Kilas

Sulut Optimis Pertahankan Penghargaan TPID Terbaik

Kompas.com - 28/09/2018, 15:28 WIB


KOMPAS.com
- Selama tiga tahun belakangan ini kemajuan pembangunan di Sulawesi Utara (Sulut) menunjukkan progres positif. Pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh terkendalinya harga barang dan jasa (inflasi) pada tingkat rendah.

Demikian terungkap dalam Rapat Koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulut yang dipimpin Sekretaris Daerah Provinsi (SekdaprovEdwin Silangen di Kota Kotamobagu, Rabu (26/9/2018) siang.

Dalam rilis yang Kompas.com terima, Jumat (28/9/2018), Silangen menuturkan, tingkat pertumbuhan ekonomi Sulut dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan.

Kata dia, pertumbuhan ekonomi Sulut pada 2015 mencapai angka 6,12 persen dan naik mencapai angka 6,32 persen pada 2017. Angka ini di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Di samping itu, menurut Silangen, inflasi daerah pada 2017 mencapai 2,42 persen turun menjadi -0,88 persen pada agustus 2018. Sedangkan inflasi pada semester pertama  mencapai 1,90 persen atau lebih rendah dari inflasi nasional. 

Adapun untuk stok bahan pangan kebutuhan masyarakat tetap tersedia dengan harga terkendali.

Oleh karena itu, Silangen memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota TPID yang telah bekerja optimal sehingga tercapainya kemajuan pembangunan Sulut.

Berkat jerih payah mereka Sulut kemudian meraih penghargaan TPID terbaik se-Sulawesi Tahun 2018/2019. Penghargaan ini pun diserahkan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.

"Saya berharap prestasi yang diperoleh di tahun ini akan terus dipertahankan sampai tahun-tahun selanjutnya," kata Silangen.

Untuk mempertahankan prestasi itu, Silangen mengingatkan pentingnya sinergitas kerja komponen TPID. Selain itu, mereka juga harus mendorong peran serta para Bupati dan Wali Kota untuk terus memantau ketersediaan dan stabilitas harga bahan pokok serta melakukan inovasi program di daerahnya.

Lebih lanjut, Silangen juga berharap agar para Bupati dan Wali Kota dapat membentuk TPID di masing-masing daerah. Adapun untuk menggerakan sektor pariwisata yang menjadi salah satu penggerak ekonomi Sulut, Bupati dan Waliko juga harus mampu memotivasi Unit Kecil dan Menengah (UKM) untuk terlibat dalam sektor tersebut.

Silangen kemudian menjelaskan bahwa pada 2018 ini, Kotamobagu akan menjadi salah satu daerah kajian inflasi di Sulut setelah Manado.

Karena itu, ia mengimbau kepada pemerintah Bolmong Raya agar tetap menjadi lumbung beberapa komoditi bahan pokok seperti beras dan barito. Dengan demikian harga komoditas pangan tidak melambung jauh.

Selain Sekdaprov Kota Kotamobagu, Rakor TPID Sulut turut dihadiri juga oleh Kepala Bank Indonesia Soekowardojo, Kepala Biro Perekonomian & Sumber Dasar Alam (SDA) Franky Manumpil, perwakilan dari BPS, para anggota TPID Provinsi, Kabupaten dan Kota se-Sulut. 

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau