi di hadapan ratusan anak yang duduk lesehan.
Hendi lalu memberikan semangat kepahlawanan kepada anak-anak serta mengungkapkan jika anak-anak di zaman sekarang bisa menjadi pahlawan. Tentunya dengan berkarya dan berprestasi sesuai bidangnya masing-masing.
"Pak Hendi mau cerita gini, hari ini adik-adik bisa jadi pahlawan nggak? Yang namanya pahlawan yang ikhlas nggak minta bayaran, untuk memperjuangkan kemerdekaan. Ratusan ribu bahkan jutaan para pahlawan meninggal. Nah hari ini adik-adik bisa jadi pahlawan. Pahlawan yang berprestasi saat ini sesuai pekerjaannya masing-masing. Tahu siapa yang menjajah?" tanya Hendi.
"Belanda! Jepang! Pak Wali!" teriak salah satu siswa TK bernama Deo.
"Siapa yang tahu apa dan siapa pahlawan jaman sekarang? Ayooo ada yang bisa jawab? Contoh pahlawan hari ini siapa? Siapa pahlawan hari ini? tanya Hendi kepada seorang siswi di SDN Labschool Unnes.
"Pak Wali Kota! Cia Pak Hendi...nama saya," ungkap bocah yang memakai kostum perawat.
Hendi pun menyahut,"Eh Pak Wali Kota belum jadi pahlawan. Pak Wali masih menjalankan tugas. Cium yah sini. Hayo siapa yang bisa jawab pahlawan sekarang siapa? Sini bu dokter. Nama siapa? Oh Alya," ucap Hendi sembari memeluk hangat sang bocah.
Lebih lanjut, Hendi juga berpesan kepada para siswa dan siswi selama proses belajar mengajar untuk tidak membiasakan diri dan membudayakan berebutan duduk di belakang. "Harus suka duduk di depan supaya bisa memperhatikan pelajaran dan menjadi juara kelas," katanya.
Di akhir acara, Hendi juga meminta anak-anak untuk selalu giat belajar dan bersekolah supaya berprestasi dan menjadi anak yang pintar serta berbakat. "Saya doakan 30 tahun, 40 tahun ke depan ada yang bisa jadi wali kota, ada yang bisa jadi Gubernur, ada yang bisa jadi tentara, jadi pak polisi dan dokter," harapnya.
Usai kegiatan, Hendi kepada awak media menjelaskan pendidikan dan pembentukan karakter anak-anak yang mempunyai jiwa kepahlawanan sangatlah penting.
"Pasti (penting)! Karena lewat pembentukan karakter mereka bisa memahami bahwa apa yang harus dilakukan harus selalu benar. Mana yang salah harus tidak dilakukan. Ini yang harus ditanamkan sejak dini. Termasuk membentuk sifat kepahlawanan," pungkas Hendrar Prihadi. (KONTRIBUTOR JAWA TENGAH/ANDI KAPRABOWO)