Advertorial

Mengintip Persiapan Ancol Festival Ogoh-ogoh, Parade Sarat Nilai Moral

Kompas.com - 16/03/2018, 09:06 WIB

Memperingati Hari Raya Nyepi, Taman Impian Jaya Ancol mengajak masyarakat menyaksikan Ancol Festival Ogoh-ogoh pada Minggu (18/3/2018). Megahnya parade ogoh-ogoh bukan hanya momen yang cantik dipandang mata dan ditangkap kamera. Lebih dari itu, ritual keagamaan ini membawa cerita yang sarat nilai moral, mengajak masyarakat untuk berkontemplasi.

Adalah anak-anak muda dari banjar Ciledug, Tangerang, yang menjadi salah satu kreator yang berpartisipasi dalam festival ini. Kompas.com berkesempatan menemui mereka di Pura Dharma Sidhi, Ciledug, Tangerang, Selasa (13/3/2018).

Kepada Kompas.com, para kreator yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni Hindu Dharma (STHD) Ciledug ini bercerita mengenai kisah yang akan ditampilkan dalam parade di Ancol Festival Ogoh-ogoh, serta bagaimana menyenangkannya proses yang mereka jalani selama membuat karya seni patung ini.

I Kethut Suandana yang biasa disapa dengan sebutan Dana, sang kreator, menyebut tema yang akan ditampilkan tahun ini adalah Amerih Tirta Amertha. Tirta Amertha sendiri diartikan sebagai air keabadian, siapapun yang meminumnya bisa memperoleh hidup abadi.

Dalam ceritanya, sesungguhnya Tirta Amertha diperuntukkan bagi para dewa. Namun, tentu saja keberadaan air ini jadi incaran banyak pihak, termasuk para asura atau raksasa yang punya sifat rakus dan ingin hidup abadi.

Tirta Amertha yang sudah ada di tangan para dewa pun direbut oleh kaum raksasa. Melihat hal ini, Dewa Wisnu bersikeras memikirkan cara untuk mendapatkannya kembali. Akhirnya, ia mengubah wujudnya menjadi perempuan cantik bernama Mohini, kemudian berhasil mengambil alih Tirta Amertha tersebut.

Namun tak lama para raksasa menyadari kalau mereka dibohongi Dewa Wisnu. Terjadilah perang yang cukup hebat dan lama.

Usai berperang, raksasa yang juga sakti ini pun belum kehabisan cara mendapatkan Tirta Amertha kembali. Raksasa itu menyamar jadi dewa dan turut minum bersama.  

Hal tersebut diketahui oleh Dewa Aditya dan Chandra, yang kemudian melaporkannya kepada Dewa Wisnu. Dewa Wisnu pun mengeluarkan senjata dan memenggal leher sang raksasa saat Tirta Amertha sudah mencapai tenggorokannya. Akibatnya, tubuh raksasa itu mati, namun kepalanya tidak.

Raksasa itu geram, dan berjanji akan memakan Dewa Aditya dan Chandra, sehingga terjadilah gerhana bulan dan matahari.

I Kethut Suadana bersama patung Dewa Wisnu. Dalam parade ogoh-ogoh ini, Dewa Wisnu diceritakan akan mengejar raksasa yang mengambil Tirta Amertha dari tangan para dewa. Saat ini persiapan membangun ogoh-ogoh ini sudah mencapai 90 persen, kata Dana di Pura Dharma Sidhi, Ciledug, Tangerang, Selasa (13/3/2018). I Kethut Suadana bersama patung Dewa Wisnu. Dalam parade ogoh-ogoh ini, Dewa Wisnu diceritakan akan mengejar raksasa yang mengambil Tirta Amertha dari tangan para dewa. Saat ini persiapan membangun ogoh-ogoh ini sudah mencapai 90 persen, kata Dana di Pura Dharma Sidhi, Ciledug, Tangerang, Selasa (13/3/2018).

Pada dasarnya, menurut Dana, kisah ini mengingatkan bahwa setiap makhluk hidup itu punya sifat yang sama seperti raksasa, yakni rakus dalam arti sulit puas terhadap apa yang dimilikinya. Cerita dalam parade ogoh-ogoh ini pun menjadi dapat menjadi renungan, terlebih pada masa Nyepi ini.

Tema Amerih Tirta Amertha, kata Dana, juga dipilih dengan harapan agar seluruh masyarakat bisa mendapat kesuburan atau kemakmuran dalam hidup.

Berbobot sekitar 1,5 ton

Usai menceritakan makna tema parade ogoh-ogoh tahun ini, Dana pun memperlihatkan patung Dewa Wisnu dan raksasa yang sudah dipersiapkannya untuk Ancol Festival Ogoh-ogoh nanti.

Ogoh-ogoh ini tampak tinggi dan besar. Tinggi patungnya sekitar 180 sentimeter sampai 2 meter. Patung Dewa Wisnu dan raksasa itu nantinya akan dibawa dengan penopang kayu, sehingga bobot totalnya bisa mencapai hampir 1,5 ton.

Dana dan rekan-rekan memasang perhiasan di badan patung raksasa. Anak-anak muda yang terlibat dalam pembuatan ogoh-ogoh ini tergabung di Sekaa Teruna Teruni Hindu Dharma (STHD) Ciledug. Dana dan rekan-rekan memasang perhiasan di badan patung raksasa. Anak-anak muda yang terlibat dalam pembuatan ogoh-ogoh ini tergabung di Sekaa Teruna Teruni Hindu Dharma (STHD) Ciledug.

Dana menuturkan, ogoh-ogoh tersebut dibuat dari styrofoam yang kemudian dilapisi dengan cat, lalu diberi perhiasan dan pakaian. Bahan lain yang juga bisa digunakan untuk membuat karya seni patung ini adalah anyaman bambu yang dilapisi kertas koran, dihaluskan, kemudian dicat.

Pembuatan ogoh-ogoh ini melibatkan 8 anak muda yang terdiri dari mahasiswa dan pekerja. “Prosesnya berjalan selama sebulan, sejak awal Februari lalu. Jadwalnya menyesuaikan dengan kegiatan anak-anak muda ini, biasanya setelah mereka kerja atau kuliah, sekitar pukul 19.00-23.00,” tutur Dana.

“Sampai hari ini progresnya sudah 90 persen. Masih harus didandani, diberi pakaian, dan pernak-pernik,” tambahnya.

Rencananya, kata Dana, ogoh-ogoh ini akan diusung oleh 50 orang, melibatkan 35 penari, dan 28 penabuh. Semuanya merupakan anak-anak muda yang tergabung dalam STHD Ciledug.

Tonton parade secara gratis

Ancol Festival Ogoh-Ogoh akan berlangsung di Pantai Lagoon Ancol, Minggu (18/3/2018), pukul 14.00-17.00. Parade ini melibatkan ogoh-ogoh yang berasal dari 6 banjar se-Banten.

Iring-iringan ogoh-ogoh akan melintas mulai kawasan Bende Ancol sampai Plasa Pantai Lagoon. Setelah itu dilanjutkan dengan penampilan masing-masing ogoh-ogoh dengan jalan cerita yang berbeda-beda.

Pengunjung juga dapat menyaksikan pertunjukkan tarian tradisional, seperti tari kecak, baleganjur, dan lain-lain sepanjang acara berlangsung.

“Ancol Ogoh-Ogoh Festival ini merupakan kegiatan pertama dan terbesar yang kami selenggarakan, tujuannya untuk memberikan edukasi keragaman budaya yang ada di Indonesia. Selama ini pengunjung hanya mengetahui ogoh-ogoh dari media massa dan di pulau dewata Bali, kini dapat disaksikan di Pantai Lagoon Ancol,” ujar Teuku Sahir Syahali, Direktur Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol melalui keterangan tertulis.

Menariknya, Ancol Festival Ogoh-Ogoh dapat disaksikan tanpa dipungut biaya tambahan. Jadi, pastikan Anda tak ketinggalan momen seru ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau