Kilas

Puluhan Bandara dan Pelabuhan Ditawarkan untuk Dikelola Swasta

Kompas.com - 17/11/2017, 19:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menawarkan kemitraan pengelolaan sejumlah bandara dan pelabuhan pada swasta. Public private partnership itu berlangsung paling lama 30 tahun.

Pemerintah telah mengkaji bandara dan pelabuhan mana saja yang prospektif untuk dikelola swasta. Setidaknya ada 20 pelabuhan dan 10 bandara yang bisa ditawarkan untuk kemitraan dengan swasta.

Bandara yang dinilai prospektif antara lain Labuan Bajo, Sentani, Radin Inten, Taraka, Palu, Sabang, Sibolga, dan Banyuwangi. Sementara, pelabuhan yang ditawarkan pada swasta antara lain Bitung, Ternate, Fakfak, Sorong, Kendari, Ternate, Bima, dan Probolinggo.

"Ini (bandara dan pelabuhan) belum untung banget, tapi prospeknya bagus," kata Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi saat diskusi Forum Merdeka Barat 9 di kantor Kementerian Kominfo, Jumat (17/11/2017).

Baca: Pemerintah Tak Sulit Capai Pembiayaan Infrastruktur Rp5000 Triliun

Diharapkan pelayanan publik di bandara maupun pelabuhan bakal meningkat dengan adanya kemitraan dengan swasta.

Keterbatasan APBN mendorong pemerintah mencari sumber pembiayaan inovatif. Salah satunya melalui kemitraan pemerintah swasta. 

“Apabila kita membutuhkan satu dana yang riil, seperti kita membutuhkan Rp1500 triliun, di APBN hanya tersedia Rp250 triliun. Sehingga ada gap sekitar Rp1000 triliun,” ujar Budi Karya.

Sebelumnya, beredar kabar bahwa pemerintah berencana menjual salah satu aset yakni Bandara Soekarno-Hatta. Budi membantah bahwa pemerintah akan melepas aset vital tersebut.

“Jelas, kami tidak ada niat menjual Bandara Soetta. Sebenarnya, apa yang kami lakukan malah lebih banyak melakukan kerjasama dengan pihak swasta,” katanya.

 Bandara Blimbingsari Banyuwangi kian sibuk dengan hadirinya Garuda Indonesia jenis Bombardier berkapasitas 96 tempat duduk yang melayani penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi PP. Rencananya, penerbangan langsung Garuda akan dimulai 21 Agustus 2017.FIRMAN ARIF/KOMPAS.com Bandara Blimbingsari Banyuwangi kian sibuk dengan hadirinya Garuda Indonesia jenis Bombardier berkapasitas 96 tempat duduk yang melayani penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi PP. Rencananya, penerbangan langsung Garuda akan dimulai 21 Agustus 2017.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Dirjen PPR Kemenkeu) Robert Pakpahan mengatakan, proyek infrastruktur yang potensial menguntungkan bisa dibangun maupun dikelola swasta.

APBN yang semula dialokasikan untuk mengelola bandara dan pelabuhan tersebut, nantinya bisa digunakan untuk membangun proyek lain di daerah-daerah perbatasan.

Modernisasi Daerah Irigasi Rentang dilakukan untuk merehabilitasi bangunan dan meningkatkan kinerja saluran irigasi untuk mengairi 51.000 hektare areal sawah di Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka, Kamis (16/11/2017).ALEK KURNIAWAN/KOMPAS.com Modernisasi Daerah Irigasi Rentang dilakukan untuk merehabilitasi bangunan dan meningkatkan kinerja saluran irigasi untuk mengairi 51.000 hektare areal sawah di Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka, Kamis (16/11/2017).

Menurut Robert, sebagian besar proyek infrastruktur secara ekonomi tidak memberikan hasil, seperti pembangunan jalan di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan maupun proyek irigasi.

Dengan demikian, pemerataan ekonomi dan infrastruktur betul-betul dirasakan masyarakat yang selama ini belum menikmatinya. 

"Proyek seperti itu tidak ada potensi bisnis, namun bisa dinikmati publik," ujarnya. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau