Sorot

Inilah Pilar "Green Sustainable Living” Meikarta...

Kompas.com - 26/11/2017, 20:17 WIB

KompasProperti - Keseriusan pengembang properti dalam membangun kompleks perumahan dan apartemen yang bermutu baik dibuktikan salah satunya melalui perhatian terhadap lingkungan.

Salah satu contohnya adalah pembangunan proyek hunian apartemen dan kota mandiri Meikarta yang sedang dilakukan di daerah Cikarang, Jawa Barat. Menurut rencana, akan tersedia ruang terbuka hijau (RTH) seluas sekitar 100 hektar, namanya Central Park.

"Central Park luasnya dirancang sebesar 100 hektar, terdiri dari 40 hektar danau dan 60 hektar taman. Ada jalan yang lebar, di sisinya ada pohon," kata Presiden Meikarta, Ketut Budi Wijaya, dalam keterangannya, Jumat (15/9/2017).

Menurut keterangan Ketut, taman ini cocok untuk semua anggota keluarga karena disediakan bagi penghuni Meikarta untuk semua kelompok umur, dari anak-anak sampai orang tua.

"Taman ini bisa menjadi tempat bermain anak-anak dan keluarga. Bisa juga digunakan untuk tempat nongkrong anak muda, olahraga, dan pertunjukan," ucap dia.

Ketut melanjutkan, penyediaan fasilitas taman yang luas itu untuk mewujudkan komitmen Lippo Group yang tidak hanya melakukan pembangunan gedung secara fisik, tetapi juga komitmen  pembangunan kehidupan keluarga dan komunitas yang harmonis.

Central Park di kawasan Meikarta, Cikarang, Jawa Barat Central Park di kawasan Meikarta, Cikarang, Jawa Barat
Di Central Park Meikarta juga akan ada kebun binatang mini, area khusus pejalan kaki, jogging track, lapangan rumput, dan area yang mampu menampung ribuan orang. Intinya, pembangunan taman kota itu pun dikonsep supaya ramah anak, ramah keluarga, dan semua aktivitas di ruang terbuka.

Selain taman dan danau untuk mewujudkan green sustainable living, Lippo Group juga merancang sistem penyediaan dan pengelolaan air bersih. Ini menjadi suatu hal yang penting mengingat air merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan sehari-hari.

Sesuai komitmen itu, Lippo Group juga menerapkan hal yang sama dalam pembangunan kompleks apartemen  dan kota mandiri Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

"Kami tidak mengalirkan air limbah ke sungai karena semuanya ditampung di pengolahan limbah. Juga ada septic tank yang tersentralisasi," ujar Presiden Meikarta, Ketut Budi Wijaya, dalam suatu diskusi, Jumat (15/9/2017).

"Sama halnya dengan di danau Meikarta. Untuk kapasitas air di danau itu sekitar 1 juta meter kubik. Sumber airnya itu dari Waduk Jatiluhur. Lalu diolah di pengolahan limbah industri. Kami juga tidak banyak mengubah kontur tanahnya," tambah Ketut.

Menurut dia, Lippo Group juga akan mengawasi lingkungan dan pengolahan limbah di kawasan industri sekitarnya. Sebagai contoh jika ada pabrik yang sampai mengotori sungai dengan limbah, nantinya akan dilaporkan ke pihak yang berwenang.

"Makanya kami berencana mengolah limbah industri dari kawasan di sekitar Lippo Cikarang dan menentukan biaya kepada pelaku industri atas pengolahan itu. Intinya suatu kota harus tersedia air bersih dan pengelolaan air limbah," ujar Ketut.

Nantinya, antara limbah ringan dan limbah berat akan dipisah. Dengan demikian, lanjut Ketut, Ketut, pengolahannya semakin mudah dan kualitas air yang digunakan untuk sehari-hari tetap terjaga, baik untuk kebutuhan hidup para penghuninya maupun untuk keperluan industri.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau