Advertorial

Cara Wali Kota Risma Atasi Anak Putus Sekolah di Surabaya

Kompas.com - 19/03/2018, 10:04 WIB

Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya, terus memperhatikan dan memfasilitasi kebutuhan anak-anak yang mengalami permasalahan kesejahteraan sosial.

Salah satu bentuk perhatian Pemkot Surabaya adalah dengan menggelar acara tatap muka secara langsung bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Hal itu diharapkan bisa menyelesaikan problematika anak putus sekolah di Surabaya.

Dihadapan puluhan anak putus sekolah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan agar mereka bisa belajar untuk hidup secara mandiri dan tidak terus bergantung kepada orang tua. Sebab, tidak selamanya orang tua mampu menopang kehidupan mereka.

"Mulailah diri dengan hidup mandiri, dan jangan terus menggantungkan dengan orang tua kalian," kata Wali Kota Risma, saat memberikan pengarahan kepada anak putus sekolah, bertempat di eks Gedung Siola lantai IV, Sabtu, (10/03/18).

Tidak hanya itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut juga mengunggah kesadaraan para anak putus sekolah ini agar mereka lebih menghargai kepada orang tua. “Tolong hargai juga orang tua kalian, yang tiap hari sudah susah payah cari uang untuk kalian,” pesannya.

Wali kota yang akrab disapa Bu Risma ini menuturkan bahwa setiap orang pasti butuh untuk makan dan butuh untuk masa depan. Maka dari itu, wali kota sarat akan prestasi tersebut berpesan agar anak-anak putus sekolah ini mau mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik.

“Kalau kalian tidak bisa memikirkan masa depan kalian sendiri, terus siapa yang akan memikirkan, karena orang tua kalian tidak bisa mendampingi kalian terus,” ujar wali kota kepada puluhan anak putus sekolah ini.

Dalam kesempatan ini, Wali Kota Risma kemudian memberi kesempatan kepada anak-anak ini untuk menyampaikan secara langsung apa saja keluhan dan problematika mereka melalui selembar kertas. Selanjutnya, wali kota mulai memanggil satu persatu anak-anak untuk ditanyai keinginan mereka. Mereka ditawari untuk melanjutkan sekolah kembali atau bisa mengikuti ujian paket, supaya mereka bisa mendapatkan ijazah dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Salah satu yang menarik adalah pernyataan yang disampaikan oleh Adi Wicaksono (16) tahun, dirinya yang putus sekolah SMK ini, kemudian memilih untuk mencari uang setiap malam dengan cara mengamen. “Kamu nanti saya ikutkan kejar paket, ojok keluyuran ae (jangan keluyuran saja), kasihan orang tuamu,” kata wali kota kepada Adi.

Disampaikan Wali Kota Risma, bahwa sebenarnya permasalahan anak putus sekolah ini bermacam-macam alasannya. Mulai dari karena memang mereka malas sekolah, ada yang nakal. Namun, ada pula yang memang mereka tidak mampu untuk membayar biaya sekolah.

"Kita treatment dulu anak-anak ini. Tapi yang paling penting adalah bagaimana mereka bisa mengakses masa depan mereka," tutur wali kota kelahiran kediri tersebut.

Dijelaskan oleh Wali Kota Risma, sejauh ini banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemkot dalam meminimalisir jumlah anak putus sekolah di Surabaya. Selain akan mengembalikan mereka ke pendidikan formal dan non formal, pihaknya juga akan menyisipkan beberapa kegiatan dalam upaya mengembangkan minat dan bakat anak, seperti mengarahkan mereka yang kreatif menuju ke koridor, dan memberikan bimbingan usaha bagi anak yang ingin berwirausaha melalui program pejuang muda.

"Yang ingin usaha nanti akan kita latih, dan nanti kalau usianya sudah 18 tahun, baru kita berikan modal," jelas wali kota berkerudung ini.

Wali Kota Risma menambahkan, bahwa esensi utama dari acara ini adalah bagaimana bisa mengembalikan mereka ke sekolah, supaya mampu mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik, karena orang hidup itu harus punya bekal, yakni pendidikan. Selain itu, pengarahan bagi anak putus sekolah ini bertujuan agar anak-anak tersebut kedepannya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan layak. Serta membangun generasi muda yang berhasil dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

“Kita coba akan treatment lebih detail lagi, untuk bagaimana mereka tertarik dibidang apa, supaya dia langsung kita fokuskan kemana dan ke bisnis apa,” pungkasnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com