Kilas

Daging Kerbau di Medan Legal

Kompas.com - 12/03/2018, 18:15 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan bersama dengan Ketua Komite II Dewan Pimpinan Daerah (DPD) mengambil langkah cepat terkait dengan adanya berita tentang peredaran daging kerbau beku yang diduga ilegal yang beredar luas di pasar-pasar tradisional di Kota Medan.  

Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita bersama Ketua Komite II DPD asal Sumatera Utara Parlindungan Purba.pada hSabtu 10 Maret 2018 turun langsung ke lapangan untuk menyelidiki kasus tersebut. Adapun lokasi yang dikunjungi yaitu Kantor Karantina Belawan dan Gudang Bulog.

Menurut I Ketut Diarmita, setelah dilakukan penelusuran ke Kantor Karantina Belawan ternyata terbukti tidak adak daging impor masuk lewat Medan Sumatera Utara. “Daging kerbau beku tersebut setelah dicek merupakan daging yang diimpor oleh Perum Bulog lewat pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan ini legal,” ungkap I Ketut.

Sementara itu, Zubir Harahap Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera utara juga menyampaikan, terkait isu yang berkembang di masyarakat tentang adanya daging ilegal yang beredar di pasar tradisional dan  tidak bersertifikat ternyata tidak benar.

”Setelah turun ke pasar tradisional ternyata tidak ada daging beku yang beredar,” ungkapnya.

Berdasarkan informasi Perum Bulog, saat ini lembaga itu melakukan pendistribusian daging kerbau beku di Medan melalui horeka (hotel, restoran, dan katering), penjualan di gerai-gerao khusus milik Bulog, dan operasi pasar.

Kebutuhan dan stabilisasi harga

Nasi kropokhan konon merupakan menu kesukaan Raja Demak. Kuliner dengan olahan daging kerbau dan labu putih itu disajikan di Rumah Makan Pawon Wolu, Jalan Sultan Hadiwijaya nomor 40, Kelurahan Mangunjiwan, Demak Kota, Jawa Tengah. KOMPAS.COM/ARI WIDODO Nasi kropokhan konon merupakan menu kesukaan Raja Demak. Kuliner dengan olahan daging kerbau dan labu putih itu disajikan di Rumah Makan Pawon Wolu, Jalan Sultan Hadiwijaya nomor 40, Kelurahan Mangunjiwan, Demak Kota, Jawa Tengah.

Lebih lanjut  I Ketut Diarmita menyampaikan, kebijakan impor daging beku asal India dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan daging dan stabilisasi harga. Untuk itu, pemerintah telah menugaskan Perum Bulog  melakukan importasi.

Pemasukan daging kerbau beku dari India telah mengacu pada persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE), serta telah melalui serangkaian tahapan pemeriksaan terhadap sistem kesehatan hewan, keamanan pangan, dan kehalalan yang diterapkan di India oleh tim penilai.  

Tim penilai yang terdiri dari anggota komisi ahli kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, dan komisi ahli karantina hewan telah memastikan semua persyaratan OIE tersebut telah terpenuhi.

“Hanya Rumah Potong Hewan (RPH) yang memenuhi persyaratan baik dari aspek keamanan pangan dan kehalalan saja yang dapat ditetapkan sebagai unit usaha yang dapat mengekspor daging kerbau beku ke Indonesia,” ungkapnya.
 
I Ketut menyebutkan, pasokan daging kerbau beku ini hanya untuk kebutuhan horeka, serta industri khususnya di wilayah Jabodetabek.  “Dalam perkembangannya, pendistribusian daging kerbau beku India dapat dilakukan di luar wilayah Jabodetabek oleh Perum Bulog, sepanjang tidak ada penolakan atau pelarangan dari pemerintah daerah setempat,” tambahnya.

Lantas, ia memberikan saran agar Bulog hendaknya berkoordinasi dengan instansi terkait seperti dinas, karantina, perindustrian dan BBVet untuk melakukan monitoring dalam pendistribusian. Selain itu, ia menyampaikan agar peredaran daging kerbau beku India di luar wilayah Jabodetabek  harus dilengkapi Surat Rekomendasi Pemasukan dari provinsi penerima yang dikeluarkan oleh dinas provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan.

Menurutnya, Kementerian Pertanian dalam hal ini Ditjen PKH dan Badan Karantina Pertanian telah menerapkan Standard Operasional Prosedur (SOP) Mitigasi Risiko Pemasukan Daging Kerbau di tempat-tempat pemasukan dan peredaran di dalam negeri, termasuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan darurat.  

I Ketut kembali menegaskan, Ditjen PKH secara rutin melakukan pemeriksaan serologis virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap sampel ternak rentan di daerah distribusi daging kerbau yang dilakukan oleh Pusvetma yang ditunjang Balai Besar Veteriner dan Balai Veteriner sejak tahun 2016.  

“Pengawasan terhadap keamanan dan mutu daging beku India yang beredar juga dilakukan oleh Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan,” ujarnya.

Pengawasan

Arif, penjual daging kerbau di Jalan Lapangan Bola, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (25/7/2014).Kompas.com/Abba Gabrilin Arif, penjual daging kerbau di Jalan Lapangan Bola, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (25/7/2014).

Untuk menjamin keamanan dan mutu produk yang beredar di masyarakat, I Ketut Diarmita menyarankan agar pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota meningkatkan pengawasan peredaran daging kerbau beku India terhadap kemungkinan penyimpangan atau pemalsuan produk di sepanjang rantai distribusi.  

Penyimpangan dan pemalsuan dapat berupa tidak lengkapnya persyaratan dokumen, peredaran dan pemasaran produk yang tidak memperhatikan aspek rantai dingin (produk tidak disimpan dalam pendingin), atau produk dipasarkan tidak sebagai daging kerbau dalam bentuk beku atau dicampur dengan produk lainnya/daging segar.   

“Jika ditemukan adanya daging sapi yang dioplos dengan daging kerbau beku impor asal India agar diberitahukan kepada Tim Satgas Pangan Provinsi untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan tindakan bagi yang mengoplosnya untuk kemudian dijual eceran kepada konsumen,” tuturnya.

Kegiatan penelusuran daging kerbau beku ini adalah sebagai tindak lanjut dari kunjungan Ketua Komite II DPD ke kantor Dirjen PKH pada  Selasa, 6 Maret 2018, untuk mencari solusi dalam penanganan isu tentang peredaran daging illegal di Medan.

Sebelumnya Parlindungan khawatir peredaran daging kerbau beku ilegal akan berdampak pada ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. Maka dari itulah, ia meminta kepada Dirjen PKH untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Menurutnya, ada beberapa masyarakat yang meragukan keamanan serta kehalalannya.

“Saya memberikan apresiasi kepada Dirjen PKH karena mau turun langsung ke lapangan untuk mengatasi isu ini, sehingga sekarang sudah ada penjelasan,” demikian Parlindungan.

Masyarakat makan malam bersama sajian daging kerbau hasil kurban dalam prosesi adat Nalitn Taotn di Taman Budaya Sendawar, Kutai Barat, Kalimantan Timur, Kamis (7/11/2013). Prosesi adat ini tidak saja melibatkan etnis Tunjung dan Benuaq namun empat etnis lain Bahau Aoheng, Kenyah dan Melayu turut andil meramaikan acara tersebut.KOMPAS/LUCKY PRANSISKA Masyarakat makan malam bersama sajian daging kerbau hasil kurban dalam prosesi adat Nalitn Taotn di Taman Budaya Sendawar, Kutai Barat, Kalimantan Timur, Kamis (7/11/2013). Prosesi adat ini tidak saja melibatkan etnis Tunjung dan Benuaq namun empat etnis lain Bahau Aoheng, Kenyah dan Melayu turut andil meramaikan acara tersebut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau