SURABAYA, KOMPAS.com - Ada catatan yang ditorehkan Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Saifullah Yusuf atau yang karib disapa Gus Ipul. Sepuluh tahun membangun Jatim, tercatat pada buku bertajuk Perubahan Berkelanjutan, Gotong Royong Memakmurkan Jawa Timur.
Peluncuran buku itu dilaksanakan di Aula Adi Sukadana, Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kamis (21/12/2017).
Peluncuran buku kali ini diikuti ratusan mahasiswa serta civitas akademika Fisip Unair Surabaya dan beberapa undangan. Tiga narasumber dihadirkan yakni Dr Falih Suaedi Dekan Fisip Unair, Dr Ahmad Rubaidi Dosen Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), serta Prof Dr Luthfiyah Nurlaela pengajar di Universitas Negeri Surabaya.
"Tidak ada bahasa panggung (politik) di buku ini. Saya melihat buku ini juga bukan sarana politik karena bahasannya lugas dan enak disertai data yang cukup lengkap," kata Falih Suaedi.
Dalam buku ini, Gus Ipul menunjukkan capaiannya selama 10 tahun bersama Gubernur Soekarwo membangun Jawa Timur. Beberapa kelemahan serta solusinya juga dipaparkan dengan runut dan jelas.
"Ini profil utuh capaian Gus Ipul. Yang saya suka dari Gus Ipul, dia ini mau belajar selama 10 tahun mendampingi Soekarwo tanpa ada sedikit pun konflik," kata Falih.
Gus Ipul menunjukkan birokrasi yang selama ini diterapkan adalah pamong praja yakni melayani dan bukan pangreh praja atau dilayani seperti yang banyak dilakukan para pejabat.
Lantas, Dr Ahmad Rubaidi mengatakan buku setebal 165 halaman ini berisi refleksi nyata serta progres report Gus Ipul selama dua periode menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur.
"Gus Ipul menyadari posisinya wakil tidak memiliki power yang kuat. Tapi di sini diulas gamblang capainnya dan ditulis tidak meledak-ledak. Data juga lengkap jadi ini sangat menarik," kata dia.
Dari sisi performa, Gus Ipul dinilai merupakan salah satu pejabat yang cenderung menampilkan kesederhanaan dan apa adanya. Jika mayoritas pejabat berbeda antara latar dan belakang panggung, tidak begitu halnya dengan Gus Ipul.
"Di Buku ini, saya melihat Gus Ipul ini sederhana. Buku ini empirik, bahkan di kehidupan sehari-hari kalau kita lihat dia (Gus Ipul) ini kesukaannya memakai baju putih. Artinya baju putih kan tidak ada yang mahal," ujarnya.
Dari sisi pembangunan, buku ini juga mencoba membedah disparitas yang selama ini selalu terjadi di belahan dunia manapun, yakni disparitas parsial, disparitas pendapatan, dan disparitas lintas sektoral.
Tidak hanya dibedah, buku ini juga menawarkan solusi jangka pendek, menengah dan panjang tentang upaya mengurangi disparitas yang saat ini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Jawa Timur.
Sementara itu Gus Ipul mengatakan bahwa buku yang diterbitkan Airlangga University Press ini berisi catatannya selama mendampingi Soekarwo. Buku tersebut berisi catatan yang kemudian ditulis dan disempurnakan untuk kemudian dibukukan.
"Buku ini ingin melihat menggarisbawahi pembangunan yang berlangsung. Perubahan ke depan berangkat dari prestasi yang diperoleh pemerintah sebelumnya. Perubahan yang akan datang bermodal dari kondisi hari ini," kata Gus Ipul.
Dalam buku ini, Gus Ipul ingin menunjukkan bahwa pembangunan di Jawa Timur harus ada perubahan. Apa yang sudah baik akan dilanjutkan dan yang kurang baik segera disempurnakan.
"Perubahan itu harus dilakukan. Masyarakat saat ini sudah sangat cepat berubah pemerintah dalam melayani masyarakat juga harus berubah lebih cepat. Dalam rangka melayani masyarakat inilah, pemerintah harus berubah, baik cara berfikir maupun teknologinya," ujarnya. (KONTRIBUTOR JAWA TIMUR/ACHMAD FAIZAL)