Advertorial

Riwayat dan Asa “Vending Machine” di Indonesia

Kompas.com - 08/12/2017, 11:46 WIB

 

Inovasi dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Berbagai inovasi laku keras diadopsi karena terbukti mampu memudahkan kehidupan sehari-hari.

Namun nampaknya tidak demikian dengan mesin jual otomatis (vending machine) di Indonesia. Kehadirannya yang membawa kemudahan untuk membeli barang ternyata tak sedemikian bersambut.

Berbeda dengan Jepang, di sana kehadiran vending machine (VM) berkembang begitu pesat dan membuatnya hadir di setiap sudut dan belokan di jalan. Barang yang dijual pun tak lagi sebatas makanan dan minuman ringan. Di negeri sakura itu, VM menyediakan buah dan sayuran segar hingga pakaian jadi. 

Salah satu pendiri perusahaan penyewaan dan operator VM di Indonesia, PT Jatari Boreas Sabha (Jaatari Vending) Lalu Athma Sasmita, menyatakan perkembangan VM di Insonesia masih dalam tahap bayi. Jumlah VM yang ada di Indonesia pun tertinggal jauh jika dibandingkan jumlah yang ada di Jepang maupun negara lainnya. 

“Di Jepang, rata-rata tersedia 1 VM untuk 23 orang. Kemudian di Singapura, ada 15 ribu VM untuk 15 juta penduduknya,” tuturnya.

- -

Namun, ia optimis akan potensi penggunaan VM di Indonesia. Mengingat hanya ada lima pemain besar yang bersaing di pasar VM hingga tahun 2016 lalu, masih banyak ruang untuk VM tumbuh dan berkembang.

“Saat ini baru ada sekitar 4.000 VM untuk lebih dari 250 juta penduduk. Jadi, potensi pasar VM masih sangat besar di Indonesia,” papar Athma.

Satu hal yang jadi catatan positif terkait VM di Indonesia adalah pemanfaatannya tak lagi terbatas dalam penjualan minuman. Saat ini layanan lain pun telah memanfaatkan VM, salah satunya adalah untuk penjualan tiket kereta listrik Commuter Line (CL), uang elektronik, dan surat kabar. Sekali lagi, hal ini pun memupuk optimisme para pemain di industri VM.

“Perkiraan saya, di 2018 bisnis ini akan take off. Momen ini bertepatan dengan makin terbiasanya masyarakat menggunakan uang elektronik dan selesainya proyek MRT dan LRT,” tambahnya.

Inovasi lain pun tengah disiapkan untuk kenyamanan masyarakat menggunakan VM. Ke depannya, VM keluaran Jatari Vending akan menggunakan uang elektronik. Langkah ini dilakukan agar tak perlu lagi menghitung uang dan demi penentuan harga yang lebih fleksibel.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau