Kilas

Kemenko PMK Terus Pantau Revitalisasi Sungai Citarum

Kompas.com - 22/09/2018, 20:30 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com – Pelaksana Tugas Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Sonny Harry B Harmadi, melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Baleendah dan Kecamatan Bojongsoang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/9/2018).

Dalam kunjungan itu, Sony didampingi Asisten Deputi Pengurangan Risiko Bencana Iwan Eka Setiawan dan Pelaksana Harian Asisten Deputi Pemberdayaan Kawasan Perdesaan Mustikorini Indrijatiningrum.

Ketika tiba, Sony dan tim Kemenko PMK disambut oleh Komandan Sektor 6 Kodam III Siliwangi, Kolonel Inf. Yudi Zanibar serta 25 orang kader revolusi mental.

Di sana, Sonny diajak mengelilingi Sungai Citarum dengan perahu untuk melihat langsung perkembangan revitalisasi sunga tersebut.

Setelah itu, ia berdialog dengan para kader revolusi mental di taman tepi Sungai Citarum yang sebelumnya menjadi tempat pembuangan sampah.

Diskusi membahas program pemerintah dalam penanganan Sungai Citarum dan pentingnya peran kader mendukung program tersebut.

Sonny menjelaskan, akibat memburuknya kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.

Sesuai regulasi itu, Menko PMK Puan Maharani berperan sebagai Wakil Ketua Pengarah 3. Sementara itu, dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental, Menko PMK merupakan koordinator nasional pelaksanaannya.

Kemenko PMK kunker ke Sungai Citarum, Jumat (21/9/2018)Dok. Kemenko PMK Kemenko PMK kunker ke Sungai Citarum, Jumat (21/9/2018)
Untuk mendukung Perpres Nomor 15 Tahun 2018, Kemenko PMK mengeksekusi dua program, yaitu Gerakan Pengurangan Risiko Bencana berbasis masyarakat dan Gerakan Nasional Revolusi Mental.

Sering dilanda banjir

Lokasi kecamatan-kecamatan yang dikunjungi Kemenko PMK merupakan daerah cekungan di bantaran DAS Citarum. Lebih kurang banjir terjadi 10 kali setiap tahunnya dengan ketinggian air mencapai 2-4 meter, berdurasi antara 1 hingga 2 minggu.

Untuk membenahi akar permasalahan banjir di sana, awal September lalu, Kemenko PMK bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan pelatihan pada masyarakatnya.

“Kami berharap dapat memberi pemahaman, mengubah perilaku, dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Ingatlah, sungai itu sumber kehidupan, bukan tempat pembuangan (sampah),” jelas Sonny.

Baca juga: Kemenko PMK Ajak Masyarakat Bergotong Royong Benahi Citarum

Saat terjadi bencana banjir, masyarakat desa dibantu oleh kader revolusi mental untuk  memetakan kebutuhan dasar seperti area penampungan, kebutuhan air, pangan, dan obat-obatan, serta prosedur melaksanakan evakuasi.

“Masyarakat dan pemerintah harus bergotong-royong mencegah pencemaran dan pendangkalan sungai agar risiko bencana banjir terus berkurang,” demikian Sonny.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau