KOMPAS.com - Perubahan perilaku masyarakat dapat berkontribusi besar pada upaya revitalisasi Sungai Citarum. Sementara itu, aktivitas bersih-bersih bersama di sekitar Sungai Citarum penting dilakukan agar potensi banjir berkurang.
Hal ini dikatakan anggota Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Suryani. Wanita yang merupakan warga dari kecamatan Baleendah ini mengatakan, kegiatan bersih-bersih yang dilakukan bersama warga dari berbagai kecamatan lain di Sungai Citarum sangat bermanfaat.
“Upaya ini jauh lebih efektif, apalagi sekarang sudah ada bank sampah,” jelas Suryani dalam acara Workshop Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas Masyarakat di Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/9/18).
Menurut Suryani, kegiatan bersih-bersih ini juga cerminan atas Gerakan Nasional Revolusi Mental yang membawa nilai gotong royong. Jadi, dampak positifnya pun bisa dirasakan bersama.
Suryani meminta agar pemerintah provinsi maupun pusat memberikan dukungan sepenuhnya terhadap upaya komunitas PKK Kecamatan Baleendah dalam merevitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
“Warga di sekitar DAS Citarum siap untuk di relokasi dan kami juga siap mendukung apabila akan dilakukan pengerukan,” ungkap Suryani.
(BACA JUGA: Kemenko PMK Ajak Masyarakat Bergotong Royong Benahi Citarum)
Dorong perubahan
Selain melakukan bersih-bersih, masyarakat di sekitar Sungai Citarum juga akan terus didorong mengubah perilakunya dalam membuang sampah. Relawan dari Yayasan Jaga Balai, Majalaya, Riki Waskito mengamini hal ini, menurut dia perubahan perilaku itu penting agar sungai bisa kembali alamiah.
“Semuanya agar sungai kembali kepada fungsi alamiahnya dan dapat berdampak positif bagi warga yang tinggal di sekitar DAS Citarum,” jelas Riki Waskito yang juga hadir dalam acara workship tersebut.
Lebih lanjut, Riki mengatakan, bencana alam seperti banjir bandang yang disebabkan oleh rusaknya DAS Citarum dapat diminimalisir bahkan dihindari apabila warga benar-benar serius memelihara alam.
Caranya adalah dengan tidak membuang sampah ke selokan. Ini penting karena dengan membuang sampah ke selokan maka akan berakhir di sungai dan jika jumlahnya banyak maka potensi banjir bandang akan semakin tinggi.
Untuk itu, selain melakukan sosialisasi perubahan perilaku masyarakat, Riki dan kawan-kawanya di Yayasan Jaga Balai melakukan aksi nyata lain yang terkait dengan deteksi dini bencana banjir bandang.
Melalui adanya deteksi dini ini, maka potensi kerusakan dan korban jiwa yang disebabkan oleh banjir bandang dapat diminimalisasi.
“Kami fokus dalam kegiatan pemantauan cuaca, analisa dari berbagai tanda-tanda alam yang berpotensi terhadap terjadinya banjir bandang. Ini karena Majalaya memiliki karakter banjir bandang yang lebih destruktif, berbeda dengan yang ada di Kecamatan Baleendah, Dayeuh kolot dan Bojongsoang,” ungkap Riki.
(BACA JUGA: Dua Masalah Sungai Citarum yang Jadi Fokus Pemerintah)
Sekretariat Revolusi Mental Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Harod Novandi yang hadir pula dalam workship tersebut menjelaskan, Kemenko PMK pun mengupayakan perubahan di Sungai Citarum melalui lomba sharing foto kegiatan bersih-bersih di media sosial.
Kegiatan itu dilakukan agar semakin mendorong semangat masyarakat merevitalisasi DAS Citarum.
“Lomba yang terkait dengan Gerakan Indonesia Bersih ini bertujuan untuk memviralkan kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat sekitar DAS Citarum,” jelas Harod.
Harod pun berharap agar lomba tersebut dapat mempengaruhi masyarakat lainnya dan memberikan contoh bahwa kegiatan revitalisasi di DAS Citarum berjalan sehingga nampak perubahannya.
Tak cuma itu, kata Harod, aksi nyata revitalisasi DAS Citarum sendiri seperti buang sampah pada tempatnya juga ingin ditunjukkan dalam lomba tersebut.
"Dengan begitu, semangat menjaga kebersihan DAS Citarum dan implementasi Gerakan Indonesia Bersih dapat diwujudkan dan dampak positifnya dapat dirasakan oleh seluruh warga,” pungkas Harod.