Kilas

Hendrar Turun Tangan Awasi Pembangunan Kota Lama Semarang

Kompas.com - 27/03/2018, 17:41 WIB

KOMPAS.com - Pasca dicoretnya Kota Tua Sawahlunto dan Kota Tua Jakarta dari daftar sementara Warisan Budaya Dunia UNESCO, Kota Lama Semarang merupakan satu-satunya kawasan kota tua yang masih masuk daftar.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Semarang berupaya keras menata kawasan itu. Salah satu upaya yang wajib dilakukan adalah dengan tidak merubah nilai historis yang terdapat dalam kawasan tersebut.

Belajar dari kekurangan Kota Tua Sawahlunto dan Kota Tua Jakarta, pemerintah berupaya untuk melengkapi data historis. Salah satunya, mendapatkan peta asli kawasan Kota Lama Semarang yang hingga kini masih tersimpan di Belanda.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, peta asli itu masih dalam proses penyerahan. Pemerintah sedang menyiapkan tempat khusus yang steril untuk menyimpan peta tersebut agar tidak rusak setelah diserahkan ke Pemerintah Kota Semarang.

"Untuk itu, nanti pada 10 April 2018, ada tenaga ahli dari Belanda yang akan datang ke Semarang untuk membahas terkait peta tersebut," katanya, Selasa (27/3/2018).

(Baca: Hendrar Bahas Pariwisata Kota Lama Semarang dengan Uni Eropa)

Demi menjaga kelestarian Kota Lama Semarang, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi berkomitmen dengan turun tangan langsung mengawasi pembangunan Kota Lama Semarang yang sedang berjalan.

Hendrar pun menyambangi kantor pengelola proyek revitalisasi Kota Lama Semarang yang terletak di Jalan Kampung Sleko, Semarang pada Selasa (27/3/2018). Ia meneliti masterplan Kawasan Kota Lama Semarang yang dibagi dalam tiga zona.

Zona pertama terdiri atas Jalan Tawang, Merak, Garuda, Branjangan, Nuri, Cendrawasih, Kedasih, Srigunting, Sleko, Kutilang, Mpu Tantular, Kasuari, dan Merpati. Sementara, zona dua terdiri atas Jalan Kenari, Pinggir Kali Semarang, Perkutut, Lentjen Suprapto, Suari, Kepodang, Sendoro, Gelatik, serta Jurnatan. Zona ketiga terdiri atas Kolam Retensi Mberok serta Kolam Retensi Bubakan.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, mengawasi proyek revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang, Selasa (27/3/2018).Dok. Humas Pemkot Semarang Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, mengawasi proyek revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang, Selasa (27/3/2018).

Pemerintah bersama masyarakat berusaha keras mempertahankan kelestarian bangunan-bangunan cagar budaya ini dengan mengawasi sekaligus merawat.

"Untuk itu, kami perlu dukungan dari masyarakat berupa pelaporan apabila ada bangunan-bangunan cagar budaya yang coba dibongkar, dirusak, atau bahkan mau diganti dengan konstruksi yang berbeda dengan bentuk awalnya," ujarnya.

Hendrar optimistis proyek penataan Kawasan Kota Lama Semarang akan selesai tahun ini. Menurut dia, proyek ini dikerjakan selama dua tahun anggaran dengan nilai Rp 156 miliar. Ada pun tahun anggaran pertama telah dimulai pada November 2017.

"Targetnya, Desember 2018 bisa diselesaikan. Untuk itu, hari ini saya cek mulai dari rencana drainase yang akan menggunakan U ditch, kemudian juga terkait ducting untuk membebaskan Kota Lama dari kabel-kabel di atas karena akan kita tanam di bawah," katanya.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau