JAKARTA – Sebuah destinasi wisata, wajib memiliki keunggulan dan daya tarik. Karena keunggulanlah yang akan membuat wisatawan akan hadir. Pengelola Orchid Forest Cikole, Lembang, Bandung, menyadari hal itu. Terobosan dilakukan. Hasilnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya dibikin penasaran untuk hadir.
Orchid Forest Cikole rupanya siap memperkenalkan konsep Nomadic Tourism. Dan hal ini sejalan dengan program unggulan Kementerian Pariwisata. Makanya Menpar Arief Yahya siap mengawal Soft Launcing Orchid Forest Cikole, Jum’at (24/8).
Menpar akan menyaksikan langsung sebuah hutan pinus yang disulap menjadi destinasi digital. Orchid Forest pun akan dijadikan sebagai pilot Project Nomadic Tourism dan Ecotourism Kemenpar.
“Nomadic tourism memiliki value ekonomi tinggi dan treatment-nya juga relatif mudah. Sehingga menarik para pelaku industri pariwisata untuk mengembangkan bisnis ini terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya. Karena konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial,” ujar Menpar Arief di Jakarta, Selasa (21/8).
Sisi lain, nomadic tourism cocok untuk amenitas seperti glamorous camping atau glamping/glamp camp. Hal ini banyak diminati traveller dunia. Karena, menjadi pilihan selain hotel berbintang.
“Sebuah produk pariwisata yang kreatif dan dikemas secara kekinian (zaman now). Keinginan generasi milenial maupun individu yang senang 'berbagi' di media sosial menjadi potensi baik untuk meningkatkan pariwisata dunia digital ini. Kalau menurut bahasa anak muda adalah destinasi yang instagramable,” ujarnya.
Destinasi Digital memang mengasah pengelola pariwisata untuk terus berkreasi, berinovasi, mengikuti selera zaman. Destinasi digital dikategorikan menjadi 3. Yaitu Destinasi Digital Nature yang berbasis alam, Destinasi Digital Culture dengan tema budaya, dan destinasi digital Man-made seperti pasar Pancingan di Lombok dan Pasar Kaki Langit di Yogyakarta.
Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional II Sumarni, menilai konsep yang dikembangkan Orchid Forest Cikole sangat luar biasa. “Ini harus ditiru. Karena sebuah destinasi memang harus mempunyai daya tarik. Keunggulan ini yang membuat wisatawan akan hadir. Terlebih konsep yang dikembangkan memang sesuai dengan program unggulan Kementerian Pariwisata. Makanya kita memberikan dukungan,” katanya.
Kabid Pemasaran Area I Kementerian Pariwisata Wawan Gunawan mengatakan Orchid Forest akan melengkapi kekayaan destinasi di Jawa Barat. Khususnya Bandung.
“Jawa Barat mempunyai bermacam destinasi. Mulai dari hutan, gunung, pantai, dan banyak lagi. Kehadiran Orchid Forest, melengkapi hal tersebut. Wisatawan kini mempunyai pilihan tempat untuk berwisata saat datang ke Bandung, atau Jawa Barat. Hal ini bisa membuat kunjungan wisatawan ke Jawa Barat semakin meningkat,” paparnya.
Terpisah CEO Orchid Forest Cikole Maulana “Barry” Akbar, menjelaskan, Orchid Forest adalah taman wisata yang memadukan konsep Edu-tourism, Eco-tourism, dan Sport-tourism. Semua dibalut dengan suasana keindahan alam hutan pinus serta pesona anggrek spesies dan hybrid. Selain itu dilengkapi dengan konsep entertain seperti kegiatan outbound, pujasera, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya yang di kemas dengan tema “One Stop Family Adventure”.
“Sehingga, diharapkan Orchid Forest menjadi destinasi unggulan nasional dan diterima oleh masyarakat luas serta menggerakan roda perekonomian rakyat sekitar dengan mengangkat budaya kearifan lokal,” ujarnya.
Permainan lighting di malam hari memang romatis. Cahaya warna-warni menyorot ke arah batang-batang pinur yang usianya sudah ratusan tahun. Ada garden of light, instalasi taman lampu yang interaktif, mirip bunga yang berganti-ganti warna.
“Kedepan, akan dipasang sensor gerak dan suara. Jadi ketika orang berjalan-jalan keliling, taman lampu akan menyala sendiri di sekitar pergerakan orang,” kata Barry.
Ada juga Wood Bridge. Jembatan gantung 150 meter yang menyala di malam hari. Jika malam, pengunjung bisa selfi dan foto-foto di atas jembatan yang bisa bergoyang-goyang, dari pohon ke pohon.
Taman neon, juga cukup menyedot perhatian pengunjung. Neon bulat-bulat yang disusun vertikal yang menjadi penghias suasana malam. “Ada teras paphio, lapangan multifungsi, ada aphitheathre dengan tempat duduk dari kayu untuk menyaksikan atraksi,” kata Barry.
Ada pula Orchid House. Yaitu tempat pembudidayaan anggrek. Baik dari Indonesia maupun dari berbagai belahan dunia. Di antaranya Peru, Amerika Serikat, Filipina, dsb. Bahkan beberapa di antaranya merupakan angrek langka. Orchid Forest juga membudidayakan bunga bangkai.
“Berada di ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dengan suhu 17 hingga 20 derajat Celcius, menjadikan tempat wisata menjadi geofrafis yang ideal bagi kehidupan flora khususnya anggrek,” ujarnya.
Banyaknya spot instagramable membuat Orchid Forest menjadi salah satu destinasi digital favorit di Lembang, khususnya bagi para millenials. Orchid Forest didatangi sedikitnya 1000 orang per-hari, bahkan saat libur Idul Fitri mencapai 10.000 wisatawan per-harinya. Sebuah pencapaian tinggi untuk tempat wisata yang baru beroperasional pada akhir 2017 lalu.
Lokasi wisata Orchid Forest, sangat mudah dicapai. Terletak di jalan Tangkuban Perahu km. 8, Cikole, Lembang, Jawa Barat. Untuk mencapai lokasi, dapat ditempuh dengan waktu perjalanan kurang lebih 3 jam dari Jakarta (via tol Cipali).
Atau, bisa menggunakan kereta dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Bandung lalu diteruskan menggunakan mobil via lembang menuju Cikole.
Kalau kalian ingin mencari penginapan, Bandung dan Lembang adalah surganya. Banyak pilihan tempat tinggal. Mulai dari hotel berbintang hingga homestay. Jadi tunggu apa lagi, buruan ke Orchid Forest.