KompasProperti - Presiden Meikarta Ketut Budi Wijaya optimistis penjualan apartemen Meikarta bisa terus naik, selain karena momentum dan pasokannya memang dibutuhkan.
Pada tahap pertama proyek tersebut dikembangkan, Lippo Group bakal membangun 250.000 unit apartemen dengan total luas bangunan 22.000.000 meter persegi (m2), yang akan langsung menampung lebih dari satu juta komunitas perkotaan.
Akhir Oktober lalu, Lippo resmi menutup atap (topping off) dua tower hunian vertikal di central business district (CBD) di kota mandiri Meikarta.
Dua apartemen yang masing-masing terdiri atas 32 lantai itu memiliki total 900 unit apartemen. Ada pun nilai apartemen itu mencapai sekira Rp1 triliun.
Baca: Tetangga Jakarta yang Prospektif Jadi Ibu Kota Baru
“Pekerjaan fisik sudah dimulai sejak Januari 2016 dan sebanyak 50 gedung siap dihuni mulai Desember 2018,” ujar Ketut.
Ketut juga dengan gamblang memaparkan bahwa kota baru dekat kawasan industri Cikarang itu nantinya memiliki dua pusat perbelanjaan dan area komersial, rumah sakit internasional dan pusat kesehatan, pusat keuangan international, hotel bintang 5, perpustakaan nasional, pusat seni, sekolah bertaraf internasional, pusat riset industri, international exhibition centre, dan inkubator bisnis yang mendorong ekonomi digital.
Untuk mendukung mobilitas penghuni Meikarta, Lippo menyediakan transportasi internal, yakni APM (Automated People Mover alias monorel). Dengan demikian, penghuni dapat dengan mudah mencapai pusat kegiatan dengan monorel itu.
Mobilitas para penghuni juga ditunjang dengan infrastruktur jalan yang memadai. Pergerakan kendaraan saat berpapasan atau berputar menjadi lebih mudah di jalan yang lebar.
“Dengan kemudahan transportasi dan mobilitas tersebut, aktivitas ekonomi di kawasan tersebut bakal tumbuh pesat,” ujarnya.
Untuk itulah, Ketut betul-betul optimistis penjualan apartemen di Meikarta bisa terus naik, meskipun kenyataan bahwa Indonesia diperkirakan masih akan dihadapkan pada tantangan perekonomian cukup berat pada 2018 nanti. Meski ada pertumbuhan ekonomi, namun diprediksi nilainya tidak terlalu tinggi dan dibawah ekspektasi.
Hal itu seperti dipaparkan pengamat ekonomi dari Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko di KompasProperti. Menurut Agustinus, ada dua hal yang mempengaruhi sektor perekonomian Indonesia, yaitu harga barang komoditas dan kondisi perekonomian global.
"Ekonomi domestik masih sangat dominan dipengaruhi oleh komoditas. Dan itu, makanya naik turunnya harga komoditass di tingkat global, berpengaruh terhadap dinamika ekonomi domestik," ujarnya saat diskusi Rumah.com Property Outlook 2018 di Jakarta, Kamis (19/10/2017).
Pemerintah, menurut dia, sebenarnya sudah mulai mengurangi ketergantungan ekonomi Indonesia dari sektor komoditas ke sektor industri dan manufaktur. Caranya, yaitu dengan membangun infrastruktur secara masif di berbagai wilayah.
Namun, justeru dengan kondisi seperti itulah, sektor properti akan memegang peran penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal itu tak lepas dari keberadaan industri turunan di dalam sektor tersebut.
Sebagai gambaran, dalam membangun sebuah atau apartemen, pengembang tentu akan bekerja sama dengan beragam industri lainnya, mulai dari semen, besi, pasir, kaca dan lainnya. Setidaknya, ada sekitar 170 industri turunan yang berada di dalam sektor properti.
"Jadi sektor perumahan, properti, merupakan salah satu yang menyokong (perekonomian. Untuk bisa sampai ke sana, yang bisa diharapkan, industri masih tetap bisa tumbuh meski tidak bisa diharapkan terlalu tinggi," kata Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan.
Dia mengatakan, suplai properti, terutama pada sektor residensial diperkirakan meningkat pada 2018.