KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI - Kementerian Pertanian memberikan bantuan kambing untuk setiap rumah tangga miskin di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Selasa (22/5/2018). Bantuan itu terkait program Bedah Kemiskinan, Rakyat Sejahtera untuk mengurangi angka kemiskinan.
Rabu, 4 Juli 2018Ini Strategi Kementan untuk Tangani Stunting di Indonesia
KOMPAS.com - Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, sekitar 37,2 persen balita di Indonesia menderita stunting.
Tidak hanya terjadi pada golongan ekonomi bawah, stunting juga terjadi pada pada kalangan masyarakat menengah atas.
"Walau pun secara persentase golongan ekonomi bawah lebih besar," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi yang mewakili Menteri Pertanian dalam Lokakarya Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI di Jakarta, Selasa (3/7/2018).
Menurut Agung, kejadian stunting bukan karena faktor ekonomi semata, juga dipengaruhi faktor lain.
Terdapat tiga kelompok penyebab stunting yakni:
1. Basic causes
Penyebab yang masuk kategori ini seperti kondisi sosial, ekonomi, dan politik serta akses rumah tangga ke fasilitas pendidikan, pekerjaan, dan lembaga finansial.
2. Underlying causes
Penyebab yang masuk kategori ini seperti kerawanan pangan rumah tangga, lingkungan rumah tangga yang tidak sehat, dan kurangnya layanan kesehatan.
3. Immediate causes
Penyebab yang masuk kategori ini seperti kurangnya asupan makanan dan penyakit.
Fokus Kementan
Agung menegaskan Kementerian Pertanian dalam penanganan stunting fokus pada basic causes dan underlying causes.
Melalui terobosan kebijakan untuk mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus kesejahteraan petani, Kementerian Pertanian telah berhasil mewujudkan swasembada di berbagai komoditas.
Penanganan stunting memerlukan upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan, salah satunya harus didukung akses yang memadai terhadap keanekaragaman.
"Untuk meningkatkannya, Kementerian Pertanian mengembangkan program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera atau dikenal dengan program Bekerja," ujarnya.
Baca juga: Bantuan Pertanian Bakal Kurangi Angka Kemiskinan di Desa
Program ini dilaksanakan untuk meningkatkan akses masyarakat kepada pangan yang beragam melalui pengembangan lahan pekarangan untuk produksi sayuran, usaha peternakan rumah tangga, tanaman hortikultura dan tahunan, serta kelembagaan usaha tani secara berkelompok.
"Melalui program ini, rumah tangga miskin ditingkatkan kapasitasnya untuk mengelola usaha yang dapat meningkatkan pendapatannya," ujar Agung.
Program andalan
Kementan juga memiliki program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Kawasan Mandiri Pangan (KMP), dan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM).
KRPL bertujuan untuk optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga serta pendapatan secara berkelanjutan.
KRPL memberdayakan kelompok wanita/masyarakat lainnya dengan kelompok sasaran pada 2018 sebanyak 2.300 kelompok.
Kegiatan KRPL meliputi kebun bibit desa demplot, pengembangan lahan pekarangan, pengembangan kebun sekolah, dan pengolahan hasil pekarangan.
Baca juga: Andalkan Pertanian Indonesia Bisa Jadi Negara Berpendapatan Tinggi
KRPL dapat mengurangi pengeluaran pangan sebesar Rp 750 ribu hingga Rp 1,5 juta per bulan.
Manfaat lainnya, imbuh Agung, mendukung diversifikasi pangan berbasis pangan lokal, meningkatkan ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, konservasi sumberdaya genetik lokal (lebih dari 300 komoditas), serta mengurangi jejak karbon dan emisi dengan target penurunan 29 persen pada 2030.
BKP juga melaksanakan program Kawasan Mandiri Pangan (KMP). Adapun kegiatan KMP meliputi penguatan kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, dan optimalisasi dukungan lintas sektor.
Pada tahun ini, kegiatan KMP dilaksanakan di 20 kabupaten dan ditargetkan untuk dapat dilaksanakan di 60 kabupaten pada 2019.
Sementara, Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) bertujuan untuk mengembangkan cadangan pangan masyarakat.
Sasaran kegiatan LPM adalah lumbung yang sudah dibangun di daerah rawan pangan. Pemerintah menargetkan jumlah LPM mencapai 1.315 unit pada 2019.