Advertorial

Film-film Indonesia Bersaing di Bali International Film Festival 2018

Kompas.com - 01/10/2018, 14:56 WIB

Bali International Film Festival  (Balinale) 2018 sukses digelar pada 24-30 September 2018. Lebih dari 100 film dari 30 negara turut meramaikan festival ini. Selama festival berlangsung film-film yang terdiri dari film panjang fiksi, dokumenter, dan film pendek tersebut diputar di dua tempat yaitu Cinemaxx Lippo Mall Kuta dan Plaza Renon. Tiket untuk menonton film-film tersebut dapat diperoleh di Cinemaxx atau melalui http://www.balinale.com/tickets/

Selain diputar untuk dinikmati penggemar film, ada beberapa film yang dikompetisikan dalam Balinale 2018. Lima di antaranya adalah karya sineas Indonesia yaitu Joko karya sutradara Suryo Wiyogo, Night Bus karya Emil Heradi, The Carousel Never Stops Turning karya Ismail Basbeth, dan Invisible Hands karya kolaborasi antara sineas Amerika Serikat, Indonesia, India, China, dan Ghana. 

Balinale mendatangkan empat ahli dalam industri perfilman sebagai dewan juri untuk segmen film In Competition. Mereka adalah penulis skenario Rayya Makarim, mantan Direktur Jakarta International Film Festival Orlow Seunke, produser asal Taiwan Jeane Huang, dan penulis Marinta Serina Singarimbun. 

Para pembuat film yang berkompetisi tersebut memperebutkan tiga penghargaan Balinale yaitu Best Feature Film, Best Documentary, dan Best Short Film. Pemenang kemudian diumumkan pada Closing Night, Minggu (30/9/2018). Pada gelaran Closing Night Balinale 2018, diputar juga film Shoplifters karya sutradara Jepang Hirozaku Koreeda yang memenangkan Cannes Palme d’Or 2018.

Berikut adalah daftar lengkap film-film yang berkompetisi berdasarkan kategori:

Film Pendek

  • Bonobo, Director Zoel Aeschbacher (Switzerland)
  • Gwala Rising, Director Stephanie Gordon (USA)
  • Joko, Director Suryo Wiyogo (Indonesia)
  • Marked, Director Jovan Dopudj (Serbia)
  • Punchline, Director Christophe M. Saber (Switzerland)

Film Feature

  • The Decaying, Director Sonny Calvento (Philippines)
  • Night Bus, Director Emil Heradi (Indonesia)
  • The Carousel Never Stops Turning, Director Ismail Basbeth (Indonesia)
  • Michael Inside, Director Frank Berry (Ireland)
  • Custody, Director Xavier Legrand (France)
  • Golnesa, Director Sattar Chamani Gol (Iran, Islamic Republic Of)
  • Tarling is Darling, Director Ismail Fahmi Lubis (Indonesia)
  • Invisible Hands, Director Shraysi Tandon (USA, Indonesia, India, China and Ghana)
  • In Praise of Nothing, Director Boris Mitic (Serbia, Croatia, France)
  • Kusama – Infinity, Director Heather Lenz (USA)
  • Of Fathers and Sons, Director Talal Derki (Germany, Syria, Lebanon)
  • Manry at Sea, Director Steve Wystrach (USA, UK)

Dokumenter

  • Tarling is Darling, Director Ismail Fahmi Lubis (Indonesia)
  • Invisible Hands, Director Shraysi Tandon (USA, Indonesia, India, China and Ghana)
  • In Praise of Nothing, Director Boris Mitic (Serbia, Croatia, France)
  • Kusama – Infinity, Director Heather Lenz (USA)
  • Of Fathers and Sons, Director Talal Derki (Germany, Syria, Lebanon)
  • Manry at Sea, Director Steve Wystrach (USA, UK)

-- -

Diisi forum diskusi dan workshop 

Balinale 2018 dimeriahkan dengan film-film yang lebih menarik dan beragam program tidak berbayar yang seru untuk diikuti pecinta film. Oleh karena itu tahun ini Balinale 2018 dihadiri oleh lebih kurang 9.000 penonton. Melebihi jumlah penonton di tahun-tahun sebelumnya. 

Sebagai pendahuluan sebelum dimulainya Balinale 2018, Minggu (23/9/2018) digelar pre-event BalinaleX Industry Forum ke-2.Hampir 80 sineas, produser dan investor lokal dan global berpartisipasi diskusi mengenai potensi besar dalam industri perfilman dan televisi di Indonesia ini. 

Sajian utamadari forum diskusi ini adalah Director’s Dialogue bersama editor Variety Asia Patrick Frater dan Special Guest Balinale Roland Joffé, seorang sutradara yang berhasil menjadi nominiasi sutradara terbaik di Academy Award. Joffé dikenal dengan film-filmnya yang memenangkan Academy Award, yakni The Mission (1986) dan The Killing Fields (1984). 

Pada acara tersebut Joffé membagikan pelajaran berharga yang ia dapat sepanjang karirnya sebagai sineas. Baik kegagalan maupun kesuksesannya. Ia juga memberikan pandangannya mengenai berbagi  kebenaran melalui film meskipun ada kemungkinan dikritik. “Mungkin lebih baik Anda mendapat memar sebesar (piala) Oscar setelah melakukan sesuatu yang berdasarkan kebenaran daripada mendapat Oscar,” jelas  Joffé.

Selain Roland Joffé, CEO Global Film Solutions Julian Grimmond, produser film Mike Wiluan, Ody Mulya Hidayat dan Sunil Soraya, aktris Cinta Laura Kiehl, dan pendiri Festival Deborah Gabinetti juga hadir sebagai panelis dalam diskusi tersebut.

Balinale juga mengadakan workshop gratis yang terbuka untuk umum. Beberapa dari workshop tersebut adalah Archival Films yang dibawakan oleh mantan Direktur Jakarta International Film Festival Orlowe Seunke. Ada juga workshop acting dengan filmmaker Martin East. 

Murid-murid dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM), dan Universitas Udayana telah diundang untuk belajar aspek-aspek berbeda dalam dunia perfilman.

Sineas ramaikan Balinale 

Hampir 80 sutradara, produser, dan bintang film hadir di Balinale. Tim dari film-film Indonesia termasuk produser film pembukaan Balinale Sultan Agung, yaituIbu Mooryati Soedibyo, sutradara Villa Berdarah Bambang Drias dan pemeran film tersebut, produser 22 Menit Lexy Mere, pemeran film Ade Firman Hakim dan Ence Bagus, special effects makeup artist Cherry Wirawan, dan sutradara film Lima Shalahuddin Siregar. 

Mewakili film-film dari luar negeri, ada sutradara Boundless Love Pan Yan, produser pemenang penghargaan Tony Award Jhett Tolentino dengan filmnya Life Is What You Make It, dan Shraysi Tandon dengan dokumenternya Invisible Hands. 

Informasi lengkap mengenai Balinale 2018 dapat dilihat di http://www.balinale.com/.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com