Kilas

Yuk Ikut Hendrar Blusukan Wisata Kuliner di Simpang Lima Semarang

Kompas.com - 14/06/2018, 13:04 WIB


KOMPAS.com - Ribuan pemudik yang tengah menikmati makanan di shelter pedagang kaki lima (PKL) Kuliner Simpang Lima Kota Semarang sontak menoleh ke arah seorang pria yang datang berombongan menyisir area tersebut.

Pria itu terlihat bertanya kepada beberapa pemudik yang sedang duduk bersantap terkait suasana di shelter PKL yang mengelilingi lapangan Pancasila, Simpang Lima, Kota Semarang itu.

Mulai dari soal kebersihan, keramahan pedagang, hingga harga ditanyakan secara detail.

Ternyata lelaki itu adalah Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, yang secara khusus mengecek pelayanan PKL di Kota Semarang selama musim libur Lebaran, Selasa (12/6/2018).

Loenpia Semarang Gang Lombok no 11, merek yang terpampang tersebut merupakan loksi dimana kedai ratusan tahun itu berada, dekat Klenteng Tay Kak Sie yang tersohor oleh kisah Ceng Hoo-nya.KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Loenpia Semarang Gang Lombok no 11, merek yang terpampang tersebut merupakan loksi dimana kedai ratusan tahun itu berada, dekat Klenteng Tay Kak Sie yang tersohor oleh kisah Ceng Hoo-nya.

Jauh hari sebelumnya, Hendrar sudah meminta untuk seluruh PKL di Kota Semarang tidak menaikkan harga makanan serta minuman kepada pemudik yang datang ke Kota Semarang.

Wali Kota Semarang yang juga politisi PDI Perjuangan tersebut bahkan sempat secara khusus berbuka puasa bersama seluruh PKL di Kota Semarang untuk memberikan arahan.

Imbauan Wali Kota tersebut penting untuk diterapkan para pedagang di Kota Semarang, mengingat PKL dianggapnya sebagai ujung tombak citra Kota Semarang.

"Seharusnya tentu saja keluhan-keluhan di sosial media seperti sebelumnya, yaitu terkait harga makanan minuman di PKL yang tiba-tiba naik sangat tinggi tidak akan ada lagi. Kemarin sedulur-sedulur PKL semuanya sudah sepakat untuk bersama-sama menjaga, dan hari ini saya cek alhamdulillah semua memegang komitmen tersebut," ujarnya.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengunjungi shelter pedagang kaki lima di kawasan Simpang Lima, Semarang, Selasa (12/6/2018)Dok. Humas Pemkot Semarang Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengunjungi shelter pedagang kaki lima di kawasan Simpang Lima, Semarang, Selasa (12/6/2018)

Dea, salah satu pemudik yang datang ke Kota Semarang dari Jakarta mengaku sangat nyaman dengan pelayanan pedagang di shelter PKL Simpang Lima Semarang tersebut.

"Baru sampe Semarang tadi pagi, terus ini diajak saudara kesini, suasananya enak, bersih, ramai, dan harganya nggak mahal kok," katanya.

Selain menikmati kuliner Semarang, ia pun tertarik untuk berkeliling Kota Semarang yang telah ditata dengan apik.

"Bagus juga ada pemandangan lampu-lampu dari sepeda yang ada di lapangan sana, rencana habis makan mau nyeberang ke sana," ujarnya.

Mengusung tagline Yuk muter-muter Semarang bus double decker wisata Semarang beroperasi setiap hari Selasa-Minggu, dari Museum Mandala Bhakti, ke berbagai destinasi favorit kota Semarang, Jumat (6/9/2017). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Mengusung tagline Yuk muter-muter Semarang bus double decker wisata Semarang beroperasi setiap hari Selasa-Minggu, dari Museum Mandala Bhakti, ke berbagai destinasi favorit kota Semarang, Jumat (6/9/2017).

Selain bertanya kepada para pembeli yang rata-rata merupakan pemudik, Hendrar juga menyempatkan diri berdialog dengan sejumlah pedangang.

Meskipun para pedagang terlihat sibuk melayani pembeli yang lebih ramai dari biasanya, tapi mereka sangat antusias dengan kedatangan Hendrar.

Beberapa bahkan terlihat menghentikan aktivitas memasaknya sejenak untuk secara khusus berbincang dengan Wali Kota Semarang tersebut.

 

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau