Advertorial

Harapan Baru Masa Depan Perekonomian Indonesia Ada di Ekonomi Kreatif

Kompas.com - 16/11/2017, 15:52 WIB

Indonesia memiliki kekuatan baru untuk membangun perekonomian. Bukan lagi komoditas alam mentah, ekonomi Kreatif karya anak bangsa menunjukkan geliatnya hingga kekancah internasional.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kini telah membidangi 16 sub-sektor ekonomi kreatif, yakni fashion, film dan animasi, kuliner, kriya, seni rupa, seni pertunjukan, seni musik, arsitektur, desain komunikasi visual, desain produk, pengembang aplikasi dan games, televisi dan radio, serta fotografi.

Bekraf pun mencatat kontribusi ekonomi Kreatif terhadap PDB Indonesia terus meningkat. Hingga tahun 2015, nilainya mencapai Rp 852 triliun atau naik 8,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, kontribusi terbesar disumbangkan oleh sub-sektor kuliner sebesar 41,69 persen, sementara fashion dan kriya menyumbang 18,15 persen dan 15,70 persen.

Industri film dan music masing-masing berkontribusi sebesar 10,28 persen dan 7,62 persen. Sementara industry gameturut menyumbang 6,68 persen menyusul seni/arsitektur di 6,62 persen.

Kondisi ini pun ditanggapi dengan optimis oleh Kepala Bekraf Triawan Munaf. Ia berharap di masa depan, perekonomian Indonesia tidak hanya bergantung pada kekayaan alamnya saja. Tak hanya itu, Bekraf pun terus mendorong kesadaran akan pentingnya sector ekonomi kreatif.

Fashion, kuliner, dan crafts (kerajinan tangan) itu sudah besar, dan kami mau akselerasi. Ada juga lainnya yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, yakni games, aplikasi, musik, dan film,” tutur Triawan dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Staf Presiden, Selasa (17/10/2017).

- -

Salah satu langkah yang diambil untuk memuluskan jalan ekonomi kreatif Indonesia menembus pasar internasional adalah dengan menggunakan jejaring internasional melalui duta besar Indonesia. Sebagai perwakilan Indonesia di negara lain, para duta besar didorong untuk mempromosikan ekonomi Kreatif tanah air. Misalnya dengan melancarkan Diplomasi Soto, Kopi, danTenun. Dengan demikian, diharapkan ekonomi Kreatif mampu menjadi soft power Indonesia di pasar global.

Masa depan ekonomi kreatif Indonesia pun kini berada di genggaman para generasi muda. Nama-nama besar seperti Dian Pelangi, Barli Asmara, dan Vivi Zubedi telah berhasil menembus dunia fashioniternasional dengan memamerkan karya mereka di New York Fashion Week pada 7 September 2017 lalu. Ini adalah bukti bahwa kearifan local tanah air bias diterima dunia jika dikemas secara kreatif dan modern.

Presiden Joko Widodo pun menyambut positif pertumbuhan industri ekonomi kreatif. Pada Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober lalu, istana mengundang sejumlah perwakilan anak muda dari industri ekonomi kreatif. Salah satu yang menarik perhatian Presiden jokowi adalah merek sepatu lokal Exodos57 yang memadukan desain sepatu modern dengan kain tradisional. Tak hanya di Hari Sumpah Pemuda, pada kesempatan lain pun ia menyatakan dukungannya terhadap industri ekonomi kreatif.

"Sebab, apa pun industri kreatif itu telah menjadi kekuatan kita. Jika industri kreatif digarap secara baik, anak-anak muda diberi ruang kreatif untuk berinovasi dan berkreativitas, bisa untuk dibawa ke luar," kata Presiden Jokowi di festival musik We The Fest di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (11/8/2017) lalu. 

Belajar dari Korea Selatan yang telah sukses membawa demam K-Pop kekancah internasional, masih banyak hal yang menjadi pekerjaan rumah ekonomi kreatif Indonesia. Meskipun industry ekonomi Kreatif terus berkembang, ekosistem bisnis dan investasi serta infrastruktur penunjang di Indonesia masih perlu ditingkatkan.  Dengan kreativitas tanpa batas, ekonomi kreatif Indonesia diyakini  mampu menjadi masa depan baru perekonomian nasional.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com