Kilas

Menteri Amran Ajak Membunuh Kemiskinan

Kompas.com - 05/04/2018, 15:22 WIB

BARITO KUALA, KOMPAS.com - Datang bertandang ke Kalimantan Selatan, hari ini, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengajak warga membunuh kemiskinan. Caranya dengan melakukan optimasi lahan rawa lebak serta pasang surut.

Menteri kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, mengatakan selama ini, lahan seperti itu tak maksimal diberdayakan sebagai lahan produktif dan sumber pendapatan.

"Enggak ada alasan orang Kalimantan miskin dan menganggur. Kami datang untuk membunuh kemiskinan dan pengangguran itu," ujarnya di sela-sela meninjau lokasi optimasi lahan rawa lebak di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Mandas Tana, Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan optimasi satu juta hektare lahan rawa lebak dan pasang-surut pada sembilan provinsi. Di antaranya, Riau, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalsel, Jambi, Papua, serta Kalimantan Tengah.

Untuk Kalimantan Selatan, ada optimasi lahan seluas 67.000 hektare. Untuk pengerjaannya, Kementan menyerahkan bantuan 40 unit eskavator berbobot 20 ton. Setiap alat berat seharga Rp 2 miliar.

Kementan juga akan mendistribusikan mesin pompa berdaya 200 hektare, selain pupuk dan benih. Sedangkan kebutuhan lain, dibebankan ke Pemerintah Provinsi Kalsel dan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala.

Adapun biaya optimasi lahan rawa lebak berkisar Rp 3 juta per hektare dan Rp 4 juta per hektare untuk pasang-surut. "Ini strategi hemat anggaran. Dulu anggaran Rp 16 juta- Rp 20 juta per hektare," terang Amran.

Cetak sawah

Sebelum optimasi lahan rawa lebak dan pasang-surut, Kementan mencanangkan cetak sawah melalui tanah menganggur untuk menggenjot luas tambah tanam (LTT). Biayanya sekira Rp 16 juta per hektare.

Amran menaksir, optimasi rawa bakal menghasilkan Rp 60 triliun. Perhitungannya, indeks pertanaman mencapai tiga kali dalam setahun (IP-3) pada satu juta hektare lahan tersebut.

Menteri Amran optimistis, produktivitas lahan tersebut mencapai 6-7 ton per hektare. Hal ini merujuk proyek percontohan di Ogan Ilir, Sumsel. Di situ, produktivitas mula-mula 2-3 ton per hektare menjadi 7 ton per hektare saat musim tanam ketiga.

Di sisi lain, optimasi lahan rawa ini juga bertujuan menjaga kedaulatan pangan hingga 100 tahun ke depan. "Kita harus siapkan makanannya dari sekarang. Kita enggak boleh main-main di sektor pangan," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Barito Kuala, Noormiliyani AS, berharap, program-program agraria pemerintah pusat tak sekadar di Desa Jejangkit Muara. "Karena Barito Kuala daerah pertanian," katanya.

Apalagi, ungkap mantan Ketua DPRD Kalsel ini, antusias masyarakat cukup tinggi. Tak heran optimasi lahan rawa di Desa Jejangkit Muara mencapai 750 hektare. "Tadinya 400 hektare," ungkap dia.

Sedangkan Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor, menilai, butuh sinergisitas segenap elemen untuk mengoptimasi lahan rawa. "Kalau Pak Menteri sudah alatnya, berarti solarnya dari Ibu Bupati," ucapnya.

Mengingat Indonesia merupakan negara agraris, menurutnya, semua pihak harus serius mengerjakannya,  sehingga, kedaulatan pangan terjaga. "Kita negeri agraris, tapi beli beras di luar negeri. Ini momok dalam rangka menuju masyarakat sejahtera," ujarnya geram.

"Kita akan menyatu dengan alam. Kita ubah dan hasilkan sesuai (harapan) rakyat Jejangkit. Kita ingin menjadi negeri berdikari, khususnya persoalan pertanian," tutup Sahbirin.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau