Sorot

Tren properti Lagi Naik, Potensi Meikarta Makin Bagus

Kompas.com - 21/11/2017, 19:28 WIB

KompasProperti - Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanulangkit kepada KompasProperti, beberapa waktu lalu, mengatakan, meski sempat terjadi penurunan pada 2009 akibat supply mortgage, tapi properti kembali mengalami tren kenaikan pada 2010 dan 2011. Puncaknya, booming properti terjadi pada 2013.

Namun, saat tampuk kepemimpinan beralih dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo, dunia kebetulan tengah mengalami gejolak ekonomi.

Mulai dari Brexit 2015, ekspor Indonesia yang menurun akibat devaluasi nilai mata uang Yuan China, hingga rentetan serangan teroris di Eropa.

Panangian menambahkan, ketika Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung, kondisi perekonomian Indonesia sebenarnya sedang mengalami perbaikan. Namun, ekses yang ditimbulkan akibat pelambatan ekonomi pada tahun sebelumnya masih dirasakan sehingga bisnis properti pun kurang baik.

Baca: Lippo Ikut Wujudkan Pembangunan 100 Kota Modern di Indonesia

Untungnya saat ini, menurut dia, kondisi ekonomi dunia sudah mulai membaik. Dengan demikian akan berdampak terhadap membaiknya perekonomian dalam negeri.

"Pertanyaannya, bagaimana lima tahun ke depan? Sekarang lagi naik trennya. Artinya, lima tahun ke depan ekonomi Indonesia lagi bagus, apalagi infrastruktur sedang dalam tahap diselesaikan," ujarnya.

Seiring rencana pemerataan infrastuktur yang massif dibangun pemerintah saat ini, kebutuhan hunian sebagai salah satu kebutuhan primer juga terus meningkat. Apalagi, ketersediaan hunian saat ini masih terbatas.

Keterbatasan lahan mendorong pengembang properti membangun hunian vertikal. Tak cuma di kota-kota besar, apartemen kini mulai menjamur di kawasan penyangga Ibu Kota, seperti Bekasi.

Baca: Infrastruktur di Sekitar Cikarang Dongkrak Nilai Apartemen Meikarta

Investasi properti juga dapat dilakukan dengan membeli lalu menyewakan kembali unit apartemen tersebut. Dengan demikian, investor bakal mendapat passive income tanpa menyita banyak waktu dan tenaga.

Rata-rata harga sewa apartemen tipe studio di Jakarta mencapai Rp1,5 juta hingga Rp3juta per unit per bulan. Potensi penghasilan dengan menyewakan apartemen memang cukup menjanjikan.

Melihat tingginya potensi itu, saat ini, Lippo Group tengah membangun apartemen Meikarta dekat kawasan industri Cikarang. Apartemen di dalam kota mandiri itu akan dilengkapi dengan pusat bisnis dan komersial, pusat pendidikan, pusat kesehatan, serta pusat seni dan budaya.

Chief Marketing Officer Lippo Homes Jopy Rusli mengatakan, kawasan Meikarta bakal menjadi kawasan segitiga emas baru di koridor timur Jakarta. Sebab, kota mandiri itu terletak tepat di jantung area antara Lippo Cikarang, Delta Mas, dan Jababeka.

Foto udara proyek kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Foto udara proyek kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.

Selain itu, kota Meikarta mudah dijangkau dari Ibu Kota. Melalui jalan tol Jakarta-Cikampek, mobilitas penghuni Meikarta bakal lebih mudah karena adanya akses gerbang tol tersendiri yaitu exit tol Cibatu.

"Kami lihat perkembangan infrastruktur ke arah sana (kawasan segitiga emas). Kalau tidak ada tempat tinggal yang dekat dengan pusat ekonomi, Meikarta menyambut ini semua dengan segala infrastruktur," kata Jopy di Kemang Village Jakarta, Kamis (26/10/2017).

Memasuki Meikarta dari jalan tol akses Cibatu KM 34,7, central business district (CBD) yang dinamai Orange Country segera menyambut Anda. Di area tersebut akan dibangun berbagai fasilitas, termasuk pusat perbelanjaan yang besar.

Apartemen yang ditawarkan mulai dari Rp 127 juta tersebut terletak di kawasan bisnis yang strategis. Berada di poros Jakarta-Bandung, Meikarta juga dekat dengan enam infrastruktur penting di Jawa Barat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau